Minggu, 08 Desember 2013

Kita?

Hubungan jarak jauh? Oh, nampak familiar dengan istilah itu. Setidaknya itu pendekatan kami. Ya, aku dan dia yang ternyata (mungkin) lebih baik dimataNya. Penggambarannya kepadaku sih membuatku menyimpulkan jadi begitu.

Aku dan dia. Latar belakang kami berbeda. Aku sempat merasakan bangku kuliah, sedangkan dia tidak. Dulu, aku memang jadi berpikir ulang untuk jadi wanitanya. Habis dia tak sekeren teman-teman kuliahku.

Aku dan dia. Kami bertemu di tempat yang tak terduga. Danau Situ Lembang. Kalau tersebut kata itu, mungkin akan terasa sinetron sekali ya. Iya, aku juga jadi geli. Tuhan memang punya cara aneh. Mungkin persepsiku yang anggap begitu. Sudahlah, kami memang bukan pasangan yang keren. Tak seperti yang pernah aku bayangkan. Biasa saja. Tak ada heroik.

Dari dulu sampai sekarang. Kami tak pernah dekat. Dia tinggal dan bekerja di kota lain. Dulu, bisa dibilang jarang rindu, karena banyak teman-teman. Hm, teman memang segalanya setelah keluarga, baru pacar. Kalau buatku ya. Mungkin sudah biasa, jadi biasa juga sekarang. Saat dia harus pergi ke Sudan. Rindu? Sesekali, tapi masih bisa jalani hidup. Kami memang telah sepakat untuk mengejar cita-cita masing-masing dulu. Bisa dibilang: "Dia belum jadi milikku, dan Aku belum jadi miliknya". Kami masih bebas. Jadi kalau suatu hari nanti kami bersatu, maka kami akan mengorbankan satu. KEBEBASAN. Entahlah, kadang seram membayangkannya, tapi mana aku tahu yang terbaik.

Aku sedang tik kata-kata, tapi belum cukup banyak. Aku suka menulis, tapi sepertinya mesti banyak baca, agar berisi.

Dia sedang main di sana. Main di lahan bertempurnya. Aku yakin dia sedang menikmati sekali. Hm, dia memang teratur dan bisa sabar. Aku lebih grasa-grusu. 

Apakah dia potongan puzzle yang pas?

Sabtu, 07 Desember 2013

Trip to Semeru

Tgl. 18 Agustus 2013. Saya dan salah seorang sodara saya telah merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Semeru. Rencana ini bukan dadakan. Sebelumnya kami memang telah merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Puncak para Dewa ini sebulan sebelumnya. Sayapun tak latah mendaki semata karena salah satu film yang menyeritakan tentang pendakian ke Semeru, melainkan memang sudah dari kuliah. Semacam target yang harus saya lakukan sebelum saya meninggal. Jadi perjalanan ke Semeru ini merupakan perjalanan penting dalam hidup saya. Sebuah perjalanan yang bisa dibilang: "Apapun akan saya lakukan untuk melakukan perjalanan". Dan nampaknya Allah menghendaki. Bermula dari obrolan dengan saudara saya yang juga suka mendaki gunung. Dan ceritanya mengenai rencana pencapaian mendaki Semeru. Wah! Sama. Pikir saya. Sayapun dengan semangat mengajukan diri untuk ikut. Dan Yak! Tanggal 18 Agustus itupun perjalanan kami dimulai.

Mengorek tabungan sebagai bekal membeli peralatan yang cukup untuk prosedur keamanan pendakian. Mengingat pendaki amatir dan baru awal, saya tak mau ambil risiko dengan sepatu yang akan menyusahkan perjalanan. Ditambah pengalaman yang tidak mengenakan, yang terjadi pada kaki saya saat diklat. (Hehe, ini sih karena tak disiplin lepas sepatu). Beli lah saya sepatu "ber-kembang" di alasnya, karena, Yak! Semeru gitu lowch. Katanya sih puncak tertinggi di Pulau Jawa. Ditambah belum tau medannya, jadi: "Sepatu "ber-kembang".. Come to Mama..".

Tanggal 18 Agustus 2013, Saya sengaja memerpanjang cuti lebaran saya. (di)Tinggallah saya di Solo, tempat Bulik. Jadi biar ketemuannya di Solo saja. Tiket Kereta lumayan mahal saat itu. Mungkin karena berbarengan dengan arus balik lebaran. (Maaf, Teman-teman). Setelah menginfokan harga tiket yang diluar dugaan, sayapun memesan tiket ke Malang. Kira-kira pukul 23.00, saudara saya dan teman-temannya, tiba di Balapan. Mereka makan dulu, dan siap-siap menyambut kereta menuju Malang.

Di dalam kereta, kami mengatur tempat duduk. Karena ada dua orang yang tempat duduknya terpisah. O, ya. Kami bersembilan. Empat perempuan dan lima laki-laki, jadi saya pikir cukup aman lah, karena banyakan cowoknya. :p Saya baru saja bilang " Mana ini?! Katanya berAC, tapi gerah"; Beberapa menit setelah kereta berjalan, barulah berasa dinginnya. Sial! Saya jadi harus geret-geret jaket yang saya simpan di carrier. Sombong karena ngerasa belum butuh dipakek. Dan segera setelah itu, kami mulai sibuk dengan pikiran masing-masing. Sebenernya nggak bisa tidur karena dingin. Hehehe.

19 Agustus 2013. Pukul 05.00, kami tiba di stasiun Malang. Shalat subuh, pesen minuman anget dulu. Lalu cari sarapan dekat stasiun. Kami menjumpai banyak pendaki gunung. Wajar, karena berdekatan dengan tanggal 17 Agustus. Berdasarkan informasi yang saya dapat, biasanya pendaki-pendaki merayakan 17an di Ranu Kumbolo atau bahkan di Mahameru, jadi ya bisa dipastikan, mereka adalah rombongan yang sudah turun. Kami senyum-senyum melihat fenomena itu. Buanyak banget pendaki. Semeru bukan lagi tempat eksklusif bagi pendaki. Udah kayak mallnya pendaki. Karena bergengsi jg kali ya. Sayapun merasakan hal sama, tapi jadi ngerasa nggak keren lagi setelah banyak yang bisa daki.

Dengan Jeep yang sudah dipesan saudara saya, kami dibawa sampai Ranu Pane. Pikir ini danau seindah dicerita. Ternyata biasa saja. Di Ranu Pane, kami mendaftarkan diri dulu. Setelah itu, kami istirahat sampai jam 2. Menunggu matahari agar tak terik-terik sekali. di Ranu Pane, kami habiskan waktu untuk packing kembali barang-barang bawaan. Yang cewek-cewek bawa yang ringan tentu saja. Hehehe.. Pukul 2, kami mulai jalan menuju Ranu Kumbolo. Berdoa dulu bareng-bareng biar selamat. Kami sih fun hiking, jadi habis tanjakan kalau capek, ya berhenti. Ngurangin logistik dulu. Biar nggak berat. :p Menurut informasi, dari Ranu Pane ke Ranu Kumbolo menghabiskan waktu 5 jam, tapi... karena fun hiking, jadi sampek Ranu Kumbolo sekitar jam 9. No problemo. Kami langsung mendirikan tenda. Yang perempuan nyiapin makanan dan minuman. Woow.. Ranu Kumbolo membuat kami bergemeletuk, tapi Subhanallah indah. Bintangnya banyak, tapi setelah makan dan minum anget, kami, para wanita memilih untuk nenda. Menghangatkan diri. Hahaha.. Nggak romantis amat.

Ranu Kumbolo, 05.00 pagi. Sodaraku dan temannya udah berSubhanallah di luar. Nyuruh bangun untuk liat sunrise. Setengah hati aku keluar. Antara nggak mau ketinggalan momen sama masih pengen tidur. Sugooooi itu bintang apa permata??!! Beuh.. Dingin amat sih.. Dalam keadaan masih nganga, saudara saya menunjukkan mie dan sandal gunung yang udah beku ada esnya. Beuh.. Berasa di luar negeri. Jepret sana, jepret sini. Danau pun mengeluarkan asap putih mistis. Kereeeen... 

Pukul 08.30, kami packing lagi. Biar nggak kesiangan. Beberapa barang, kami tinggal di Ranu Kumbolo. Kami siap menuju Kali Mati. Sempet galau, mau ngecamp di Kali Mati atau Arco Podo, tapi setelah ketemu pendaki lain dan minta informasi, kami memutuskan untuk ngecamp di Kali Mati sebelum muncak malamnya. Alasannya karena di Kali Mati ada sumber air, namanya Sumber Mani. Kira-kira 30 menit jalan dari Kali Mati, tapi mesti tau kalau nggak mudah menjangkau Sumber Mani. Medannya lumayan kalau mau ambil air yang banyak sekalian. Mesti ada beberapa orang dengan bawa botol air mineral besar. Dan jangan bayangin sungai mengalir. Hehe, cuma dua gerojokan sedang, yang dibuat untuk ngalirin air yang jatuh dari atas. Saya dan teman-teman perempuan yang girang, rebutan mau ikut ke Sumber Mani, nggak mau ikut lagi setelah turun dari puncak. Capek. Hehehe..

Pukul 23.00, Kami siap-siap ke Puncak. Saudara saya mengingatkan untuk pakai jas hujan sekalian untuk antisipasi kalau tiba-tiba hujan, dan untuk memakai pakaian berlapis; Bawa masker dan senter. Karena belum tau jalan, kami memustuskan untuk ikut dengan rombongan lain yang akan muncak. Untunglah malam, jadi medan yang mulai menanjak, tak menjatuhkan mental kami. Setelah kagum melewati Arco Podo, dan sibuk cari monumennya Gie, dan nggak ketemu (iyalah orang di Puncak), kami melanjutkan perjalanan. Haaah.. Sebenarnya target dapet sunrise di atas, tapi nggak keburu. Ditengah jalan liat sunrisenya aja udah terkagum-kagum. 

Baru jam 7, saya sampai di Puncak. Hiks! Sedih. Gembira. Sebuah pencapaian setidaknya untuk diri sendiri udah bisa sampek puncak. Padahal tadinya udah mau berhenti sampek Ranu Kumbolo. Tapi begitu inget tujuan awal ke Semeru mau ngapain, akhirnya ditekatin juga untuk HARUS sampek puncak.  

Subhanallah.. Bukan cuma dapet indahnya, tapi untunglah dapet pelajaran baru dari teman-teman baru. Masih harus berjuang sampek puncak yang abadi, Teman-teman.. 

Masih berdiri kokoh Mahameru memandang kami. Dadah, Semeru.. :)

Rabu, 25 September 2013

Pertanda

Dia.. Sebuah kesalahan

Dia.. Bencana

Dia.. Bukan yang terbaik di jagat ini

Dia.. Hanya seorang pemuda baik hati

Dia dan .. Aku?

Jagat raya bisa mendengar deru tawaku yang congkak saat aku melihatnya rendah.

Jagat raya lalu membuatnya ada didepan jangkauan optikku, hingga tak sanggup mengelak untuk tak berusaha mengusirnya dari sana. Ya.. aku usir dia. Dengan menggosok mataku berkali-kali.. Sesekali. Aku bohong. Aku simpan dia. Entah dimana..

Sampai ranting pohon itu gundul dan jadi sepi, hingga muncul dingin dan gemeletuk gigi.

Itu memang hawa dingin yang kurasakan, sampai harus kurapatkan mantelku.

Aku mendongak lagi, menatap ranting kosong.

Hanya sapuan angin musim dingin melewati tubuhku.

Tak juga, otakku berusaha menghibur dengan menghadirkan secangkir coklat hangat. Coklat hangat. Bukan lagi vanilla latte. Oh, aku masih suka vanilla latte, masih sering juga kuseduh minuman itu. Tetap jadi favorit. kau tak bisa menyingkirkan favoritmu toh..

Ah, harus cepat-cepat pulang dan membuat coklat hangat itu muncul nyata kalau tak mau aku jadi patung yang tiba-tiba menjadi penghias taman ini.

Aku merapatkan mantelku, jaket lebih tepatnya. Ah.. Hembusan udara dingin itu nyata keluar dari mulutku yang terengah.

"Kenapa malam sekali?"
Aku tersenyum. Bisa kurasakan pipiku bersemu kemerahan, karena sedikit darah yang mengalir karena emosi sesaat itu.
"Iya, aku memutuskan untuk jalan kaki tadi." Jawabku ramah. Serta merta tangannya yang kokoh meraih pundakku. Merasakan juga bekas udara dingin di luar. Lalu dia mengerang. Mungkin merasakan dingin yang tak nyaman juga yang dia rasa. Lalu membantuku menggantungkan jaket lusuhku.

Secangkir teh hangat ternyata. Tak ada coklat. Hanya teh manis hangat. Aku tersenyum. Menghirup dalam aroma melati dari uap teh yang baru diseduh. Menyeruput sedikit dulu, dan entah kenapa dadaku jadi lapang. Aku bisa melihat bayangan yang direfleksikan perapian untuk sosoknya di dinding rumah mungil ini. Aku melihat ia tersenyum ringan sambil menatapku dalam. Aku benci perasaan ini. Dia bukan laki-laki hebat sejagat. Dia bukan laki-laki yang terbaik.

Aku meniup asap yang mengepul dari atas cangkir teh hangatku. Hanya iseng.

"Apakah itu cukup?"
Sedikit terkejut dengan pertanyaannya yang memecah kebisuanku. Dia hanya memastikan kalau aku menikmati teh manis hangat buatannya, dan cukup membuatku nyaman, hingga tidak kedinginan lagi. Aku menanggapinya dengan senyum. Aku tulus, sungguh..
"Syukurlah.." Dia menyenderkan punggungnya ke sofa panjang di perapian tempat kami duduk.

Jagat raya kini congkak memegang kepalaku untuk menunjukkan kepadaku bahwa dia ada.

Aku tahu kalau Tuhan akan bicara dengan apa saja. Cukup lebih cermat saja perhatikan pertanda dan jangan sangkal.

"Ini lebih dari cukup." Akhirnya semua inderaku berbicara. Mata, telinga, lidah, hidung, kulit.. "Kau lebih dari cukup.." Jagat raya bersorak. Dia menang. Ini akhir kah? Tuhan bicara dengan berbagai macam cara. Cukup lebih peka melihat pertanda.

Marahan Sama Temen Itu Nggak Enak

Pernah nggak elo marahan sama temen?

Enak nggak?

Gw baru lagi ngerasain perasaan nggak enak soalnya. Rasanya gimana gitu mau komunikasi sama dia.

Perasaan antara gengsi karena gw ngerasa enggak salah, dan belum saatnya nyapa dia lagi, sama pengen banget nyapa dia walo cuma nanya kabar.

Aaaah.. Kata siapa hubungan pacaran aja yang bisa rumit?! Pertemanan juga. Iya, semua juga akan rumit kalo dibikin rumit.

Tapi emang hidup tuh musti sabar ya.. karena seperti yang udah gw bilang ke dia dan gw terapin ke diri gw sendiri kalo semua ada waktunya. Jadi gw harus sabar juga untuk waktu yang gw rasa pas ngabarin dia sesuatu lagi. Ya.. Gw yakin itu waktu yang pas, dan gw harap dia nggak menolak atau menanggapi dengan dingin saat waktu yang gw anggap pas itu tiba dan gw beneran beraksi, karena.. Gw bisa pastiin kalo dia bener-bener kejam, dan akan buat gw kecewa banget. Meski gw rasa, gw nggak akan bisa nggak anggep dia salah satu temen deket lagi setelah (kalo) dia buat begitu. Gw akan terus anggep dia sebagai temen gw, tapi.. Gw rasa gw akan cari waktu yang tepat lagi untuk hubungi dia. Nggak akan seenaknya, sewaktu-waktu hubungi dia, karena gw yang mungkin akan nggak siap dengan respon dia. Harapan gw direspon baik olehnya besar soalnya, jadi begitu dapet respon yang nggak sesuai ya.. Gw akan sangat kecewa. Sangat. Begitulah gw. Oh, mungkin juga orang lain. Harapan yang besar harus diiringi dengan mental yang kuat.

Satu hal sih yang buat gw selalu anggap dia salah satu temen deket gw. Adalah karena beberapa perkataannya gw suka cerna kembali, dan bahkan akhirnya gw jadikan pengingat. Bencana kan.. Padahal itu orang brengsek. Sial!!


Rabu, 28 Agustus 2013

Pesan Romantisme Jalan Setapak

Darah itu berdesir.. Kuat, namun tenang. Bagaimana bisa aku katakan kalau aku mirip ibu, kalau ternyata ketertarikan kami sama.

Aku mirip ibu, kataku. Itu benar. Kami punya beberapa sifat yang sama, yang aku bisa mafhum kalau itu kadang buat aneh.

tapi waktu itu tiba, saat kami berdialog, aku menggebu menceriterakan semua pengalaman yang aku anggap keren itu kepadanya. Dia pendengar yang baik. Kadang aku bisa memahami bagaimana jika diposisinya, tapi itu buatku kemudian tak jadi memihak kepada siapapun, karena tak ada yang salah. 

Dia tersenyum. Aku merasa seperti membawanya kembali ke masa lalu saat semua itu mengalir dari mulutku. Pengalamanku. karena kami merasakan hal sama. Paling tidak, tak jauh beda. Aku gembira saat waktu itu aku merasa sedang jalan-jalan bersamanya ke tempat yang mungkin juga ia rindukan. Tempat kabur yang mungkin sering kami rindukan, dan tak akan kami lupakan seumur hidup kami. Dia.. Sering makanya aku bilang kalau dia guruku, inspirasiku juga. Dia ajarkan untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat, jangan sekedar nikmati indahnya. Aku tahu. Alam memang sedang membutuhkan penyelamat. Dan pendaki mungkin harus juga berikan sesuatu yang bermanfaat, agar tak hanya perjalanan kosong berbekas kenang-kenangan gambar dan ingatan.

Waktu bergerak lagi. Saat kami memang harus meninggalkan sejenak memori kami. Aku ceriterakan kepadanya angan-angan kami, aku dan saudara laki-lakiku yang mengalir kepada kami hasrat yang sama. Aku ceriterakan kepadanya kalau kami akan kemping bareng, meski kelak kami telah berkeluarga dan punya anak. Aku ceriterakan kepadanya kalau meski aku tak akan sekuat dia yang laki-laki, hingga bisa menggendong anaknya dipunggung sambil naik gunung, aku akan ajak dan tularkan anak-anakku dengan cerita dan pengalaman. Biar mereka rasakan juga dinginnya hawa di sana, tempat, yang baik kau, aku, dan keponakan laki-lakimu selalu rindukan. 

itu hanya sebagian mimpi kami, Pak.. Semoga Tuhan meridhoi untuk kami bisa bersentuhan lagi dengan tempat yang kita selalu rindukan. 

Aku berpikir, mungkin aku bukan yang terhebat dari mereka, tp aku bersyukur menjadi yang memiliki kesempatan untuk merasakan dan memiliki hasrat yang sama untuk bersinggungan dengan yang kau dulu juga pernah nikmati. 

Aku pengagummu untuk hal-hal macam ini, apalagi ternyata kaupun ikut organisasi yang sama seperti dia yang kuidolakan. Kau adik tingkatnya. Kau juga kenal dia yang sepotong kisahnya pernah kubaca di sebuah buku autobiografi. Semoga, aku tak kehilangan romantismenya. Semoga Tuhan meridhoi romantisme yang kusuka.

Kami adalah kami dengan jalan setapak-setapak untuk kemudian mencapai tujuan kami. Semoga.. Semoga Tuhan pun meridhoimu, Pak.. Doakan kami, doaku untukmu selalu..




untuk sepotong kisah masa mudamu: 



Selasa, 23 Juli 2013

1, 2, 3 Siap!!

1, 2, 3, siap!!

Hehe.. Itulah yang biasa aku lakukan saat salah atau gugup. Mungkin juga karena malu dan sadar diperhatikan orang lain. Padahal mah belum tentu juga orang yang ada di sekitarku itu perhatikanku. *nyengir.

Kebiasaanku kalau melakukan sesuatu itu diinget lagi untuk mengingat yang mana yang baik dan buruk, yang sudah ku lakukan. Dan yak! Kalau banyak yang buruk, tak jarang aku mengumpat sendiri atau istighfar, sekedar menenangkan diri. Dan membuat perasaan jadi sedikit lebih baik. Paling tidak tersalurkan. :p

Ya, dan laiknya kebiasaanku merefleksi diri itu, jadi beberapa kali mendapatkan gambaran diri. Termasuk kebiasaanku saat akan melakukan sesuatu. Ng.. Lebih tepatnya saat memimpin sesuatu, khususnya saat memberi instruksi kepada anak-anak. "1, 2, 3.."- mulai sama-sama melakukan hal yang harus dilakukanku dan teman-teman mainku (bc: anak-anak usia 3 tahun ). Dan suatu hari aku seperti difokuskan akan kebiasaanku menghitung sampai tiga itu sebagai kerikuhan. Ya.. "1, 2, 3" mungkin jadi semacam ruang untukku mempersiapkan diri setelah melakukan kesalahan atau gugup saat akan melakukan sesuatu.

Aku tak aneh. Hanya harus tahu bagaimana memperbaiki cela. Belajar, belajar, Wit.. Bismillah. Inshallah.. Kalo kata Dori "Keep Swimming", kataku "Keep Learning". Sama makna. :)

Fight o!!!

Minggu, 21 Juli 2013

Diriku (masih) cs Penghargaan yang Diharapkan

Refleksi lagi.

Diukur dari apakah seseorang menghargai yang lain?

Lagi, aku belum bisa untuk tidak menjadi manusia. Aku belum bisa untuk menjadi resi versiku. Aku belum bisa tak merasa ingin dihargai. Aku beberapa waktu yang lalu menuntut untuk dihargai sama, seperti harga yang ku tampilkan kepada orang yang beberapa waktu lalu kuhadapi.

Kecewa? Hm.. Tak sukanya aku ketika rasa itu muncul. Lalu aku mulai, mati-matian kembali kepada diriku. Dimana yang salah? Pernahkah aku melakukan hal yang sama? Ternyata begitu rasanya? Hei, pernahkah aku juga begitu kepada orang lain? Adakah? Aku berusaha untuk mencari. Kemudian aku berusaha untuk menyambung-nyambungkan nilai yang umumnya muncul dalam hidup bermasyarakat. Aku tadi menginginkan harga yang aku harapkan terhadap orang yang kuhadapi tersebut untuk ditujukan juga kepadaku. Ya, itu.. Nilai yang umumnya ada di masyarakat dan harapan akan penghargaan diri. Lalu aku mulai melihat diriku, kubandingkan dengan orang yang kuhadapi. Aku mulai melihat profesiku. Hm.. Itu menurutku menjadi salah satu hal yang kuat yang menjadi dasar tidak terpenuhinya harapanku akan penghargaan diri yang ditujukan kepadaku. Mungkin profesi itu tak bergengsi dan dianggap mudah, juga tak membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi untuk mendapatkannya. Mungkin. Ya, beberapa menit, beberapa waktu yang lalu aku mencari yang salah dariku, tapi kemudian aku memilih untuk memperbaiki kualitas diri yang memang belum terpenuhi. Kualitas yang masih belum mampu membuatku nyaman, dan percaya diri untuk sementara ini. Banyak hal yang aku anggap keren yang belum bisa aku kuasai, meski hal-hal yang belum terwujud itu seharusnya jadi salah satu alasanku untuk hidup.

Kebahagiaan adalah jika kau butuh sesuatu maka terpenuhi. Sederhana? Iya... [menghembuskan nafas panjang] Aku akan mulai argumenku ini lagi dengan "tapi". Iya.. Kebahagiaan memang sederhana, tapi... Aku belum bahagia.. Maksudku, aku sudah bersyukur atas hidupku. Malah bisa dibilang mungkin kurang menuntut dan memberikan toleransi yang agak besar, tapi aku belum bahagia karena beberapa hal yang menurutku keren belum dapat kucapai. Mungkin seharusnya aku bersyukur memiliki itu, karena aku jadi tahu apa yang sebenarnya kuinginkan. Ya.. Sekarang memang sedang berusaha untuk mengarahkan hidupku ke arah yang aku ingin wujudkan. Dan... Hei, Mungkin keinginanku untuk mendapatkan penghargaan sesuai dengan harapan tidak akan lagi berlaku. Begitu? Kita lihat, apakah aku bisa menghilangkan itu hingga tak jadi manusia? Hingga jadi resi. (resi juga manusia!!) Ng.. Maksudku resi versiku. Ya.. Aku tau itu tak mungkin, karena Tuhan mungkin memang memberikan sifat-sifat itu kepada manusia. Tapi aku harus!! Agar tak haus hormat dan penghargaan. Maksudku.. Apa yang dianggap baik lebih penting dari sekedar nilai. Ya.. Itu.. Susah banget sih jabarinnya. - -"

Dan, Hey.. Aku ingat, mungkin aku pernah melakukan hal yang sama kepada orang lain, dan aku menyesal untuk bersikap yang sama. Mungkin, aku akan memperbaikinya. Untuk berusaha membuat orang lain mendapatkan penghargaan yang mereka harap dapatkan. :)

Tuhan selalu tahu bagaimana mengajar hambaNya. 

Senin, 10 Juni 2013

Aku, Pikirku Reinkarnasi

Aku selalu berpikir kalau dulu aku adalah seorang manusia. Aku seorang wanita cantik yang kena karma. Aku adalah wanita sundal penjaja tubuh. Aku bersolek, dan menampilkan wajah cantikku untuk ditunjukkan ke banyak pria di luar sana hingga mereka jadi tertarik dan bisa dipastikan setelah itu, kalau pundi2 emas akan mengisi kantongku, lalu akan kubelanjakan semua uang itu untuk kemudian mempercantik diriku lagi, dan lagi, banyak laki2 akan tertarik padaku. Begitu seterusnya. Memang, diprasangkaku, aku adalah wanita cantik yang banyak membuat iri wanita2 lainnya, karena memang akulah yang tercantik. Tak ada yang menandingiku. Mereka semua tau itu. Tak akan ada yang bisa.

Aku selalu berpikir kalau dulu aku adalah wanita yang sangat cantik, yang mampu membuat banyak laki2 bertekuk lutut kepadaku, sampai pada saat ini, yang kudengar adalah suara nafasku sendiri yang sedang bergelung. Aku baru saja beristirahat sampai kucing jantan berbadan gemuk itu datang lagi, dan mencoba untuk merayuku. Aku diam saja, mencoba untuk tak menghiraukannya, aku sudah lelah. Saat dia mengeong lagi, aku hanya membuka pelan mataku. Hanya untuk memastikan kalau semua baik2 saja, dan tak beranjak dari tempatku bergelung, aku mengatupkan mataku lagi dengan anggun. Hey, rasanya aku percaya dengan pikiranku sendiri, kalau aku dulu adalah wanita yang paling cantik, jadi tak mau aku kehilangan keanggunanku saat ini, disetiap gerakku, dan aku tau, itu membuat mereka, kucing2 jantan tergila2 padaku. Aku memang cantik, tapi aku sudah lelah.. Tak mau lagi aku mengandung dan menghasilkan anak2. Ah... Sekarangpun aku menyadari kalau aku telah mulai tua. Anak perempuanku saja telah sedang mengandung. Ya, kecantikanku memang menurun ke anak2 ku, mereka yang betina, semuanya cantik, dan lagi.. Bisa ditebak, kucing2 jantan itu juga tertarik kepada anak2 perempuanku. Ah, kalau aku manusia, mungkin aku akan murka saat tau anak perempuanku hamil oleh mereka juga. Mungkin aku akan menjaga anak2ku dengan lebih baik, hingga tak tersentuh oleh kucing2 jantan itu. Oh, untung rumah tempat aku beberapa kali berdiam diri punya penghuni yang baik. Ya, dia seorang wanita tengah baya, baik hati dan cantik. Baiklah, akan ku akui kalau dia cantik, karena dia baik. Beberapa kali dia memberiku campuran nasi dengan ikan atau ayam, hingga aku yang saat itu sedang hamil, terbantu untuk memberi makan anak2ku saat mereka di dalam perut. 

Krrr.. Krr.. Aku lelah. Aku rasa, aku dulu seorang wanita cantik yang kena karma, hingga sampai jadi kucingpun, masih harus dibuat lelah. Ah.. Aku lelah. Lalu aku sibuk dengan posisi yang kubuat nyaman untuk tidur, tapi.. Aku mencium bau ayam goreng. Seorang wanita muda sedang melihatku. Aku mengerjap dengan anggun, tak merasakan ancaman. Aku katupkan lagi mataku. Bergelung. Hm.. Bau ayam goreng.




Ciledug, 10 Juni 2013

Selasa, 14 Mei 2013

Cacatan

Aku tersenyum. Menyadari sesuatu yang kusangka mirip, tapi beda ternyata.

Dia, romantis, sementara aku, masih bergelut dengan diri sendiri. Tanya ini itu. Gelisah tentang segala hal yang kuintepretasikan sendiri.

Orang lain mungkin sudah berpindah tempat, sementara aku masih diam di satu tempat, mungkin hanya merambat. Bergerak sih, tapi perlahan.

Sementara orang lain bisa meyakinkan orang lain untuk menghabiskan hidup bersama, aku masih resah akan keberadaanku di dunia. Dimana harus ku tetapkan diriku berada. Sebenarnya untuk apa repot2 berpikir begitu, kalau jalani saja sambil berpikir. Bukan hanya berpikir dan takut untuk keluar dari goa. 

Ah.. Mungkin, aku tak terlalu suka hidup. Haha, seharusnya hilang pikiran macam ini, sementara masih banyak orang lain yang bertahan hidup dengan berjuang keras. Seharusnya bersyukur untuk segala "tak enak" yang kurasa, aku toh telah merasakan itu. Jadi.. Beruntunglah orang2 yang dilahirkan di dunia ini. Allah menginginkan kita main dalam permainan yang telah dibuatNya. Mainan itu hasil karyaNya, dia pasti bangga dan tak main2 untuk itu, jadi ya mungkin benar kalau.. Ini hanya pilihanku untuk membuat genre ceritaku sendiri. Tuhan, ini semacam komedi tragedi romantis untukku. Aku toh selalu terkesan dengan cerita-cerita bergenre itu. 

Jadi, dirimulah yang membuat orang lain menilamu. Apalagi?  


Sabtu, 04 Mei 2013

to be left

OW: "Kenapa Kau datang saat ini? Kau datang di saat yang tak tepat."

W   : "Tapi kalau aku tak datang dan hanya membayangkan suasananya di rumah, maka itu akan lebih buruk lagi. Aku datang agar tahu kalau itu tidak seburuk yg kubayangkan."

OW: "Kau memang selalu datang terlambat."

W   : [mengingat seorang teman yg juga mengatakan hal yg sama] Itu jahat!! Sementara aku datang untuk niat yg istimewa, tapi malah katakan itu sebagai hal yang sia-sia. Kau tau?! Itu seperti tak diinginkan.

OW: "Orang sepertimu memang akan ditinggalkan."

W   : "Aku akan tetap menjalani hidupku. Berat sekalipun!!"

Itu menyakitkan.



Selasa, 30 April 2013

Arjuna


Calm down
Deep breaths
And get yourself dressed instead
Of running around
And pulling all your threads saying
Breaking yourself up

If it's a broken part, replace it
But, if it's a broken heart then brace it
If it's a broken heart then face it

...
...
Details In The Fabric by Jason Mraz

Well, setidaknya lagu yg dimainkan oleh Bang Jason Mraz saat tak sengaja kuputar berbarengan dengan degupan jantung yg tiba-tiba lebih cepat, dan kemudian berhenti sejenak, lalu berdenyut-denyut kembali, bukan jantungku, tapi nadi di pelipis, menghibur sedikit keadaannya.

Baiklah, aku akan bilang kalau: "Aku akan selalu mengharapkan yang terbaik untuk orang yang kusuka." Dan, itu, atas izin Allah SWT, akan menjadi yang terbaik untuknya.

Lalu, belahan hatiku yang lain ikut bicara. Kalau begitu kau tidak benar-benar menginginkannya. Kau tak perjuangkan dia toh.. Ragaku memperkerjakan kepala untuk mencolek otak, otak mencolek, lagi-lagi, hati. Lalu dia mendapatkan kembali sebuah pembelaan. Tidak, aku memang akan memperjuangkan mimpi-mimpiku, tapi bagian yang membuatku menjalaninya sendiri, bukan yang untuk melibatkan satu orang lagi yang spesial, apalagi berarti dan berharga menurutku, karena, hanya berpikir kalau belum cukup baik untuk bersama sosok yg kuanggap berharga tersebut. Malah membebani nanti. Ya, sila katakan kalau aku pengecut. Bagian hati yang lain tiba-tiba ditutup untuk memutuskan berpikiran yang terakhir saja. Menyedihkan..

Ah, untuk mu yang dapatkan yang terbaik. Good Life..*let I see the crack of mine :)


Rabu, 17 April 2013

The Connection

17 April 2013

Sudah lama sekali sejak kau tak lagi hubungiku. Aku lupa kapan terakhir kita bersua, meski hanya lewat pesan singkat.

Dan kemarin, entah kenapa, sosok dan namamu terlintas lagi di benakku. Entah kenapa tiba-tiba jadi mengingatmu kembali. Sampai hari ini, dan mulai berpikir ekstrim tentang kehidupanmu. Lalu.. Entah apa namanya itu, kau hadir kembali. Menyembul dan membuatku diam beberapa menit. Kau di sana. Hadir lagi dan menyapaku, meski lewat pesan singkat. 

Itu sudah lama sekali sejak aku merasa kalau kita mungkin terhubung perasaan. Dan masihkah? Sebegitu kuatnyakah? Mungkin.. Aku jadi mulai menyangka kalau itu mungkin benar. Ada apa dengan ku dan kau? Hei, aku mulai penasaran. Dan kenapa aku masih sakit saat kau bilang kalau kau tak gusar untukku. Argh..! 

Aku egois ya? - -'

...

Dengarkan aku orang tua!

Aku ingin sekali memelukmu

Sudah lama kehangatan masa kecilku bersama denganmu memudar

Menyisakan jarak yang mungkin kau merasa cukup jauh

Tapi aku bisa rasakan, kalau kau sedang rindu masa-masa itu, atau kau kesepian

Aku bisa rasakan, Orang tua. Aku turut sakit merasakannya. tapi kutahan.

Orang tua yang kusebut Orang tua..

Jangan pernah mengira aku tak menyukaimu. Mungkin .. tapi rasa kagumku kepadamu lebih dari itu.

Kau salah seorang yang menginspirasiku, panutanku juga secara tidak sadar. Kau dan Ibu. Kalian berdua.

jadi, Orang tua..

Jangan pernah kira kalau aku tak lagi peduli.

Orang tua, dengan kasar, caraku ungkapkan cinta.

karena kau mungkin tahu kalau kami munafik.

Maaf Orang tua, kalau aku jujur, bisa nangis kejer aku seperti dulu.

Saat kau bilang aku selalu menyambutmu dengan sapaan "Bapak!" dan lari menghambur lompat ke pelukanmu yang baru saja turun dari mobil jemputan kantor. Aku masih ingat. Jangan remehkan aku untuk memori masa lampau. Kusimpan benar itu dibenakku.

Ya.. Aku, kami, selalu menyayangimu..

dengan Cinta,


Teruntuk ..

Tuhan.. Selamatkan dia, mereka, dari hal-hal yang tak Kau ridhoi. Termasuk jalannya.

Kau tau itu menyesakkan saat sesaat kami tahu kami akan menangis dan merasakan jurang dalam di hati kami. Kami tahu kalau itu menyakitkan. Kami tahu sesaat itu membuat kerongkongan kami tercekat dan perih.

Tuhan, Kau tahu seberapa aku mencintainya. Kau pun tahu seberapa aku kecewa kepadanya, tapi.. Aku tetap tak bisa menghilangkan cinta itu kepadanya. Dia, Bapakku, tetap menjadi laki-laki yang kusayang. Sama ingin kujaganya seperti Ibu, Kakak perempuan, dan Adik laki-lakiku.

Jadi, kumohon, Tuhan.. Beri mereka jalan yang Engkau ridhoi. Biar mereka bahagia saat kekal nanti.

Aku mencintai kalian, Keluarga kecil aneh ajaib tak sempurnaku. Ya, kemunafikanku memang mengalahkan rasa yang selalu malu untuk kutampilkan.

Minggu, 14 April 2013

Filosofi Cicak


Cicak bagi orang Medan mengandung sebuah filosofi. "Orang Medan (Batak) harus bisa membaur dimanapun mereka berada". Sama halnya cicak yang mampu tinggal di atap, tembok, tanah, dan pohon. (bagaimana dengan air ya?) :)

Dan payudara wanita seperti pada gambar tersebut di atas, yang mana hampir di setiap rumah adat di sana terdapat dua hiasan rumah kayu tersebut, merupakan simbol bahwa wanita sebagai sumber kebahagiaan orang Batak, melambangkan kesucian, kehormatan, kesuburan, dan harta. Wanita Batak diharapkan mampu menjaga kesucian, menjaga kehormatan suaminya, memberikan keturunan, dan mampu mengatur harta keluarga. 

Hm.. Indonesia memang kaya budaya ya.. Semoga bisa ke Pulau Sumatera lagi. Horas!! :)

Senin, 08 April 2013

Toba, 29 Maret 2013

Toba.. Mau lagi aku ke sana.
Senang berada di pulau itu.
Ingin bersua lagi dengan Abang :D

Terimakasih kepada Ibuku yang telah membiayai kami (aku dan kakakku) untuk jadi memiliki pengalaman menapaki pulau Sumatra, setelah Kalimantan sudah. Mimpiku yang ingin keliling Indonesia, dan pernah mencantumkan yakin dalam tulisanku kalau usiaku akan cukup untuk itu mungkin bisa sedikit dihibur dengan telah menginjak dua pulau utama di Indonesia. kalaupun tak mampu ku jajaki keseluruhan Indonesia karena luasnya Bangsaku, setidaknya masing2 pulau telah menampungku. Sederhana. Sesederhana itu? Semoga tidak, karena aku masih berharap bisa lebih dari itu.

Hari pertama, kami mengunjungi Berastagi, air terjun Si Piso-Piso, dan tempat2 lain yang tidak terlalu kuperhatikan karena hanya sebentar2 menjajakinya.

Andong Berastagi

 Banyak yg jual tebu

Anak tangguh Berastagi. Sisi lain kehidupan yg penuh dengan kemewahan, terdapat perjuangan dan kesederhanaan. Keren!!


Naik kuda dulu. Pose.. ;)

Air Terjun Si Piso-Piso

Hari kedua kami berada di sekitar Danau Toba. Itu laut apa danau? o.O Sangking luasnya. Alkisah Danau Toba terbentuk dari tangisan Putri Ikan yang menikah dengan seorang pemuda yang melanggar janjinya dengan menyebutkan bahwa Ibu dari anak mereka adalah seekor ikan. Putri Ikan yang sakit hati kemudian memerintahkan anaknya untuk naik ke atas gunung, dan tangisan Putri ikan menenggelamkan daerah itu, termasuk pemuda yang menikahinya. Anaknya, Samo yang sedih kemudian terjun dari gunung tempat ia menyelamatkan diri dan berubah menjadi pulau yang berada di tengah-tengah Danau Toba, namanya Pulau Samosir. Menurut pengamatan, Pulau Samosir nampak seperti orang menelungkup jika dilihat dari udara.


Kami berlayar jg ke Pulo Tao (Honeymoon Island)



Banyak burung putih ini di sini. Mirip bangau, tapi lebih kecil.
Beruntung tertangkap kamera :)
Lebih baik mereka hidup bebas :)

Masih di hari kedua, kami melanjutkan berlayar ke Pulau Samosir. Menyaksikan dan menikmati Tari Tor-Tor. (Ada Abang..) <3 :p="" p="">


Kami (Aku dan Kakakku) bersama Abaaaaang.... <3 i="">He is like a stallion
:p

Lalu ke Makam Raja Sidabutar


Hari ketiga, Kami ke Kota Medan. Belanja-belanji :)

Tiga hari yang memuaskan. Terimakasih kepada Allah, yang telah mengizinkan kami pergi ke sana, dan pulang dengan selamat. Semoga lain kali kami bisa ke Pulau Sulawesi, Irian, Bali, Lombok, dan Pulau2 kecil lainnya di Indonesia kalau diizinkan. Amiiiin.. :)

Horas.. Horas.. Horas.. !!!

Nasib Baik Kedua Mati Muda?


Gie, mengutip dari seorang filsuf Yunani, ditulis di buku hariannya.

"Seorang filsuf Yunani pernah menulis ... nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda."

tapi, bagaimana dia yang tak dilahirkan tau dia memiliki nasib terbaik, kalau merasakan bernasib saja tidak?

Gie, banyak penyesalan dalam hidupmu kah? Ya, baiknya naik gunung, Gie. Temani nanti dengan jiwamu yang tertinggal di sana saat kuhirup udara yang sama seperti yang pernah kau hirup, saat kurasakan hawa yang sama seperti hawa yang pernah kau rasa, mungkin tak akan sama lagi pemandangannya, seperti yang dulu pernah kau nikmati. Gie.. Aku tak ingin sepertimu yang mati muda. Tinggalkan aku saat hendak ku bersua dengan kehidupan nyataku. Sungguh, Gie.. tapi tak mampu ku pungkiri kalau romantisme itu indah. Kau semacam naskah skenario hidup favoritku. Ku buat menjadi berusaha merasakan seperti yang persepsiku tangkap juga kau rasakan. Ada sepi, murung, dan sendiri, tapi kau punya cinta yang tersembunyi, dan mereka saja yang kau bagi. Apalagi kalau bukan padang edelweis atau tonggeret? Ah.. Aku suka apa yg kubuat. Kau juga pasti tak menyesal akan hidupmu kan, Gie.. Memang harusnya begitu, selama kita yg membuat hidup kita, bukan yang lain, bukan orang lain, hanya kita.. Inshallah, aku akan ke tempat yang dulu pernah jadi tempat favoritmu bercerita tentang cinta. :)


Kamis, 31 Januari 2013

Another Choking

Gila! Kutemukan penulis yg handal. Pintar mengemas karakter, dan dia bukan banci. Maksudku setengah wanita atau setengah pria. Mungkin sebenarnya di dalam dirinya begitu, atau sebenarnya fleksibel saja. Dia hanya PINTAR. Dan pantas saja wanita itu mengaguminya, alih-alih dia sendiri juga punya otak yang cemerlang, brilian, dan gila. Mungkin menyimpang, aku ingin berada di antara kalian saat rasanya seperti ini. Tenggorokan ku perih, Kawan-kawan.. Buat aku ceracau dan melupakan sakit tenggorokanku. Bukan karena apa-apa. Kalian hanya, mungkin, sependerita. Kau pernah bilang tak rela karena baru saja mendapati satu teman keluar dari penderitaan. Hanya terlalu banyak yang ditahan, hingga menggunung. Seperti sampah di bantar gebang, yang membusuk dan siap ambruk. Yang menimbunpun harus siap-siap terjebak longsoran sampah-sampah hingga tak bisa jadi bernafas. Sekarang ini aku sedang tahan-tahan. Buat aku ceracau, kawanku.. Apa saja itu. Buat aku nyaman berada di antara kalian karena masih sama-sama menderita. Aku yakin kalian juga akan lama memendam semua yang kalian pendam. Aku tidak tahu bisa sebegitu yakinnya aku akan itu, tapi buatku, itu tidak buat kalian jadi menyedihkan atau menderita, malah seperti mabuk dalam derita. kalian butuh derita itu, karena jadi pecandu. Seperti cerita dramaku yang kubuat sendiri. Naskah drama macam ini tak main-main. Kalau penulisnya tidak kuat, risikonya gila. Ah.... Andai kalian tahu aku senang dengan apa yang sedang ku buat. Kau tahu? Semacam kebahagiaan dalam kesendirian. meski dingin dan beku. Buat aku ke sana, berada di antara kalian lagi, dan mabuk lagi. Dengan semua pendukung "pelepas derita", padahal semu, karena mau dihisap sampai kempotpun, sepi yang kita rasakan tak akan hilang. Bang***! Akhirnya keluar juga makian itu. Sabar. Itu hanya untuk diriku sendiri yang tak kunjung kalian angkut untuk berada di sana.

Ah.... Terimakasih, kawanku berotak cerdas.. Terimakasih, karena aku jadi pengagum barunya mulai sekarang. Aku hanya ingin beri tahumu nanti. Ya.. Kalau aku telah baca semua koleksinya. Meski aku akan sangat amat terlambat, aku akan beritahumu kalau aku telah baca semua karyanya. Dia penulis pertama yang sukses bawakan karakter pria dan wanita dengan kelemahan dan kekuatan yang satu rasa dengan yang kusebut keren. Terimakasih, kawanku. Ah.... Tenggorokanku sakit tahu!!


Sabtu, 19 Januari 2013

Menunggu Layang-Layang


Christian kesepian.
Starla kesepian.

Keduanya (sebenarnya) sama-sama merasa sepi. Namun Christian memilih merasakan sepinya dengan tak bersama siapapun, sedangkan Starla, dia memilih sepinya dengan bersama orang-orang yang sebenarnya tak (disadari) dicintainya.

Pada akhirnya, Starla menyadari, kalau mungkin sebenarnya mereka berdua sama. Sama-sama merasakan sepi. 


Padahal judul bukunya bukan Menunggu Layang-Layang. Itu hanya salah satu judul dari 13 karya fiksi dan prosa pendek yang ada di satu buku berjudul "Madre" oleh Dewi Lestari. 

Mungkin tercolek. Jadi suka Menunggu Layang-Layang. Sungguh melalui proses yang panjang sampai akhirnya kebahagiaan sejati itu terraih.