Selasa, 22 Juni 2010

Just a little failure. I can fix it


Itu naik atau turun?

Atau tetap tak bergerak?

Jangan-jangan malah turun

Ah, rasanya tidak

Agak-agaknya tetap

Ya, tetap

Begitu

Aku yakin

Tetap

Eh, tetap tak ya??

Ah, sudah, tetap saja

Kalaupun naik juga tak mencapai target

Ya sudahlah, bersyukur saja. Kemampuan yg sebenarnya

Minggu, 20 Juni 2010

Bulat-Cumullus Nimbus

Dua jam pertama sejak mata terbuka Itu hanya langit biru dengan gumpalan cumullus nimbus

Ah, silau. Kerjap beberapa kali saat setelah benar-benar akhirnya menikmati
Ingin ke sana, mencari ujungnya

Batas itu. Ah, mungkin juga tak ada, karena tak bersudut, hanya bulat dan aku bisa mengelilinginya bebarapa kali. Mungkin tidak, karena memangnya usia ku cukup??


Ah, lalu mengedarkan pandang. Cuacanya cukup bagus. Dan mereka berdua di atas jembatan penyebrangan yang baru saja kulewati dan memang sebenarnya tak sengaja juga terlihat. Yang laki-laki melingkarkan lengannya ke leher yang perempuan, dan perempuan itu tampak menikmati juga memegang tangan yang laki-laki. Mereka diam membebaskan pandangan mereka entah pada apa. Cantik. Pikir ku. Pemandangan yang indah. Lalu kembali dengan dunia. Langit biru cerah dengan cumullus nimbus.


"Enak ya, Neng.. Orang kota mah bisa jalan-jalan..Kita mah orang desa nggak bisa, Neng.."

"Eh?? Tapi di desa masih banyak pemandangan yang bagus kan, Pak."

Yang lebih muda tersenyum. Entah apa yg ia pikirkan tentang ocehan ku.

"Bukan gitu, Neng.. Orang desa mah kerjaannya ngarit terus.."
"Oh.." batinku. baru menangkap apa yang beliau coba keluhkan kepada ku. Beliau ingin refreshing agaknya. Sehari saja tak megerjakan aktivitas rutin. Bagus. Beliau toh bukan robot dan kami berpisah setelah aku dan seorang kawan mencapai tempat yang kami cari. Berpisah dengan bapak itu namun tidak dengan kata-katanya.

Hanya padang rumput yang tak menarik mungkin untuk kawan ku, tapi tidak buat ku. Aku punya memori di sana, jadi bermakna. Ah, tiba-tiba merindukan mereka. Hanya kelakar saja. Aku merindukan mu..


Benda kecil putih itu melayang-layang di angkasa. Warnanya yang putih dan jaraknya yang jauh membuat ku mengira itu UFO. Bodoh! Cuma yang kubuat di kepala ku saja. Aku tak pernah tahu seperti apa UFO, jadi bebas ku gambarkan untuk diri ku bentuk-bentuk UFO.


Melorot di atas bangku ku. Aku tidur lagi. Bahkan tak bernafsu mendengarkan musik-musik yang telah diseleksi masuk ke dalam mp3 ku.
Bagaimana aku menulis. Harus cari inspirasi, lalu teringat dia dan lagi dia benar. Pionir ku.

Aku janji akan mencari ujungnya, walau dia bundar, tak bersudut. Itu berarti aku bisa mengelilinginya berkali-kali.. Usia ku pasti mendukung ku. Bulat bundar, cumullus nimbus.

Minggu, 06 Juni 2010

Bapak ku

"Kamu kuliah itu nggak serius ya, Wit?"
"Ha??" Aku terbengong. "Maksudnya?" Tanya ku lagi
"Iya jadi cuma mengerjakan tugas-tugas yang disuruh dosen.. Jadi nggak pernah nyari referensi lain untuk memperdalam bidang mu." Jelas beliau saat itu. Tiba-tiba. Kaget juga aku dibuatnya. kenapa beliau bertanya hal serius begini pada ku? Tapi akhirnya aku mengangguk.
"Iya." Jawab ku jujur. "Memang begitu. Emang kenapa?" "Ya enggak, masa'kuliah di jurusan sastra Inggris malah nanya-nanya "Gemah ripah Loh Jinawi" apa? Hehe.." Jawab beliau sambil sedikit terkekeh
"Bukan "Gemah ripah.."" Sanggah ku
"Ya tidak.. Itu kan cuma pribahasan saja." Sambung beliau. Tak sadar, aku tergiring emosinya. Beliau diam sejenak. Lalu dilanjutkannya pernyataannya. "Lagipula kalau nanya Bapak bahasa Inggris juga Bapak nggak bisa jawab ya? Makannya nanyanya yang seputar Jawa-jawa?"
Akh.. Entah. Aku terenyuh menyadari beliau seperti menyayangkan beliau tak mahir berbahasa Inggris, jadi tak bisa lebih banyak membimbing ku dalam hal itu. Tenggorokan ku tercekat. Bukan salah beliau jika aku juga sebenarnya tak baik dengan bahasa itu. Aku saja yang kurang keras berusaha. "Habis, lebih baik bertanya apa yang kita tertarik untuk ditanyakan kan?!" Jawab ku akhirnya. karena memang begitu adanya. Aku bertanya-tanya pada beliau semata karena aku memang tertarik pada budayaku. Jawa. Dan ingin lebih tahu lebih tentangnya. Macam mana anak keturunan suku Jawa asli buta budaya?! Seram membayangkannya.
Makannya, Pak.. Jangan larang aku bertanya pada mu soal ini-itu yang Wita yakin Bapak lebih tau ya ^^ Love u, Daddy :)

Pandawa Lima


Kata kakak ku saat itu "Apa-apaan Pandawa?! Katanya simbol kebaikan, tapi tak ubahnya cacat."

Aku diam saat itu karena belum baca sepenuhnya dan agaknya belum masuk sesi dimana Mahabharata memerlihatkan sisi buruk beberap personil Pandawa, tapi setelah sampai, aku setuju dengannya. Mengiyakan, karena memang benar. Pandawa memang tak sempurna, tapi malah jadi suka dengan cerita yang disajikan oleh Mahabharata, karena tidak seperti cerita-cerita pada umumnya yang tokoh baiknya tak jarang diperlihatkan sisi baiknya saja. Oh, ya, karena aku yakin mereka sebenarnya juga punya sisi buruk, hanya mungkin penulis enggan mengekspose saja atau kalau diekspose juga akhirnya akan membuat pembaca menolelir segala keburukan karena condongnya mereka pada sisi baiknya. Itu intinya kan?! Manusia, menurutku begitu. Mereka, Saya adalah abu-abu. Mungkin Hitam, putih juga bisa. Tak sempurna. Namun yang membuat saya tertarik pada Mahabharata adalah sisi buruk mereka yang ternyata untuk saya personal malah tak membuat saya memaafkan sisi buruk mereka. Maksudnya begitu berkesan kesalahan yg digambarkan pada mereka sehingga membuat saya merasa mereka hanya manusia biasa. Tidak layak dijadikan simbol kebaikan yang selama ini digambarkan oleh banyak pengarang. Mereka cacat tampak. Dan, entah, saya begitu senang mendapati penggambaran tokoh seperti itu. Tidak munafik menurut saya. Dan malah jadi keren.

Seperti Yudhistira. Ah.. Dia memang bijaksana. Pandawa lain menghormatinya, tidak hanya sebagai kakak tertua, tapi juga karena pintarnya ia berkata-kata. Yudhistira memang pintar dan cerdas. Dan sekali lagi menjadi panutan karena keputusannya yang bijak. Oh, tidak selalu, Kawan. Tak selalu bijak, karena mengambil keputusan yang tak tepat saat dijebak Kurawa main judi. Apa dia segitu percayanya pada Kurawa. Seharusnya tidak. Bukankah ksatria harus selalu waspada, tp senang karena muncul kekurangan. Dan akhirnya harus kehilangan Indraprastha, dibuang di hutan bersama keempat adik dan juga isterinya. Ah.. Derita.

Dan Bima. Paling suka tokoh ini, karena walau bicaranya tak pernah sopan dan kasar dan emosi yang tak jarang meledak-ledak tanpa pikir panjang, tapi dia penjaga setia Pandawa. Dan sebenarnya dia laki-laki baik yang penyayang, menurut ku. memang darahnya mengalir darah Ksatria dan Dewa juga ^^

Dan Arjuna. Ah.. Disaat banyak wanita memujanya. Menyanjungnya, aku malah melihat sosok Arjuna sebagai yang paling membosankan. Elok layaknya wanita. Memang digambarkan paling tampan dan pintar memanah. Mungkin Cupid jg. Haha.. Tapi, seperti memanfaatkan ketampanannya (rupanya seperti dia sadar kalau tampan) malah isterinya di mana-mana. Baru menikah dan punya anak sudah menikah lagi. Ckck.. Arjuna.. Arjuna.. Kita lihat seperti apa kau lebih lagi di seri Arjuna Wiwaha. Wait me ;)

Ya.. Ya.. karya-karya sastra seperti itu yang menurut ku layak di publikasikan. Ah.. Maaf.. Terlalu subjektif. Tak apa. Ini hanya untuk konsumsi pribadi ku saja ^^v

Dengan damai,

Jumat, 04 Juni 2010

Jumat, 4 Juni 2010

Aku di loteng. Sekarang

Ketika semuanya mulai kelabu

Namun masih ada bintang itu

Menyembul di antara yang gelap

Mengganggu cercah sinarnya

Berdesakan hingga akhirnya kena

Dia dapat tempat di sana

Tempat di mana bersinarlah cahayanya tanpa raga

Dan aku menunggu hujan

Yang tak kunjung datang

Tapi jangan-jangan menentang kodrat alam

Karena langit telah temaram

Dan matanya tak berkedip

Menilik, mengintip agar tak terpatri di hati

Karena tak penasaran lagi

Biar tak jatuh bintang itu

Menjadi neon di sana

Melengkapi yang gelap

Agar tak lagi meratap

Langit

Punya satu bangga dengan mutiara

Hujan rintik-rintik

Dan aku pun tersenyum

Dia masih di sana

Menghias malamnya

Black

This rain is so perfect

Completely weep sad

It is

This rain is so perfect

but it doesn't make me wet

I know that it isn't exactly a mad

I just try to chase a rat

Rat that dead

and I hate to say

He just walk ahead

Ignore me without any hat

And it is black

It just wearing tuxedo disappear with max

with shadow as a foe

sight of my right

I know you, Dad

Because I trace it not that bad

I know it you comeback

With no voice

Just silence

Makanan & Kebutuhan

"Kenapa tak kau beli makanan itu padahal ingin?"

"Kau pikir makanan itu akan menjadi enak untuk perut ku yang penuh?"

"Makanan apa yang enak menurut mu?"

"Yang jika dimakan saat lapar."


*"Aku" bukan aku.