Minggu, 27 Februari 2011

Jarum jam dengan putaran yang kebalikan


Kalau waktu diputar ke arah terbalik. Apa jadinya, Kawan? Ingin tahu, karena yang aku tau, itu mungkin, tapi rikuh dibuatnya. Sadar ketika melakukannya tadi bersama ember cucian, ketika sedang membilasnya dengan air keran. Sebenarnya bisa saja aku memutar ember itu dengan normalnya aku memutar ember untuk dibilas, searah jarum jam tentu saja, tapi entah, busa sabun di sebelah kiri dalam ember membuatku memprioritaskan untuk membilas ke arah kiri terlebih dahulu, dan yah.. agak aneh. Lalu entah, teringat waktu. Bagaimana jika waktu diputar ke arah yang sebaliknya dr yang normal?? Apakah bisa. Oh.. Tentu saja! Aku pernah melihat
design jam dinding macam itu di rumah temanku yang mewah. Namun, jadi geli karena aku bahkan terkecoh oleh pemikiran tentang putaran jam yang normal ada. Namun, itu hanya design. Mereka hanya membalik keberadaan angkanya, jadi bukan diputar mundur. Maksudku.. Oke, diputar mundur, tapi bukan dengan angka normal berada pada tempatnya. Bagaimana, Kawan?? Bagaimana jika begitu??

Hehe.. Aku baru menyadari kalau itu hanya bagian dari gambaran tentangku. Tentang lampau. Masa lalu.. Terimakasih dan jika itu kulakukan, mungkin akan sama seperti yang kurasakan. Sebuah kerikuhan. Well.. Life indeed must go ahead, not go back -- d

Sabtu, 26 Februari 2011

Kalau memang jalanNya


Saat itu aku masih tertawa-tawa kala telepon diambil alih olehnya

Saat itu aku masih bisa bercanda-canda dan melepaskan segala cerca yg tentu saja tak akan melukai hatinya, karena tau itu biasa

Saat itu aku masih bisa bermanja-manja dengan rajukkan

Dan beberapa saat setelah permintaannya, yg juga tentu saja hanya canda, bulir2 itu jatuh bersama pengkurku

Dan entah, jadi berpikir keras untuk sesuatu yang pantas kuberikan untuknya

Itu menjadi yang paling pertama, karena yang lain tak berisi cinta sedalam makna hadiahnya

Itu akan sulit dan berat

Aku bisa saja membawanya menjadi santai, tapi pasti akan tetap jadi kaku

Aku hanya ingin memberikan hadiah itu untuknya, bukan yang lain, hanya benda itu yang pantas

Aku harap dia baca

Aku harap menjadi lebih setelahnya

Setidaknya aku ingin dia tau tentang yang diridhoiNya

Aku ingin kita sejalan

Aku memang bukan yang suci sekalipun

Hanya ingin yang terbaik untukmu

Karena tersiksa tak bisa lebih berdoa banyak untukmu

Aku tau itu sama seperti protesmu dulu

Hingga tak kuucapkan lagi sekarang tiap bertemu muka denganmu. Padahal telah kukatakan alasannya, dan cukup membungkammu

Keduanya sama. Hanya ingin memberikan sesuatu yang baik untukmu

Karena aku sayang kau

Itu lebih dari sekedar peluk atau cium yang selalu enggan ku terima

Itu cinta, Ayah..

Aku mau, aku bisa mendoakanmu yang macam-macam

Dan aku harus bersabar sampai Dia mengabulkan

Yeah.. Aku tau, aku cinta padamu, walau aku juga bukan yang suci

Sampai kata itu terucap dengan niat