Senin, 08 April 2013

Nasib Baik Kedua Mati Muda?


Gie, mengutip dari seorang filsuf Yunani, ditulis di buku hariannya.

"Seorang filsuf Yunani pernah menulis ... nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda."

tapi, bagaimana dia yang tak dilahirkan tau dia memiliki nasib terbaik, kalau merasakan bernasib saja tidak?

Gie, banyak penyesalan dalam hidupmu kah? Ya, baiknya naik gunung, Gie. Temani nanti dengan jiwamu yang tertinggal di sana saat kuhirup udara yang sama seperti yang pernah kau hirup, saat kurasakan hawa yang sama seperti hawa yang pernah kau rasa, mungkin tak akan sama lagi pemandangannya, seperti yang dulu pernah kau nikmati. Gie.. Aku tak ingin sepertimu yang mati muda. Tinggalkan aku saat hendak ku bersua dengan kehidupan nyataku. Sungguh, Gie.. tapi tak mampu ku pungkiri kalau romantisme itu indah. Kau semacam naskah skenario hidup favoritku. Ku buat menjadi berusaha merasakan seperti yang persepsiku tangkap juga kau rasakan. Ada sepi, murung, dan sendiri, tapi kau punya cinta yang tersembunyi, dan mereka saja yang kau bagi. Apalagi kalau bukan padang edelweis atau tonggeret? Ah.. Aku suka apa yg kubuat. Kau juga pasti tak menyesal akan hidupmu kan, Gie.. Memang harusnya begitu, selama kita yg membuat hidup kita, bukan yang lain, bukan orang lain, hanya kita.. Inshallah, aku akan ke tempat yang dulu pernah jadi tempat favoritmu bercerita tentang cinta. :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar