Jumat, 28 Oktober 2011

*sigh..


Tak ada yang lusuh saat itu, kecuali mukaku yang tak lagi bisa fokus untuk cerita2 yang lain sesaat setelah perintah secara langsung dengan nada kasar itu terlontar. Walau ditanggapi dengan tawa puas, pikiranku malah kacau.

Ingin rasanya bilang kalau bukan itu yang sebenarnya ingin disampaikan. Selalu jahat untuk orang yang masuk ke dalam kategori lebih luar biasa dari yang luar biasa. Ah...



Inget woi! Dicintai y dicintai.. Gak usah terlalu ngarep balesan. Have to learn not to expect too much *sigh.. = (

I'll be missing u, just.. take care, U.. T.T

Selasa, 25 Oktober 2011

Cinta Fatima_Sang Alkemis_Gadis Gurun yang tangguh @--














Cinta itu bahasa yang bisa dipahami oleh setiap orang di bumi dengan hati mereka. Sesuatu yang lebih tua dari umat manusia, lebih purba dari gurun.

"Gurun mengambil para lelaki kami dari kami, dan mereka tidak selalu kembali,""kami tahu itu, dan kami terbiasa dengannya. Mereka yang tidak kembali menjadi bagian dari awan, bagian dari hewan-hewan yang bersembunyi di jurang-jurang dan dari air yang keluar dari bumi. Mereka menjadi bagian semuanya... Mereka menjadi Jiwa Buana. Beberapa memang kembali. Dan kemudian perempuan-perempuan lainnya gembira karena mereka percaya suami-suami mereka pun akan kembali suatu hari nanti. Aku terbiasa melihat para perempuan itu dan iri pada kebahagiaan mereka. Sekarang, aku juga akan menjadi salah satu dari perempuan-perempuan yang menunggu. Aku ini perempuan gurun, dan aku bangga akan hal itu. Aku ingin suamiku berkelana sebebas angin yang membentuk bukit-bukit pasir. Dan, jika terpaksa, aku akan terima kenyataan bahwa dia telah menjadi bagian dari awan, dan hewan-hewan, dan air gurun."

"Seseorang dicintai karena dia dicintai. Tak perlu ada alasan untuk mencintai."

Sang Bocah melihat mata Fatima berlinang.

"Kamu menangis?"

"Aku ini perempuan gurun," katanya, memalingkan wajah. "Tapi bagaimanapun, aku ini perempuan."

fatima_Sang Alkemis_

She is a wonderful tough woman b--, Love her personality

Sabtu, 22 Oktober 2011

letupan baru, resah baru ..

















Aku mulai menyukainya, aku rasa. Sudah ku bilang kalau aku tak pernah suka pada seseorang, untuk benar2 suka, pada pandangan pertama, tidak. Makannya kalau aku menyukai seseorang yang bagus fisiknya, mungkin itu hanya akan jadi ringan, tak serius, tak benar2 berat. Heheu..

Sudahlah.. Aku belajar satu hal. Ketika Kau dicintai seseorang, kau tidak perlu balas mencintai, jika kau memang tak mencintainya, tapi bagus jika cinta itu terbalas. Hehe.. Aku setuju. Itu yang namanya tulus, sebuah keikhlasan yang lahir dari murninya hati sekalipun telah tercemar. Hatikupun pasti telah dilekati banyak noda2 pekat, tapi jika aku punya "itu", "itu" akan datang dari murninya hatiku yang menyeruak untuk paling tidak membuat empunya hati sadar.

Baru saja menyelesaikan Sang Alkemis, tepatnya kemarin. Aku sama sekali dangkal dengan maksud2 terselubung dari kalimat2 yang aku yakin maknanya dalam, tapi sialnya, gagal ku olah. Sampai tak mengerti cerita akhirnya. Satu2nya scene yang ku mengerti adalah scene di mana sang bocah bertemu Fatima, hartanya yang akhirnya dia sadari sebagai yang paling berharga. Gadis gurun itu luar biasa, mereka wanita2 yang sangat sabar dan ikhlas untuk penantian panjang yang berisiko, tapi mereka terima itu sebagai wajar, dan ketika orang yang mereka nantikan tak kunjung datang, maka mereka mengikhlaskannya sebagai lahir menjadi "jiwa buana". Aku juga tak mengerti apa itu jiwa buana. Aku hanya menafsirkan itu sebagai roh2 suci yang akan menjadi bagian dari alam semesta, yang mereka ikhlaskan sebagai, walaupun dengan wujud yang berbeda, mereka masih tetap berada di sekeliling mereka, yang menanti. Luar biasa. Dan aku selalu berpikir, ketika seseorang talah sanggup mengabaikan kebutuhan dasar mereka, nama baik, harga diri, dan sebagainya yang sangat manusiawi, itu akan membawa mereka ke fitrah. Aku tak tau itu betul atau salah. Itu yang aku pikirkan, karena kebutuhan2 dasar tersebutlah yang pada dasarnya dikejar oleh manusia. Yah.. Silahkan katakan kalau: Namanya juga manusia. Hm.. Susah juga untuk menjadi tak mengejar itu lagi.

It maybe I have to start learn to love someone without exception. It would be wonderful :)

Kamis, 20 Oktober 2011

Hidup dengan banyak simpangan (pilihan)


Dia tau
Semua rasa
Dipendam, dikubur, disembunyikan
Dan aku yg jalani, terima saja, terimakasih

Ketika hujan, mendung, dan jadi berkabut, lalu dingin menjalar
Tak terungkap kecuali pelukanMu yg tiba2 buat tenang
Lalu bisa tiba2 menangis, lalu tak lama tertawa, biasa.. hanya pakai sebuah emosi yang dibuat lagi

Sejak kapan itu munculpun aku tak pernah tau
Ketika telah jadi peduli maka itu akan jadi berat

Hanya Tuhan yg tau

Berikan semua yang terbaik untuknya
Ceracau yang buatMu sulit tidur
Lucu sekali, lagi2 aku merupaiMu seperti hambaMu, padahal jelas beda. Ah.. Aku tak tau

Aku masih bisa bertahan. Mungkin..
Tak tahu kalau itu selalu tercekat dan rasanya sama sekali tak enak
Aku berlindung hanya kepadaMu
Dan hanya kepadaMu, aku rela kembali
Mungkin pernah takut, tapi rentetan 2 baris itu buat sakti

Tuhan.. Aku suka permainan ini

"peduli" menjadi hitam-pink
Perpaduan warna yg sempurna

Tuhan.. Telah tahulah Kau ungkapan yang sulit
Lucu.. Selalu buatku lantas ingin menjangkau, tapi jeruji itu tak pantas
Lebih suka buatnya tak terkekang
Hewan liar yang bebas menggeram jika marah, dan menubruk, merangsek lewat sela2 belukar, rapat dan menakutkan, namun jadi seperti menantang. Itu hanya sebuah gambaran (nya)
Dan itu akan tidak indah lagi, lalu hilang percikan api sedikit2 yang tak sabar membakar
Tak suka api itu jadi padam, tapi Kau bisa buat itu tak jadi kobaran kan.. Aku harap..

Hewan liar itu.. Tak terjangkau
Jaga dia ketika melompat, berlari, merangsek, Tuhan.. sabana sekalipun..

Senin, 17 Oktober 2011

Gloomy Days on my Period :\













Hiks! Kenapa nggak ilang2 y sedihnya, khawatirnya dan jadi pengen nangis lagi, lagi, dan lagi.. (dih.. nangis apa hobi?!). Rasanya hampir sama seperti zaman kerusuhan dulu. Ketika saya masih SD dan Kakak saya SMP. Rumah kami yg bersebelahan dengan perumahan yg ditempati mayoritas Chinese, jadi ikut waspada. Ibu saya mengepak surat2 berharga untuk mudah langsung dibawa ketika situasinya menjadi tak kondusif lagi. Saya yang masih kecil saat itu berpikir kalau kami harus pindah rumah, dan serta merta menangis memeluk kakak saya, karena tidak mau pindah rumah meskipun kakak saya telah memberi pengertian kalau kita tidak akan pindah jika kondisinya membaik.

Hua.. Ternyata memori yang membuat kita sulit dan mudah meninggalkan sesuatu. Langsung ingat masa itu ketika akhirnya mendengar beberapa teman kosan memutuskan untuk pindah jika tak ada tindakan lanjutan dari pihak penjaga dan pemilik kosan untuk meningkatkan keamanan kosan. Entahlah.. Mungkin saya juga sedang datang bulan hingga tak stabil emosinya atau apa (tp biasanya juga gak gini2 teuing da'TT), saya jadi lebih sedih dari biasanya. Dan seperti sangat tidak ingin mereka pergi. Mungkin ada unsur egois juga ketika tak mau ditinggalkan, makanya, walaupun itu menjadi lumayan berat, saya berusaha untuk tak terlalu menunjukannya (Bohong! Saya tulis ekspresi itu d jejaring sosial, cerita kepada kakak saya, diekspresikan di blog, dan cerita sm temen chat. Huks2..). Karena yang ada di kepala saya saat ini adalah: Kalau nggak ada mereka, pasti nggak seru lagi :\

Sabtu, 08 Oktober 2011

Intermezo pasca 3 Oktober 2011


Hohoho.. 3 Oktober itu hari lahirku lowh.. Sekedar informasi biar tak bertanya2 apa pentingnya tgl segitu. Penting buat gua [nyengir lebar dengan cuping hidup dimegarkan, bangga. Hehehehe..]

Malam itu, kayaknya tgl 5 Oktober 2011, aku dan uda berbincang, tak ada yg penting, cuma ngobrol seperti hari2 biasanya kalau kami sedang nggak ada kerjaan (biasanya jg gak ngerjain apa2, padahal mh kerjaan ada. Gak harus disebutin kan kalo kerjaan itu tak lain dan tak bukan adalah skripsi. Grrr.. kesebut) Iya.. tiba2 obrolan mengarah ke tragedi 3 Oktober 2011 kemarin, sekitar pukul 20an. Saya, sebut saja korbannya, diajak makan ke warung ibu (warung nasi deket kosan yg enak dan murah meriah, jd anak2 kosan betah di Kindah, bukannya cepet2 selesein skripsi dan minggat. Heheu..) Dan ternyata ajakan makan itu hanya modus mereka, Saudara2.. Seperti yg telah saya katakan sebelumnya, saya sebagai korbannya diikat dengan menggunakan spanduk (gak elit banget). Baru aja keluar dr gerbang kosan, Helsa menyergap saya, tangan saya dipuntir ke belakang (lowh ko'bisa?!), yah.. maksudnya dikebelakangin biar saya nggak berkutik. Awalnya karena langsung tau mau diapa-apain y normalnya saya meronta-ronta, tapi tak kunjung lepas, malah dapet bantuan dari Uda (sial). Mereka lalu bawa spanduk untuk mempermudah mengikat saya. Huuu.. Nggak elit banget kan.. Lalu saya digiring ke jalan menuju sawah belakang kosan. Gelap bo'.. Dan saya pun meronta-ronta lagi, tapi gagal (lagi). Dan penggiringan itupun berakhir di tanah lapang tak terlalu besar sebelum jalan kecil menuju sawah. Glegh! Langsung tau deh bakal dimandiin pake'bahan2 yang biasa buat adonan kue. Apalagi kalo bukan air seember, telor plus tepung terigu, cuma minus minyak goreng, gula, sama backing powder ajah, kalo nggak mh, saya udah siap panggang. Heu.. Yak! Proses itu berlangsung cepat, saya bisa merasakan telor plus kulit2nya ditempelin dimuka saya. Nikmat.. Itung2 maskeran gratis, soalnya wajah saya jadi mengencang sebelum bilas pake'sabun. Heheheh..Dan jadilah saya tontonan anak2 satu Kindah.. "Cieee.. Yang ulang taun.. Selamet ye.." Glegh! (lagi) *pasang muka beton. pergi ke kamar mandi dan bilas. Untungnya Sindy dan Helsa bersedia bawakan saya baju ganti, handuk, dan peralatan mandi ke bawah. Huuu.. Yang kena peluk cuma Sindy. Yang lainnya curang, langsung pada masuk ke kamarnya Helsa (hiks! Dendam)

Setelah kelar mandi langsung ke kamar. Di depan kamar udah nongkrong lagi, Uda, Arif, dan Bella. Pikir cuma sekedar nongkrong. Gak taunya begitu buka pintu kamar yang curiganya gak terkunci, di dalem udah ada Sindy dan Helsa megang kue sambil nyanyi "Happy B day". Oooow.. Manis banget mereka. Begitu lagu abis dinyanyiin, mereka nyuruh aku untuk "make a wish" dan Helsa dg semangatnya nyuruh potong kue, karena dah gak sabar buat nyocol sepotong. Ahahaha.. Dasar!

Terakhir.. Aku cuma bisa bilang "Aku cinta kalian" di video yang direkam pake' HPnya Bella.. Dan aku bersyukur masih ada yg mau jd temanku, repot2 bikin rusuh Kindah lagi'. Hehehe.. Dan untuk teman2 kelasku, yang nyusul dg kejutan kue ulangtahun lagi... Menerjang angin malam nan dingin, capek2 dari Ciseke dan Cibesi ke Sukawening, Hadi (suami sewaan), Fahri (engkoh2 Cina), dan Adit (si hamba Allah) plus Reza (anak manusia yg kecewa sm kehidupan di sekitarnya :p). Romantis banget kannnn... Hm.. Aku beruntung sekali. Aku akan belajar untuk tidak jadi egois, karena punya orang2 di sekitarku yang sangat peduli kepadaku, karena tak hanya hidup sendiri, karena tak mau kehilangan lagi. Aku akan berusaha untuk lebih peduli :)

Dan kata itu terucap, ketika kami berbincang tentang tragedi 3 Oktober lalu. "Itu karena sayang.." katanya. Glegh! Tak ada yg keluar saat itu selain diawali dengan senyum yang mengembang sempurna, tapi malu. Dan akhirnya cuma dibales dengan mati2an nahan malu "Wah... Kalo kata Helsa, malem ini wita tidur sambil senyum nih.. hahaha.. " Kataku akhirnya; Dan kami berdua tersenyum. Entah apa yg dipikirkan. Aku?? Tentu saja bahagia luar biasa. Semoga kami bisa berteman seumur hidup. Amiiin.. Itu salah satu doaku waktu tiup lilin lowh, selain cepet lulus :D

Thank to GOD n u all, My friends, for that priceless moment ^*^

Minggu, 02 Oktober 2011

Coba lagi-Teh-Menunggu-Pergi


Pagi ini seperti biasa. Aku tak bangun pagi, tapi tak keburu kepanasan juga dengan teriknya matahari siang. Kebiasaan begadang jadi buat tak mampu bangun dini hari. Gawat memang.

Pagi ini, seperti biasa, mulutku hambar, harus mengecap sesuatu, jadi seperti hari2 biasanya, ku jerang air, dan menyiapkan minuman hangat. Udara di kosanku yang walaupun sudah tak pagi, tapi belum siang juga, masih berasa dingin, jadi cocoklah minuman hangat itu mengepul, dan dinikmati dari beranda depan kamar, biasanya sambil ngobrol dengan teman sebelah kamarku yang punya kebiasaan yang sama. Menyeduh minuman hangat di pagi hari :)

Teh, kopi?? Hm.. Aku mulai berpikir. Aku ambil 1 sachet kopi, tapi kemudian kutaruh lagi, aku putuskan untuk menyeduh teh saja, selalu berpikir kalau teh lebih ringan ketimbang kopi, dan aku sedang ingin yang ringan, lagipula teh buatanku, resep ibu, selalu enak. Tehnya tak disajikan instan dengan mencelup kantong teh ke air panas yang kemudian larut perlahan dan berubah warna, tidak. Teh resep ibu itu selalu disaring. Teh bubuk yang masih terlihat daun2 dan batang kecil2nya itu diseduh, didiamkan sesaat, baru disaring ampasnya untuk dituang airnya ke gelas yang telah diberi gula. Rasanya? Jangan tanya.. Jauh lebih sedep dari yang celupan. Lagipula, teh tubruk lebih ramah lingkungan, karena tak meninggalkan sampah kantung tehnya. Hehehe..

Teh tubruk manis hangat siap. Hemh.. Aku menikmati wanginya, menghembuskan nafas, begitu nikmat, ditambah dengan udara pagi ini yang ternyata tak terlalu panas. Lalu aku teringat tugas akhirku, skripsi, yang tak kunjung kusentuh. Ada rasa ingin bergumul lagi dengan itu, tapi aku masih harus menunggu sumber dataku yang belum datang karena memang seharusnya akan datang besok lusa, lalu aku menghirup lagi sedikit teh manisku. Masih menunggu.

"Mau ke mana hari ini?" Tanya teman sekamarku saat kami berbincang. Ritual rutin pagi kami.
"Hm.. Entah.. Ke kampus barangkali.." Selorohku, lebih karena sebenarnya tak begitu penting untuk ke kampus. Lalu kutanya dia balik, ia mengangguk, menyamakan rencana, lalu memutuskan untuk pergi bersama.

Kuseruput genangan terakhir di dasar cangkirku. Tak mau tersisa, lalu mandi, dan pergi. Pagi hari ini masih belum ada yang spesial.

*Kisah nyata hari2 wita. Ckck.. --"

Persahabatan Bagai Kepompong


Dia bilang "Ya.. terserah sih kalo elo lebih percaya dia daripada gue, kalo elo lebih percaya sama temen yang baru elo kenal.."

Bisa2 aku memutar bola mataku, tapi kutahan. Hanya menghujat dalam hati kalau aku akan berpikir ulang untuk pernyataan yang ia lontarkan. Aku kan masih punya otak. Masih bisa mempertimbangkan hal2 macam itu. Huh! tapi akhirnya memberikan dia rasa aman dengan menyakinkannya bahwa aku juga akan berpikir begitu. Aku akhirnya harus meyakinkannya kalau aku akan lebih percaya dia daripada teman yang baru saja aku temui. Baka!

Semoga bisa bertahan lama persahabatan ini.. :)