Selasa, 28 Desember 2010

Aku punya segalanya termasuk Dia?


Tuhan, Kau hanya butuh cinta, itu kesimpulanku. Saat Kau mencipta dan ciptaanMu melengos, memalingkan muka dari Mu, Kau akankah sedih?

Tuhan, aku baru saja berpikir. Aku sayang Franklin, hewan peliharaanku, dia tak kucipta, tapi aku cinta dia, dan kalau dia tak membalas cintaku, sudah pasti aku akan sedih

Tuhan, itu yang kupirkan. Bagaimana Kau yg telah dengan pasti walau sedikit pakai usaha. Aku memang tak pernah tahu seberapa besar kekuatanMu, yg jelas, aku cuma ciptaan. Aku tahu itu sangat.. sangat besar, tp tak tahu sangat besar sampai bagaimana? Yah.. Jangan marah Tuhan.. Bukan berarti aku meragukanMu. Tidak! Sama sekali tidak, karena, aku tahu Kau hanya beri aku sedikit sekali kuasa d bumi.

Tuhan, mungkinkah Kau sedih jg dengan ciptaan Mu yg memalingkan muka? Pasti kah Kau kecewa? Tapi sebegitu besarnyakah cintaMu pada kami hingga tetap Kau pantau kami, tetap Kau beri makan kami, tetap Kau beri kebahagiaan, walau aku bisa mafhum jika terkadang Kau harus menghukum kami. Ah, aku mulai sok tau dg menyangka kalau Kau terkadang kesal jg pada kami. Entah.. Aku memang tak pernah tahu. Y kan?!

Tuhan.. Maafkan aku. Aku tak mau kehilangan Mu lebih karena aku memikirkan diriku sendiri, aku sama sekali tak memikirkan perasaan Mu. Aku selalu berharap diberi tanpa mau memberi.

Tuhan.. Saat aku merasa diriku rendah atau tak berguna sampai merasa tak pantas untuk bersanding dengan siapapun, apakah aku melukai Mu? Kau telah susah payah atau mungkin mudah, tapi mau membuatku, dan aku sempurna. Aku tahu. Maksudku. Aku sehat, tak cacat fisik, dan aku puas dengan fisikku, tp rusak jiwa karena apa? y Tuhan.. Maafkan aku.. Aku tak tahu bagaimana aku perbaiki ini, tapi aku akan memulai sesuatu sekarang. Sesuatu, dan Kau pasti tahu itu.

Aku akan belajar untuk mencintai Mu

Maaf aku selalu lancang, tp ingin sekali aku memeluk Mu.. Aku akan berusaha lebih dekat dengan Mu

Tuhan.. Beri aku kesempatan itu, jd teringat wanita yg sedang kepayahan yg ku tau. Semoga Tuhan beri keajaiban untuknya. Semoga dia semakin cantik biar yg laki-lakinya bahagia ..

Akh! Tercabik lg. Maaf Tuhan.. Apa namanya ini? Masokis?

Selasa, 21 Desember 2010

hanya kritik dan perbandingan saja (redudansi)

Senjata itu, ketika diserahkan untuk dijadikan alat terhadap sebuah tujuan yang tidak ingin dilakukan, menurutnya seperti berat gunung dipikul. Rasanya ingin dibanting saja alat itu sampai hancur hingga punya alasan untuk tak menjalankan rencana yang tujuannya tak sesuai dengan hati. Kau tahu? Seperti ingin menghilang dari hadapan petitah. Gerakan lamban itu tandanya. Artinya, tak benar-benar mau menerima titah untuk dijalankan. Ragu. Keraguan.

Dia bicara kepada anaknya tentang kitab Mahabharata. Dengan harapan, anaknya telah paham betul apa yang harus dilakukan seorang ksatria. Harus tertawa nyinyir aku untuknya kalau begitu, karena apakah seorang ksatria juga melakukan hal yang rendah dengan menyingkirkan halangan begitu saja tanpa sepadan halangan yang ia hadapi. Seorang wanita. Dan berarti, bukankah dia harus membunuh dua orang sekaligus dengan hanya membunuh satu, karena satu itu bukan terbentuk hanya olah satu yang ada, tapi dua. Aku tak mau katakan aku sedang bicara tentang apa. Aku tahu aku benci mengatakan kata itu, makanya tidak.

Seorang raja yang tak berpikiran luas kan?! Dia berkata tentang pengorbanan kepada anaknya untuk kebahagiaan rakyat, tapi berkacakah dia kalau sebenarnya dia juga telah tak mau berkorban dan hanya mempertahankan martabatnya sebagai raja. Telah egois dia dengan berpikir bahwa ucapan seorang raja tak mungkin bisa ditarik lagi, dan sangsi moral yang akan ia hadapi dan aku rasa dia telah paham itu. Dia juga mengatakan hal sama. Kalau memang ia tidak berpikir seperti itu, dia toh bisa merundingkannya lagi dengan raja Kediri. Toh mereka masih bersaudara. Apakah tak ada jalan keluar lagi selain bermusyawarah lagi untuk menghindari pertumpahan darah? Toh Raja Jenggala masih punya beberapa anak laki-laki yang bisa dinikahkan dengan Putri Kediri untuk menyatukan dua kerajaan yang dulunya satu. Kenapa harus begitu patuh pada aturan jika akhirnya mengikat dan tak bisa bergerak bebas? Kenapa tidak bisa lebih fleksibel saja untuk mencari jalan keluar yang terbaik? Salah apa keduanya jika mereka juga disatukan karena rasa? Memangnya dia bisa menggantikan rasa yang hilang. Kalau tak bisa bukankah lebih baik rubah caranya?

Akh.. Belum selesai, tapi aku selalu puas dengan jalan cerita macam ini. Yang selalu bisa buatku berkomentar tak baik untuk tokoh yang digambarkan memang semestinya melakukan hal yang ia lakukan, padahal mungkin saja menimbulkan Pro-kontra. Kritis. Manusiawi. Dan sudah lama aku ingin sekali menghujat serial TV yang berbau rohani. Oh.. Sungguh hanya satu yang ku suka, dan itu karangan Dedi Mizwar. Heuh, dia memang keren. Dia tak pernah menampilkan yang berlebihan, sederhana namun mengena. Mereka pikir semuanya harus diungkapkan dengan kata-kata? Oh.. kasihan! Padahal non-verbal lebih banyak muncul dalam komunikasi daripada verbal, tapi yang lain tetap memaksa mengeluarkan emosi lewat kata-kata, padahal mimik lebih penting menurutku. Bagaimana bisa orang simpati kepada orang yang sering mencurahkan yang ia rasa dengan kata-kata. Aku rasa itu hanya akan keluar sebagai keluhan semata atau bahkan ria. Ingin orang lain tahu kalau dia, mereka bertuhan. Maaf, aku hanya tak tahan saja, film itu menjadi banyak digemari sementara aku terganggu dengan erangan tangisan yang meminta ampunan Tuhan untuk orang yang telah mendzalimi mereka atau mengatasnamakan Tuhan untuk menyampaikan apa yang Dia suka dan tidak tanpa menyertakan juga darimana asal Tuhan suka atau tidak suka. Dan tokoh utama yang selalu terlihat sebagai pahlawan, yang tiba-tiba muncul untuk meluruskan perkara dan memberikan petuah-petuah yang baik. Hah! mana baik itu kalau tadi sore, aku yang kebetulan nonton serial TV itu karena memang selalu ditonton anak-anak kostan melihat ganjil yang ironis. Tiba-tiba sang pahlawan datang. Memberi petuah lalu pergi. Apa yang aneh? Yang aneh adalah ketika ia tak melakukan apa-apa untuk yang menjadi korban pendzaliman. Ia bahkan tak membantu membetulkan letak gerobak orang yang didzalimi tersebut yang telah tergeletak, ke posisi yang seharusnya. Hey, sekali lagi!Kalau aku jadi orang itu, aku hanya akan menganggap petuahnya sebagai omong kosong. Dia tak menerapkannya dengan perbuatan. Menyuruh untuk sabar dan anggap musibah itu sebagai cobaan lalu pergi. Hah! Sebenarnya dia peduli atau tidak? Atau hanya mau orang lain menganggap kalau dia orang suci? Cih! Maaf, tapi menurutku itu tak masuk akal sama sekali. Perbuatan harus seiring dengan kata-kata. Dan ketika kau tau yang mana yang benar tapi tak bisa berbuat itu atau belum bisa berbuat yang dibilang benar, maka simpan saja kata-katamu dan keluarkan saja untuk konsumsimu sendiri, jadi bisa menjadi sebuah sentilan, jika kau melakukan kesalahan. Tahan kata-kata sampai kau bisa mengaplikasikannya. Tulis hanya untuk pengingat. Remainder. Yah.. Dan selalu mengena kata-kata itu saat ditorehkan dengan rasa. Setidaknya aku merasa begitu, makannya seorang penulis-penulis yang keren, aku yakin punya perasaan lebih sensitif dari yang tidak menulis.

Salam ku untuk semua yg menulis. Hanya lewat Dunia tanpa suara dg barisan kata-kata :)

Sabtu, 04 Desember 2010


Ketika aku melihat ke depan dan tiba-tiba yang lalu hilang. Sebuah kebahagiaan yang mungkin akan muncul dan setidaknya satu beban berkurang. Sama seperti yang lainnya, aku ingin membahagiakan mereka, dan tak boleh aku menyerah. Harus kuperjuangkanlah sesuatu itu dan aku harap dilancarkan.

Ketika aku bertemu dengannya, dan semuanya yang sebelumnya buatku tak fokus sesaat hilang, dan aku harap bisa tetap fokus sampai waktu yang kutunggu datang. Dan aku bisa melempar toga itu dengan senyum mengembang, lalu memeluk mereka, aku harap tak sampai berlinang. Bagaimanapun bodoh dan nakalnya aku, dua orang itu yang ingin sekali aku buat bahagia agar mereka tak merasa sia-sia. Hahah..

Siap. Dan aku harus bisa. Sebuah optimisme baru. Yuhu!! Mudahkan kami Tuhan..

Rabu, 01 Desember 2010

Dunia tanpa suara yang tak terjangkau


Hanya terdengar detik jam dan jangkrik saat itu. Ketika kau mulai membuatku merasa seperti seonggok kucing kecil liar yang dibuang. Ketika seperti aku harus merasa dikasihani dan mendapatkan kasih sayang. Aku tak perlu itu darimu. Bisa aku dapatkan bukan dari sesuatu yang akhirnya kau tau dari orang terdekatku. Aku masih bisa berjalan dan mencari keamanan, setidaknya untuk organ vitalku yang merasa terancam. Ah.. Aku sungguh berlebihan, aku tau. Tapi bukan situasi seperti ini yang aku mau. Heeh.. Dan kalu memang yang natural itu tak ada, mungkin aku memang tak bisa menerapkannya, setidaknya untuk di dunia pada umumnya manusia gunakan. Entah.. Apa itu, seperti aku masih yakin menggunakannya, memegangnya, membuatnya ada di duniaku. Mungkin hanya aku atau orang-orang tertentu yang tak normal? Abnormal? Kau tau, aku seperti ingin pergi ke dunia tanpa suara, dimana aku bisa mengacak-acak segalanya tanpa perlu takut dihujat atau dibantah. Dimana mungkin aku jadi bisa berkata-kata, lalu akan kutorehkan setiap kata itu pada dinding ruang kosong dan memenuhi setiap jengkal, jarak di dinding. Akan aku penuhi lalu pindah lagi ke tempat lain, melihat tembok-tembok milik orang lain. pindah dari satu ruang ke ruang yang lainnya, lalu akan kuperhatikan milikmu. Seperti apa sebenarnya kau. Akan aku perhatikan dengan seksama, akan hati-hati aku membacanya, dan akan aku cermati maknannya, yang mungkin hanya persepsi karena aku bahkan tak mampu berbicara dengannya. Tentu saja, kami berada di dunia tanpa suara milikku, dan tentu saja peraturannya adalah tak ada suara, hanya kata-kata. Dan aku akan bergantian melihat mimikmu, melihat gesturmu, melihat setiap petunjuk yang kau buat oleh setiap gerakan tubuh. Tengklengan kepala, tatapan, postur, dan semuannya yang kau tunjukkan untuk berkomunikasi secara non-verbal saat verbal hanya berupa kata-kata yang dirangkai di permukaan dinding. Aku benci mendengarnya. Suara detik jam dan jangkrik itu menggangguku. Bukan karena mereka tak enak didengar, lebih kepada hening yang tiba-tiba muncul bersamaan dengan dua bunyi yang jelas terdengar tersebut. Kau tau, seperti sendiri rasanya dan aku jadi tak fokus pada apa yang sedang ku baca dan mau tak mau aku jadi harus pergi menghadap keyboard dan monitor untuk segera menumpahkan semua yang kurasakan. Kau tak tau kan?! Ya tentu saja. Karena aku sedang berada di dunia tanpa suara milikku. Aku cukup toleran bukan? Aku membuat dunia tanpa suaraku sendiri, karena tahu Tuhan begitu perkasa. Dia tak membiarkan duniaNya sepi, Dia buat itu menjadi ramai dan berwarna, dengan berbagai macam suara hingga kita bisa melihat indahnya dunia. Hanya indah kah?? Kata apa lagi yang mau aku pakai untuk menggambarkanNya? Dia memang indah, walau buruk menjadi penyeimbangnya, namun buruk masuk ke dalam kategori indah saat ditujukan untukNya. Yeah.. Cukup terlihat sebagai anak yang baik kan??

Arrrgh!!! Aku ingin sekali berteriak. Kenapa mereka tidak bisa membuatku bahagia sementara kau iya?! Aku bisa saja bersenang-senang dengan mereka, tp tidak. Aku memang melakukan itu, tp, kau tau?! Tidak dengan yang sebenarnya. Aku tak bisa benar-benar tertawa, atau marah, atau sedih karena mereka. Aku tidak bisa benar-benar fokus pada mereka. Aku menjadi seperti robot yang diprogram untuk merespon tanpa rasa. Mesin. Jadi sebuah mesin, dan itu mengerikan.


Sudahlah.. Aku mengerti. Aku telah membuatmu bingung. Dunia tanpa suaraku tak terjangkau olehmu dan itu yang membuatmu bingung. Dan salahku karena aku tak mau keluar dari dunia tanpa suaraku, aku kekeuh berada di sana sampai cerita akhirku usai, mungkin tidak juga. Sampai waktu yang aku ingin tahu dengan hanya melalui dunia tanpa suaraku tiba. Dan aku juga telah membuat mereka tak mengerti pada jalan pikiranku, pada apa yang telah kurencanakan, pada apa yang akan ku bentuk. Mereka semua berpendapat lain dan menurutku itu masuk akal sekali hingga akupun sebenarnya bisa merubah permainanku, tapi entah, aku lebih memilih caraku. Walau buatku lumpuh namun aku menikmatinya, menjadi semacam kegilaan. Ah.. Gila! Aku tak mau jd orang gila. Mungkin aku perlu berdialog dengan pria itu, yang menurutnya hampir jd orang gila dia, lalu kembali ke jalan yang mungkin sudah semestinya. Bagaimana aku tau itu semestinya? Semestinya menjadi subjektif namun bisa digeneralisasi. Makin bingung toh? Tak.. Aku telah punya gambaran sendiri di benakku. Kata "otak" menjadi seperti tinggi, jadi benak saja.

Melantur.. Sudah mulailah aku melantur, dan aku belum membaca habis semua materi untuk besok. Dan ini semua gara-gara kamu kah? Yeah.. Oh.. Maaf.. Aku tak tau. Mungkin juga tak sepenuhnya. Hanya salahku yang ternyata begitu memikirkanmu. Jadi bukan salahmu, hanya aku tak punya pilihan. Aku tak bisa menyuruh hatiku untuk tak memikirkanmu atau memikirkanmu toh? Itu hadir begitu saja, dan aku takut terpuruk, semoga tidak. Kau juga harus mendoakanku. Ah.. tidaklah.. Aku, satu-satunya, yang harus bertanggung jawab atas semuanya, termasuk juga diriku sendiri. Ya kan?! Untunglah.. Suara detik jam dan jangkrik itu sudah ditimpa oleh suara-suara lainnya, aku tak sendiri lagi. Hanya tadi. Sepersekian detik ketika kau mengatakan hal yang buatku tiba-tiba harus fokus padamu lagi dan menyingkirkan materi yang akan kubaca. Sial! Bisa-bisanya buatku begitu. Siapa kau hah?? Kau bukan raja, presiden, bahkan nabi, tapi beri sedikit kuasa kepada sebagian organ vitalku. Tau dari mana sebagian. Entah. aku hanya benci kalau itu menjadi menguasai seluruhnya. Aku jadi tak punya kuasa atas diriku jadinya, makannya aku lebih suka membuatnya menjadi hanya sebagian. Yeah.. Mungkin itu lebih benar untukku.

Well done! Dunia tanpa suara berhasil menyimpan memoriku. Sebuah pensive.

Minggu, 28 November 2010

This is what I want to say to you















Owl City

Vanilla Twilight


The stars lean down to kiss you

And I lie awake and miss you
Pour me a heavy dose of atmosphere

Cause I’ll doze off safe and soundly

But I’ll miss your arms around me I’d send a postcard to you, dear
Cause I wish you were here
I’ll watch the night turn light blue
But it’s not the same without you

Because it takes two to whisper quietly

The silence isn’t so bad
Till I look at my hands and feel sad

Cause the spaces between my fingers

Are right where yours fit perfectly
I’ll find repose in new ways

Though I haven’t slept in two days

Cause cold nostalgia chills me to the bone

But drenched in vanilla twilight

I’ll sit on the front porch all night

Waist deep in thought because when
I think of you I don’t feel so alone
I don’t feel so alone

I don’t feel so alone
As many times as I blink
I’ll think of you tonight (Tonight, tonight, tonight…)
I’ll think of you tonight

When violet eyes get brighter

And heavy wings grow lighter


I’ll taste the sky and feel alive again
And I’ll forget the world that I knew
But I swear I won’t forget you

Oh if my voice could reach back through the past
I’d whisper in your ear: “Oh darling I wish you were here”

Selasa, 23 November 2010

...


















Tuhan.. Kemana kata-kata itu saat dibutuhkan?


Kemana susunan indah itu saat ingin dirangkai?

Kemana imajinasi bebas yang liar saat bosan keteraturan?


Aku merindukan mereka


Semua substansi yang pernah hadir dan menyatu pada diri


Semua hasrat yang meledak-ledak

Semua naluri tak tertolelir


Tuhan.. Di mana aku di dunia yang sekarang dipijak?


Di mana diri sebagian besar yang tak terikat?

Di mana keangkuhanku yang merajalela saat itu?

Kemana? Kemana, Tuhan?


Saat ini taukah Kau aku butuh?


Saat ini taukah Kau mungkin aku harus melenceng, keluar antrian lalu mengacak-acaknya barisan?

Aku butuh tinta lukisan warna-warni yang bisa ku ciprat-cipratkan dengan bebas di atas kanvas bukan tulisan sambung rapih milik ibuku pada kertas bergaris, dan aku bosan yang bergaris

Aturan itu membuatku mual


Kenapa mereka harus ada?


Atau aku seorang yang hanya ketakutan untuk belajar?


Akh! Buang saja aku di manapun!
Lalu biar ku cari sendiri ceceran puzzel itu

Biar.. Biarkan Tuhan..

Kau hanya perlu mengawasiku dan aku hanya butuh berlari ke sana-ke mari, lalu diam terpaku dan kemudian lari lagi


Begitukan hidup?!


Kau tau aku kesepian. Hanya itu..

*Dengan tunduk pilu

Senin, 22 November 2010

Nanar











Menjajak bumi, menantang matahari


Mengernyit silaunya pongah, meraba pudarnya warna


Jalan itu menjadi biru karena redup lampu, beruntung karena bulan purnama


Anak-anak secara mistis menari-nari dan bernyanyi di desa itu


Mendendangkan lagu ceria menyayat hati


Mengingat masa yg tak bisa kembali


Meruntuhkan harapan tuk kembali ke masa itu


karena bertumbuh dan semakin renta


Lalu otak harus diperas, tenaga dikuras, menjadi kering. Kurus


Sinar harapan masa muda terkubur bersama masa

Pinta








Tuhan.. Bilang padanya kalau aku tak sendiri


Bilang padanya kalau aku harus terus melangkah, merangkak, berlari


Tuhan.. Bilang padanya aku tak mungkin mati di tempat tidur


Aku bisa mati di mana saja dengan sesuatu yg bermakna


Tuhan, izinkan aku untuk menjadi berguna

Kamis, 04 November 2010

Kura-kura














Malah jadi seperti dia..

Aku baru tau maksudnya

Aku juga pernah ketakutan karenanya

Dan tak mau jadi seperti dia
seekor kura-kura.. Hemh.. Dan benda itu masih berputar walau hidungku telah mampet dibuatnya
Semua atas kendaliku
, tapi aku tak mau membuat mereka membuatku nyaman

Aku suka dia berputar. Terus berputar sampai kelu tulangku, sampai tumpah ingusku

Dan lagu ini mengalun lembut
Bersama keberduaan kami
Yea.. Aku dan dia,
si kecil hijau dengan tempurung keras di punggungnya
Aku bahkan tak punya

Tentu saja karena aku bukan dia
Kura-kura..

Semua gambar itu merusak konsentrasiku

Mereka di mana?

Bukan mereka, tp kebersamaan yg pernah ada

Aku bukan kura-kura.........

Kamis, 14 Oktober 2010

Sayang.. Cintaku Hitam

Sayang.. Aku beri tahu padamu. Cintaku hitam. Bukan putih

Akan aku tunjukkan padamu kalau hitam cintaku, bukan putih apalagi pink (aku akan tertawa keras-keras jika pink menjadi simbol cinta untukku)


Sayang..

Aku bukan mereka

Cintakku hanya hitam bukan kelam, tp elegan

Sayang..

Hitam simbol cinta untukku, bukan Pink atau merah


Hitam bisa jadi kematian, tapi hitam ada sebelum kehidupan


Cinta itu awal kehidupan dan tak akan padam terhadap hanya kematian

Black Horse

Aku punya julukan lg untukmu. Setelah ini dan itu. Entah. Rasanya lucu. Selalu ada sesuatu yang ada untuk menggambarkanmu. Aku punya opini sendiri untukmu. Secara pribadi untuk macam-macam sifatmu. namun menjadi sebuah kumpulan yang menarik untuk kemudian disimpulkan dan "Wala.." Flap! Aku mendapatkannya lagi untukmu. lagi dan lagi.. Sampai aku tak peduli lagi padamu. Sampai aku suka-suka mengindahkanmu. Sampai kau menghilang dari ingatan :)

Aku punya julukan lagi untukmu. setelah ini dan itu dan satu lagi yang dulu pernah jadi favoritku. Entah kenapa harus untukmu yang jadi favoritku itu. Takdir kah? Hm.. Dan angka dua itu juga menjadi sebuah... Kebetulan?? Hehe.. Aku tak tahu. Aku lahir untuk menjadi anak kedua dan mungkin dua salah satu angka keberuntunganku. Seperti yang mereka gambarkan untukku. Aku, begitu semangat awalnya. Mungkin jika ada lima tingkatan saja. Semangatku akan berada dipuncak pada urutan kedua, lalu turun dan turun, mungkin naik lagi namun jadi tak stabil. Hehe..

Dan sekarang aku menyadarinya. Mungkin memang sebuah kebetulan. Aku menyukai Kuda Hitam. Dan aku senang sekali membuatnya menjadi dirimu. Yang utuh tak terlihat namun ada. Yang berontak melawan pasung untuk menjinakanmu dengan ringkikan pongah namun perkasa. Aku tahu.. Seorang temanku pernah mengatakan kalau pacarnya menganalogikan dirinya seekor singa. menyeramkan namun tak akan biarkan singa jantan lain mengambil daerah kuasanya, apalagi wanitanya. Tidak. Dia berkata kalau pacarnya memang seorang pemimpin sejati. Aku percaya. aku pernah sekali bertemu dengannya dan berbincang sedikit dan aku rasa temanku benar. Namun kau tidak sama sekali. Kuda hitam bukan seorang pemimpin. Aku lebih suka menggambarkannya menjadi seorang pemberontak, tapi mungkin kurang tepat juga jika aku merujuk padamu. Secara fisik mungkin, tp jelas kau bukan tipe pemberontak. kau harus patuh tak seperti aku yang jengah akan peraturan. Mulai, namun tak tahu akan berlangsung sampai kapan, mungkin juga lama atau mungkin sebentar saja. Tak tahu..

Sekarang kau tahu dan telah kuberi tahu, mungkin sedikit aku memberimu julukan itu, namun tak semua milikmu. Aku lebih dominan untuk menyukai kuda hitam itu. Kuda hitam milikku, tapi sebenarnya tidak. Hanya jenis Pony yg pantas mungkin. Haha.. Lucu :)

Rabu, 18 Agustus 2010

Teh Manis Hangat


Segelas teh manis hangat itu kuberi banyak gula, bukan yg biasanya dengan takaran dua sendok teh, tapi tiga. Ya tiga. Mungkin itu akan menjadi racun untuk beliau. Aku memang sedang emosi saat itu dan entah mengapa aku serta merta gegabah menambahkan satu sendok teh lagi di setiap gelasnya tanpa mengikuti kata hati yg tersirat mengatakan bahwa sepertinya dua setengah saja cukup. Sudah ku bilang aku sedang marah, jd enggan ku pakai rasioku.

Ah, mungkin kelewat manis untuknya. Lagipula di usia beliau yg telah lewat setengah abad tak akan baik mengkonsumsi banyak gula. Ah, teganya aku. Begitulah kalau sedang marah. Banyak merugikan orang-orang sekitar, tapi, beliau bisa menambahkan air kan?! Tak masalah.

Aku hanya tak suka karena beliau membawa-bawa agama masuk kedalam perilakuku. Seperti tidak mengizinkanku untuk menjadi sedikit saja lebih baik. Aku kan sedang berusaha dan ayolah, bukan mu yg seharusnya menjudgeku begitu, hanya Allah aku rela, karena ku tak tahu mu dan mu tak tahu ku. Dan aku yakin hanya Dia yg benar-benar tahu kita. Mungkin aku salah, tp menurutku mu juga. Aku td bisa tersakiti, tp mu juga disakiti oleh ku.

Dan selamat! Aku berhasil membuat casing HP ku retak dan memiliki cabang(saat ini). Heuh, gigiku kuat juga dan menjadi sedikit error setelah mantul dari kasur ke lantai. Hahah. Menyenangkan ternyata(seperti aku sudah bisa cari uang saja).

Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mengirim sms kepadaku saat naik pitam itu. Jadi sedikit senyum membacanya :)

Mungkin dia benar kalau aku harus minta maaf kepada beliau. Hm.. Kita lihat saja nanti.

Selasa, 22 Juni 2010

Just a little failure. I can fix it


Itu naik atau turun?

Atau tetap tak bergerak?

Jangan-jangan malah turun

Ah, rasanya tidak

Agak-agaknya tetap

Ya, tetap

Begitu

Aku yakin

Tetap

Eh, tetap tak ya??

Ah, sudah, tetap saja

Kalaupun naik juga tak mencapai target

Ya sudahlah, bersyukur saja. Kemampuan yg sebenarnya

Minggu, 20 Juni 2010

Bulat-Cumullus Nimbus

Dua jam pertama sejak mata terbuka Itu hanya langit biru dengan gumpalan cumullus nimbus

Ah, silau. Kerjap beberapa kali saat setelah benar-benar akhirnya menikmati
Ingin ke sana, mencari ujungnya

Batas itu. Ah, mungkin juga tak ada, karena tak bersudut, hanya bulat dan aku bisa mengelilinginya bebarapa kali. Mungkin tidak, karena memangnya usia ku cukup??


Ah, lalu mengedarkan pandang. Cuacanya cukup bagus. Dan mereka berdua di atas jembatan penyebrangan yang baru saja kulewati dan memang sebenarnya tak sengaja juga terlihat. Yang laki-laki melingkarkan lengannya ke leher yang perempuan, dan perempuan itu tampak menikmati juga memegang tangan yang laki-laki. Mereka diam membebaskan pandangan mereka entah pada apa. Cantik. Pikir ku. Pemandangan yang indah. Lalu kembali dengan dunia. Langit biru cerah dengan cumullus nimbus.


"Enak ya, Neng.. Orang kota mah bisa jalan-jalan..Kita mah orang desa nggak bisa, Neng.."

"Eh?? Tapi di desa masih banyak pemandangan yang bagus kan, Pak."

Yang lebih muda tersenyum. Entah apa yg ia pikirkan tentang ocehan ku.

"Bukan gitu, Neng.. Orang desa mah kerjaannya ngarit terus.."
"Oh.." batinku. baru menangkap apa yang beliau coba keluhkan kepada ku. Beliau ingin refreshing agaknya. Sehari saja tak megerjakan aktivitas rutin. Bagus. Beliau toh bukan robot dan kami berpisah setelah aku dan seorang kawan mencapai tempat yang kami cari. Berpisah dengan bapak itu namun tidak dengan kata-katanya.

Hanya padang rumput yang tak menarik mungkin untuk kawan ku, tapi tidak buat ku. Aku punya memori di sana, jadi bermakna. Ah, tiba-tiba merindukan mereka. Hanya kelakar saja. Aku merindukan mu..


Benda kecil putih itu melayang-layang di angkasa. Warnanya yang putih dan jaraknya yang jauh membuat ku mengira itu UFO. Bodoh! Cuma yang kubuat di kepala ku saja. Aku tak pernah tahu seperti apa UFO, jadi bebas ku gambarkan untuk diri ku bentuk-bentuk UFO.


Melorot di atas bangku ku. Aku tidur lagi. Bahkan tak bernafsu mendengarkan musik-musik yang telah diseleksi masuk ke dalam mp3 ku.
Bagaimana aku menulis. Harus cari inspirasi, lalu teringat dia dan lagi dia benar. Pionir ku.

Aku janji akan mencari ujungnya, walau dia bundar, tak bersudut. Itu berarti aku bisa mengelilinginya berkali-kali.. Usia ku pasti mendukung ku. Bulat bundar, cumullus nimbus.

Minggu, 06 Juni 2010

Bapak ku

"Kamu kuliah itu nggak serius ya, Wit?"
"Ha??" Aku terbengong. "Maksudnya?" Tanya ku lagi
"Iya jadi cuma mengerjakan tugas-tugas yang disuruh dosen.. Jadi nggak pernah nyari referensi lain untuk memperdalam bidang mu." Jelas beliau saat itu. Tiba-tiba. Kaget juga aku dibuatnya. kenapa beliau bertanya hal serius begini pada ku? Tapi akhirnya aku mengangguk.
"Iya." Jawab ku jujur. "Memang begitu. Emang kenapa?" "Ya enggak, masa'kuliah di jurusan sastra Inggris malah nanya-nanya "Gemah ripah Loh Jinawi" apa? Hehe.." Jawab beliau sambil sedikit terkekeh
"Bukan "Gemah ripah.."" Sanggah ku
"Ya tidak.. Itu kan cuma pribahasan saja." Sambung beliau. Tak sadar, aku tergiring emosinya. Beliau diam sejenak. Lalu dilanjutkannya pernyataannya. "Lagipula kalau nanya Bapak bahasa Inggris juga Bapak nggak bisa jawab ya? Makannya nanyanya yang seputar Jawa-jawa?"
Akh.. Entah. Aku terenyuh menyadari beliau seperti menyayangkan beliau tak mahir berbahasa Inggris, jadi tak bisa lebih banyak membimbing ku dalam hal itu. Tenggorokan ku tercekat. Bukan salah beliau jika aku juga sebenarnya tak baik dengan bahasa itu. Aku saja yang kurang keras berusaha. "Habis, lebih baik bertanya apa yang kita tertarik untuk ditanyakan kan?!" Jawab ku akhirnya. karena memang begitu adanya. Aku bertanya-tanya pada beliau semata karena aku memang tertarik pada budayaku. Jawa. Dan ingin lebih tahu lebih tentangnya. Macam mana anak keturunan suku Jawa asli buta budaya?! Seram membayangkannya.
Makannya, Pak.. Jangan larang aku bertanya pada mu soal ini-itu yang Wita yakin Bapak lebih tau ya ^^ Love u, Daddy :)

Pandawa Lima


Kata kakak ku saat itu "Apa-apaan Pandawa?! Katanya simbol kebaikan, tapi tak ubahnya cacat."

Aku diam saat itu karena belum baca sepenuhnya dan agaknya belum masuk sesi dimana Mahabharata memerlihatkan sisi buruk beberap personil Pandawa, tapi setelah sampai, aku setuju dengannya. Mengiyakan, karena memang benar. Pandawa memang tak sempurna, tapi malah jadi suka dengan cerita yang disajikan oleh Mahabharata, karena tidak seperti cerita-cerita pada umumnya yang tokoh baiknya tak jarang diperlihatkan sisi baiknya saja. Oh, ya, karena aku yakin mereka sebenarnya juga punya sisi buruk, hanya mungkin penulis enggan mengekspose saja atau kalau diekspose juga akhirnya akan membuat pembaca menolelir segala keburukan karena condongnya mereka pada sisi baiknya. Itu intinya kan?! Manusia, menurutku begitu. Mereka, Saya adalah abu-abu. Mungkin Hitam, putih juga bisa. Tak sempurna. Namun yang membuat saya tertarik pada Mahabharata adalah sisi buruk mereka yang ternyata untuk saya personal malah tak membuat saya memaafkan sisi buruk mereka. Maksudnya begitu berkesan kesalahan yg digambarkan pada mereka sehingga membuat saya merasa mereka hanya manusia biasa. Tidak layak dijadikan simbol kebaikan yang selama ini digambarkan oleh banyak pengarang. Mereka cacat tampak. Dan, entah, saya begitu senang mendapati penggambaran tokoh seperti itu. Tidak munafik menurut saya. Dan malah jadi keren.

Seperti Yudhistira. Ah.. Dia memang bijaksana. Pandawa lain menghormatinya, tidak hanya sebagai kakak tertua, tapi juga karena pintarnya ia berkata-kata. Yudhistira memang pintar dan cerdas. Dan sekali lagi menjadi panutan karena keputusannya yang bijak. Oh, tidak selalu, Kawan. Tak selalu bijak, karena mengambil keputusan yang tak tepat saat dijebak Kurawa main judi. Apa dia segitu percayanya pada Kurawa. Seharusnya tidak. Bukankah ksatria harus selalu waspada, tp senang karena muncul kekurangan. Dan akhirnya harus kehilangan Indraprastha, dibuang di hutan bersama keempat adik dan juga isterinya. Ah.. Derita.

Dan Bima. Paling suka tokoh ini, karena walau bicaranya tak pernah sopan dan kasar dan emosi yang tak jarang meledak-ledak tanpa pikir panjang, tapi dia penjaga setia Pandawa. Dan sebenarnya dia laki-laki baik yang penyayang, menurut ku. memang darahnya mengalir darah Ksatria dan Dewa juga ^^

Dan Arjuna. Ah.. Disaat banyak wanita memujanya. Menyanjungnya, aku malah melihat sosok Arjuna sebagai yang paling membosankan. Elok layaknya wanita. Memang digambarkan paling tampan dan pintar memanah. Mungkin Cupid jg. Haha.. Tapi, seperti memanfaatkan ketampanannya (rupanya seperti dia sadar kalau tampan) malah isterinya di mana-mana. Baru menikah dan punya anak sudah menikah lagi. Ckck.. Arjuna.. Arjuna.. Kita lihat seperti apa kau lebih lagi di seri Arjuna Wiwaha. Wait me ;)

Ya.. Ya.. karya-karya sastra seperti itu yang menurut ku layak di publikasikan. Ah.. Maaf.. Terlalu subjektif. Tak apa. Ini hanya untuk konsumsi pribadi ku saja ^^v

Dengan damai,

Jumat, 04 Juni 2010

Jumat, 4 Juni 2010

Aku di loteng. Sekarang

Ketika semuanya mulai kelabu

Namun masih ada bintang itu

Menyembul di antara yang gelap

Mengganggu cercah sinarnya

Berdesakan hingga akhirnya kena

Dia dapat tempat di sana

Tempat di mana bersinarlah cahayanya tanpa raga

Dan aku menunggu hujan

Yang tak kunjung datang

Tapi jangan-jangan menentang kodrat alam

Karena langit telah temaram

Dan matanya tak berkedip

Menilik, mengintip agar tak terpatri di hati

Karena tak penasaran lagi

Biar tak jatuh bintang itu

Menjadi neon di sana

Melengkapi yang gelap

Agar tak lagi meratap

Langit

Punya satu bangga dengan mutiara

Hujan rintik-rintik

Dan aku pun tersenyum

Dia masih di sana

Menghias malamnya

Black

This rain is so perfect

Completely weep sad

It is

This rain is so perfect

but it doesn't make me wet

I know that it isn't exactly a mad

I just try to chase a rat

Rat that dead

and I hate to say

He just walk ahead

Ignore me without any hat

And it is black

It just wearing tuxedo disappear with max

with shadow as a foe

sight of my right

I know you, Dad

Because I trace it not that bad

I know it you comeback

With no voice

Just silence

Makanan & Kebutuhan

"Kenapa tak kau beli makanan itu padahal ingin?"

"Kau pikir makanan itu akan menjadi enak untuk perut ku yang penuh?"

"Makanan apa yang enak menurut mu?"

"Yang jika dimakan saat lapar."


*"Aku" bukan aku.

Rabu, 26 Mei 2010

Two Appeared Memoar


It suddenly I remembered of a single beautiful flower that u had taken a picture to at that place no longer after I attracted of its appeal and shared to u. I was so happy that made me expressed with a wide smile on my face. It is terrible or miracle that u unconsciously had made me thought u appreciated me well. Thx, Prince charming. It wont only keeps in one of my important gadgets but also had been stayed in my head as something. It is wonderful.. Thx. I'll always adore u. Funny..

And for something I remembered u anymore, My guy.. When I saw him squatted at the side of swimming pool. He tried to swim crossed the other side, but hasn't already success.. I know He can do it. He has that power. It just need a correction on the way he takes breath while swimming. I told him at the final, but I'm not sure he completely understand my explanation without practicing it. U know.. His father wants him to join a military career, so he needs to be good in swimming to pass the recruitment test. I hope he can pass it. U hope the same uh?! Hehe.. U have in fact.. Yeah and at that time I suddenly remembered u and almost sent u a message to tell my experience. Hahah.. Almost.


Ciledug, May the 27th 2010
Living room, 2:42 am

Minggu, 23 Mei 2010

Satu lagi pelajaran
















Terperajat dan diam ketika seorang teman menceritakan cerita yang sebelumnya memang pernah dia ceritakan pada ku namun tak detil. Ternyata.. Masih sedikit sekali aku bersyukur.. Dan nyatanya aku adalah salah satu yang beruntung dengan sandang, pangan, papan yang layak bahkan malunya berlebih dan tak jarang tamak.

Bagaimana jika mereka yang demikian ternyata ada dekat dengan ku dan aku tak merasa, tak melihat, atau bahkan menutup rasa dan mata itu semata untuk memuaskan diri sendiri.. Kejam.

Allah pasti begitu sayang pada kedua wanita itu hingga Dia lebih cepat menjemput mereka untuk memberikan tempat yang lebih aman dan nyaman juga berkecukupan di sisiNya..

Sangat mulia dia sampai mempertaruhkan nyawanya juga, namun sekali lagi.. Allah terlalu tak rela membiarkan mereka tak nyaman. Subhanallah..
Semoga dua wanita terhormat itu tersenyum di sana. Di tempat yang memang layak untuk keduanya :)

Sabtu, 15 Mei 2010

atheis atau tidak?


Jadi tidak ada alasan untuk menjadi atheis, karena Tuhan membiarkan ku untuk menjadi sesuatu

Rabu, 05 Mei 2010

oho..Kenyataan

Ada seorang anak manusi. Keturunan adam dan hawa. Begitu degil ia. Tak bisa dipungkiri kenakalannya. Dan ternyata pelajaran yg didapatnya membuat ia melewati batas (Oh, Yeah.. Tentu saja manusia terbatas)

Ada seorang anak manusia. Sungguh degil ia pada orang-orang di sekitarnya (Oh.. Seharusnya dia tidak berbuat seperti itu, karena kita makhluk sosila dan harus berinteraksi dengan mereka juga sewajarnya, sebaik-baiknya kita) *Lupa kalau yg terlihat baik selalu disukai

"Nih! Aku beri tahu semua tingkah mu, aksi mu, ulah mu.. Dan perhatikan akhirnya." Begitu kata orang tua

Huah.. Dia seperti mau mengelak. Tak percaya, tp mau tak mau diterima. Dan untuknya, semua memang harus di tumpahkan ke depan mukanya. Bau seperti muntahan, tp harus di endus.

Pelajaran yg memang harus di jungkirbalikkan lagi agar ia mengerti.


Surat untuk Gie 1

Gie... Negara mu tak lebih baik dari yg dulu. Negara mu tak lebih benar dari yang pernah kau perjuangkan dulu, ketika kau masih hidup dan bisa menyuarakan ketakutan-ketakutan mu akan tak sejahteranya rakyat, Gie..

Gie.. Mungkin kau benar. Negara. Bangsa ku tak akan bisa menerima tantangan dunia ke depan. Aku merasakannya secara pribadi, Gie.. Aku tak pernah mengenal bangsa ku, walau hanya sepotong kecil. Tidak. Tak pernah sama sekali.

Gie.. Kalau kau masih hidup, akankah kau akan tetap bersuara? Untuk adilnya bangsa? atau malah sama seperti mereka yg akhirnya tak tahan dengan semua gemerlap harta dan masuk terjembab bersama tamaknya mereka?! Zaman telah berubah dan kau (kalau masih hidup) di zaman sekarang mungkin akan perlu uang juga kan?! Tak usah munafik, Gie..

Maafkan aku, Gie.. Aku telah menghakimi mu dengan lancang. Aku tau. Kau tidak akan begitu kan?! "Lebih baik diasingkan dari pada hidup oleh kemunafikan" Begitu kira-kira kata mu. Aku tahu.. Kau dulu juga begitu. Bertahan untuk tetap sendiri dan tak berdiri untuk siapapun kecuali kau.

Gie, Kau tahu?! Mereka menjualnya.. Aku tak tahu itu benar atau salah (sesuatu yg kata mu harus dipegang oleh mahasiswa. Asas benar-salah) tapi aku langsung murka saat mendengar nya. Mungkin aku terlalu berlebih ya?? Aku memang tak cemerlang, selalu terburu-buru berkomentar. Heuh.. Tapi mereka menjualnya, Gie.. walau Yeah.. Seperti yg temanku ungkapkan saat aku berkata jika aku seorang milyuner, akan ku beli semua dan ku serahkan pada negara untuk pendidikan. Dia berkata: "Yea..Dan setelah itu mereka tak menjaganya atau malah ditilep untuk dijual lagi pada kolektor atau diambil sendiri untuk mereka kemudian mereka membuat duplikatnya dan menipu kita semua.." Memang sulit untuk percaya pada bangsa ini lagi, Gie.. Oh.. Aku lupa kalau aku bagian dr mereka sebenarnya. Mungkin sebagian manusia yg tak bisa dipercaya. Tak bisa diandalkan, karena kau akan kecewa. Percaya.

Dan Gie.. Sekarang agak lebih lega karena tidak semua yg dijual, sebagian yg rusak (malah) diteliti untuk menelusuri sejarah.

Gie.. Bukankah kita telah terlalu jauh dari sejarah. Makanya kau benar kalau mungkin sebentar lagi (apalagi Indonesia dilintasi lintasan gunung api aktiv yg sewaktu-waktu bisa menggeser semuanya menjadi hanya lautan tak ada daratan) akan runtuh. Fondasi, seperti yg kau katakan, kita tak memiliki itu. Terlalu bodoh untuk menyadari bahwa mungkin sebenarnya kita Bangsa yg hebat. mereka terlalu takut dengan itu, jd menyingkirkan semuanya. Seperti memisahkan anak yg baru lahir dari orang tua mereka, jd masa lalu itu seperti missing link yg tak terjangkau.

Ah.. Gie.. Gilanya Bangsa membuat gila rakyat juga agaknya. Mereka pemilik tanah sampai tega untuk menyingkirkan anak-anak SD yang seharusnya ujian kelulusan. Hanya karena tanah, Gie.. Harta. Tak bisa kah mereka menunggu sejenak, setidaknya sampai mereka menyelesaikan soal ujian terakhir mereka?! Sungguh. Mungkin mereka sudah buta. Tak merasa. Hati nya sudah seburam penderitaan rakyat miskin yg tak punya dana untuk pergi ke dokter.

Gie.. Dunia mu tak sebaik dunia ku di mana komunikasi semakin mudah. Teknologi semakin canggih, tp dunia ku jg tak sebaik dunia mu yang tak lagi mengenal romantisme hidup bersama.

Kamis, 29 April 2010

Marco Kartodikromo

Lebih buruk pemimpin menjilat

Kepada orang-orang yang kuat

Bicaranya bisa main silat

Cuma mencari enaknya ilat

_Marco Kartodikromo_ (Soe hok Gie Zaman Peralihan: 107)

Rabu, 28 April 2010

Semeru

Suatu hari nanti aku akan k sana, Perkasa..

Tunggu saja aku

Suatu hari nanti aku akan k sana, Jejaka..

Untuk mendaki mu

Suatu haru nanti aku akan k sana. Janji ku

Janji ku pada mu, Semeru..

Habis kan waktu ku d sana..

Mendapati jasad abadi nya

Merenungi setiap usaha kerasnya

Dan aku akan mendapatkan udara yg sama yg berhembus melewati tubuhnya

Yang dihirup bersama wangi aroma tubuhnya

Haus kebebasan tanpa syarat

Tanpa pihak

Hanya sebuah kebebasan yg ingin dibuat

Aku akan k sana, dengannya

Bersama dengan jasadnya yg tertawa..

Semeru, 16 Desember ....

Jumat, 23 April 2010

Gendis

Namaku Gendis. Setidaknya mereka memanggilku begitu. Aku lahir dari rahim seorang wanita perkasa yg lembut. Dia lah yg mengambil peranan paling besar dalam membesarkan ku. "Jangan bergantung pada laki-laki." Katanya. Dia seorang yg modern dan independent.

Namaku Gendis, sampai saat ini pun mereka masih memanggil ku begitu. Tumbuh menjadi sesosok wanita sempurna seperti dia. Aku pintar, populer, dan cantik. Tiga kata itu yg selalu diinginkan semua wanita di dunia ini. Aku juga.
Nama ku Gendis. Gendis Roro Ayu.

Namaku saja sudah menunjukkan rupa ku. Memang tak sedikit laki-laki yg bertekuk lutut hanya untuk mendapat kan ku dan aku puas dengan semua itu.


Nama ku Gendis. Ya.. Gendis Roro Ayu. Ibu ku tak pernah memerkenal kan ku pada ayah ku. Sampai detik ini. Dan aku tak mau memaksanya.
"Baru saja kau dicari seorang laki-laki, Gendis.." Ucap wanita berparas pas-pasan yg dipaksa untuk terlihat cantik dengan make up tebal ketika masuk ke ruangan pribadi ku.

Nama ku Gendis dan aku bersumpah tak pernah mengenalnya. Seorang tua yg saat ini sudah berdiri di hadapan ku. Kumuh dan tampak amat terganggu karena aroma tubuhnya yg bau.
Kau tau aku akan menghidupi kalian dengan keringat ku. Dengan kecantikan, kepintaran, dan kepopuleran ku. Semua kupertaruh kan untuk kalian berdua.

Nama ku Gendis. Gendis Roro Ayu.. Aku baru saja menceritakan sedikit kisah ku. Aku bohong. Ah tidak sepenuhnya sih..

Nama ku memang Gendis. Gendis Roro Ayu, tapi aku tak pernah dilahirkan dari rahim sesosok wanita hebat yg kuat. Aku lahir dari rahim wanita penjaja tubuh, jd aku tak tahu ayah ku.

Dan Nama ku Gendis. Gendis Roro Ayu. Sama sekali tak Gendis dan ayu apalagi punya kedudukan layaknya orang-orang yg zaman dulu di beri nama "Roro", nama yg kebanyakan diberikan untuk seorang putri. Nama ku Gendis. Gendis Roro Ayu. Tampang ku sama seperti wanita yg tadi memanggilku. Dipaksa cantik dengan make up tebal murahan. Dan jangan kan pintar, yg kukenal hanya apa yg diajarkan wanita yg melahirkan ku lewat rahim nya yg anyir dan menjadi semakin anyir dengan kepopulerannya d kalangan wanita tuna susila..


Nama ku Gendis. Gendis Roro Ayu.. Aku akan tetap cantik untuk diriku..

Rabu, 21 April 2010

Jatinangor, 22 April 2010

Ah..Ini sudah yg ke berapa hari sejak aku sendiri. Tak tahu harus ke mana dan berbuat apa. Yang jelas aku benar-benar merasa sendiri. Mereka.. Ya mereka.. Sudah beberapa hari ini aku seperti tak mengenal mereka. Siapa mereka, dari mana asalnya, dan bagaimana aku mengenalnya. Ah.. Seperti terkena amnesia saja. Entah. Hanya aku dan diriku.
***
Hari ini aku melihatnya. Dia sendiri lagi. Tak ada yg menemani atau tak mau lagi?? Pertanyaan bodoh yang kuontarkan menjadi tak masuk akal. Y kan?! Karena.. Tentu saja kami mau menemaninya, tp tak begitu jika (mungkin) dia tak berubah?! O,ya?! Memang apanya yang berubah?!
***
Ini tentang diri ku. Mungkin aku terlalu individu? Karena sebenarnya dia cukup baik kepada ku, tapi.. Yah.. Entah.. Seperti yg ku bilang. Mungkin aku terlalu individu hingga membuatku merasa terganggu. Setidaknya sampai saat ini aku tak sendirian sih merasa demikian, tapi.. Tetap saja.. Dia tak segitunya terhadap ku, tapi tetap aku merasa terganggu.. Aku lebih suka banyak menghabiskan waktu ku sendiri, lalu bersama hanya jika bosan.. Sungguh egois kan?!
***
Tuhan.. Ada apa dengan mereka? Aku yang salah kah?! Mungkin.. Yah memang.. Dan akan menjadi selalu aku yang salah. Oh.. Rasanya ingin teriak kalau aku bisa. Kalau orang2 tak akan menyebut ku gila, tapi nggak mungkin, karena.. Mereka pasti akan dengan spontan mengalihkan perhatian mereka kepada ku dan menyebut ku "gila". Mereka akan menjudge ku begitu saja dan kemudian pergi berlalu. Mereka toh hanya basa-basi untuk menjadi peduli. Padahal tidak sama sekali. Argh! Aku muak! Muak dengan rupa ku, dengan bentuk ku, dengan segala kegelisahan ku. Muak.. Muak.. Muak...
***
Keputusan yang kuambil benarkah?! Atau aku hanya membeo, tapi.. Ah..Sudah benar kok.. paling tidak menurut ku. Aku menjadi nyaman dengan begini. Tapi.. Aku tau bagaimana rasanya. Pasti dia kesepian. Yah.. Mungkin aku juga akan begitu jika aku menjadi dia. Dan dulu aku muak dengan seorang individualis dan sekarang aku menjadi salah satu dr mereka.. Oh..Bagus. Aku telah menjadi yg aku benci dulu. Kau tau?! Mungkin memang ini yang baik untuk mu. Setidaknya untuk sekarang. Aku hanya takut kau menjadi enak lalu (lagi) menjadi kau yg dulu. Hanya batas yg sebenarnya mungkin harus kau tau.

***
Tuhan.. Aku semakin tak mengerti mereka. Kenapa mereka diam saja? Karena aku yang dulu merasa mereka adalah yang terbaik menjadi ragu perlahan dan mungkin jadi akan menghilang ditelan rasa ragu apakah mereka masih mau berteman dengan ku.

***
"Oh..kau tau?! Tentu saja kami masih mau. Hanya butuh pengertian dari mu untuk tau batas kami, Kawan.. Yea.. kami masih mau dan akan terus menjadi teman mu, dengan batas itu.. mengertilah.."

***
Dan sunyi menyelimuti nurani nya.. Hanya dia dan pikirannya..

Minggu, 18 April 2010

xo

Aku begitu sensitif sepertinya (oh..itu kenyataan..)

Yeah benar (mungkin) hingga kata2 yg hanya bercanda pun menjadi sesuatu yg mengandung makna, entah positif atau negatif. Yang penting kata2 itu harus aku tau saja maknanya. Padahal kan nggak harus gitu. Mungkin saja mereka hanya asal bicara untuk menghidupkan suasana, biar nggak kaku misalnya, tapi.. kenapa cari arti dari kata2 itu sering menjadi penting buat ku y?! Heuh.. Sebenarnya menyebalkan untuk menjadi manusia seperti itu.. *berfikir..

Ah.. Aku tau! Mungkin karena aku begitu peduli nya pada pendapat orang lain terhadap ku, jd selalu mendengar setiap makna kata yang keluar dr mulut mereka?! Atau.. Aku, sampai tidak bisa "memuaskan" diri ku sendiri, jd seperti itu?? Yeah.. yg kedua mungkin saja, tapi nggak keren (nah! lagi2.. -_-)

Huh! walau saat itu aku tertawa mendengar celotehan beliau namun tak dipungkiri kalau sesaat setelah itu tersirat kekhawatiran (yg menurut mereka berlebih) Yeah.. bisa diterima. Dan jujur! Aku tak suka kata2 beliau. Seperti ingin cepat2 melepas ku dan bukankah itu berarti beliau sudah muak dengan ku. Mungkin saja aku dilihatnya tidak memberikan sesuatu lain yang cemerlang, jd lebih baik mengambil jalan yang beliau katakan saja. Y Tuhan.. *Mungkin terlalu jauh y pikiran ku? tapi memangnya salah kalau memang selalu ada kecenderungan2 seperti itu? *Tergantung orang nya jg c.. Yeah.. Aku memang sensitif. Dan sebenarnya tak suka.

Ehm.. Maafkan kalau prasangka ku itu salah. Aku akan berusaha sebaik ku, Pak..

Jumat, 16 April 2010

Zivilia_Aishiteru_

Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku
Saat ku harus bersabar dan trus bersabar
Menantikan kehadiran dirimu
Entah sampai kapan aku harus menunggu

Sesuatu yang sangat sulit tuk kujalani
Hidup dalam kesendirian sepi tanpamu
Kadang kuberpikir cari penggantimu
Saat kau jauh disana

[*]
Walau raga kita terpisah jauh
Namun hati kita selalu dekat
Bila kau rindu pejamkan matamu
Dan rasakan a a a aku

[**]
Kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
Terhapus ruang dan waktu
Percayakan kesetiaan ini
Pada ketulusan a a ai aishiteru

Gelisah sesaat saja tiada kabarmu kucuriga
Entah penantianku takkan sia-sia
Dan berikan satu jawaban pasti
Entah sampai kapan aku harus bertahan

Saat kau jauh disana rasa cemburu
Merasuk kedalam pikiranku melayang
Tak tentu arah tentang dirimu
Apakah sama yang kau rasakan

Back to [*][**]

Satu sendiri pikiran melayang terbang
Perasaan resah gelisah
Jalani kenyataan hidup tanpa gairah
O…wu..wo..o..

Lupakan segala obsesi dan ambisimu
Akhiri semuanya cukup sampai disini
Dan buktikan pengorbanan cintamu untukku
Kumohon kau kembali

Kimita tuokukitemo
Kiminoi shuaguaratala
Shiniteruyo shiniteruyo

Back to [*][**]

Wo wo wo..
Wo wo wo..a a ai aishiteru