Selasa, 23 Juli 2013

1, 2, 3 Siap!!

1, 2, 3, siap!!

Hehe.. Itulah yang biasa aku lakukan saat salah atau gugup. Mungkin juga karena malu dan sadar diperhatikan orang lain. Padahal mah belum tentu juga orang yang ada di sekitarku itu perhatikanku. *nyengir.

Kebiasaanku kalau melakukan sesuatu itu diinget lagi untuk mengingat yang mana yang baik dan buruk, yang sudah ku lakukan. Dan yak! Kalau banyak yang buruk, tak jarang aku mengumpat sendiri atau istighfar, sekedar menenangkan diri. Dan membuat perasaan jadi sedikit lebih baik. Paling tidak tersalurkan. :p

Ya, dan laiknya kebiasaanku merefleksi diri itu, jadi beberapa kali mendapatkan gambaran diri. Termasuk kebiasaanku saat akan melakukan sesuatu. Ng.. Lebih tepatnya saat memimpin sesuatu, khususnya saat memberi instruksi kepada anak-anak. "1, 2, 3.."- mulai sama-sama melakukan hal yang harus dilakukanku dan teman-teman mainku (bc: anak-anak usia 3 tahun ). Dan suatu hari aku seperti difokuskan akan kebiasaanku menghitung sampai tiga itu sebagai kerikuhan. Ya.. "1, 2, 3" mungkin jadi semacam ruang untukku mempersiapkan diri setelah melakukan kesalahan atau gugup saat akan melakukan sesuatu.

Aku tak aneh. Hanya harus tahu bagaimana memperbaiki cela. Belajar, belajar, Wit.. Bismillah. Inshallah.. Kalo kata Dori "Keep Swimming", kataku "Keep Learning". Sama makna. :)

Fight o!!!

Minggu, 21 Juli 2013

Diriku (masih) cs Penghargaan yang Diharapkan

Refleksi lagi.

Diukur dari apakah seseorang menghargai yang lain?

Lagi, aku belum bisa untuk tidak menjadi manusia. Aku belum bisa untuk menjadi resi versiku. Aku belum bisa tak merasa ingin dihargai. Aku beberapa waktu yang lalu menuntut untuk dihargai sama, seperti harga yang ku tampilkan kepada orang yang beberapa waktu lalu kuhadapi.

Kecewa? Hm.. Tak sukanya aku ketika rasa itu muncul. Lalu aku mulai, mati-matian kembali kepada diriku. Dimana yang salah? Pernahkah aku melakukan hal yang sama? Ternyata begitu rasanya? Hei, pernahkah aku juga begitu kepada orang lain? Adakah? Aku berusaha untuk mencari. Kemudian aku berusaha untuk menyambung-nyambungkan nilai yang umumnya muncul dalam hidup bermasyarakat. Aku tadi menginginkan harga yang aku harapkan terhadap orang yang kuhadapi tersebut untuk ditujukan juga kepadaku. Ya, itu.. Nilai yang umumnya ada di masyarakat dan harapan akan penghargaan diri. Lalu aku mulai melihat diriku, kubandingkan dengan orang yang kuhadapi. Aku mulai melihat profesiku. Hm.. Itu menurutku menjadi salah satu hal yang kuat yang menjadi dasar tidak terpenuhinya harapanku akan penghargaan diri yang ditujukan kepadaku. Mungkin profesi itu tak bergengsi dan dianggap mudah, juga tak membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi untuk mendapatkannya. Mungkin. Ya, beberapa menit, beberapa waktu yang lalu aku mencari yang salah dariku, tapi kemudian aku memilih untuk memperbaiki kualitas diri yang memang belum terpenuhi. Kualitas yang masih belum mampu membuatku nyaman, dan percaya diri untuk sementara ini. Banyak hal yang aku anggap keren yang belum bisa aku kuasai, meski hal-hal yang belum terwujud itu seharusnya jadi salah satu alasanku untuk hidup.

Kebahagiaan adalah jika kau butuh sesuatu maka terpenuhi. Sederhana? Iya... [menghembuskan nafas panjang] Aku akan mulai argumenku ini lagi dengan "tapi". Iya.. Kebahagiaan memang sederhana, tapi... Aku belum bahagia.. Maksudku, aku sudah bersyukur atas hidupku. Malah bisa dibilang mungkin kurang menuntut dan memberikan toleransi yang agak besar, tapi aku belum bahagia karena beberapa hal yang menurutku keren belum dapat kucapai. Mungkin seharusnya aku bersyukur memiliki itu, karena aku jadi tahu apa yang sebenarnya kuinginkan. Ya.. Sekarang memang sedang berusaha untuk mengarahkan hidupku ke arah yang aku ingin wujudkan. Dan... Hei, Mungkin keinginanku untuk mendapatkan penghargaan sesuai dengan harapan tidak akan lagi berlaku. Begitu? Kita lihat, apakah aku bisa menghilangkan itu hingga tak jadi manusia? Hingga jadi resi. (resi juga manusia!!) Ng.. Maksudku resi versiku. Ya.. Aku tau itu tak mungkin, karena Tuhan mungkin memang memberikan sifat-sifat itu kepada manusia. Tapi aku harus!! Agar tak haus hormat dan penghargaan. Maksudku.. Apa yang dianggap baik lebih penting dari sekedar nilai. Ya.. Itu.. Susah banget sih jabarinnya. - -"

Dan, Hey.. Aku ingat, mungkin aku pernah melakukan hal yang sama kepada orang lain, dan aku menyesal untuk bersikap yang sama. Mungkin, aku akan memperbaikinya. Untuk berusaha membuat orang lain mendapatkan penghargaan yang mereka harap dapatkan. :)

Tuhan selalu tahu bagaimana mengajar hambaNya.