Selasa, 20 November 2012

"Enemy"

Ku katakan kepadanya kalau dia jahat. Ku katakan kepadanya kalau enyah saja dia dari hidup seorang feminin yang telah payah menanggung beban atasnya. Kubilang kalau kau hanya merepotkan saja. Kalau kau ada, maka kau selamanya akan jadi benalu. Makanya kusuruh dia pergi dari induk semangnya. Tak mau dia menguasai, apalagi sampai menghisap semua sari patiku. Tak mau induk semang jadi layu. Berkatalah ia: "Sebenarnya induk semang telah lama jadi layu, tapi induk semang sadar itu, jadi induk semang menyeret-nyeret akar-akarnya yang mulai ditempeli benalu agar tetap bisa berkembang. Menjulur kemana-mana. Tak mau kalah dengan benalu. Induk semang ingin menghasilkan bunga yang mampu dihirup wanginya oleh setiap orang yang melewatinya. Induk semang ingin, meskipun tak dekat dengannya, orang-orang yang jauh jaraknya, mampu menikmati indah bunga yang ditumbuhkannya. Bunganya warna kuning. Aku sendiri tak tahu kenapa warna kuning yang dia pilih. Atau karena warna kuning menggambarkan muda, gembira, dan imajinasi? Atau karena kuning juga simbol persahabatan. Telah lama ia kesepian. Karena ada benalu, ia jadi buruk rupa, tak cantik penampilannya, jadi saat benalu itu lepas suatu hari nanti, yang ia yakini akan lepas, ia akan langsung mencari sahabat untuk ia bagi pengalaman hidupnya. Untuk berbagi.

Induk semang terus merambat. Mencari kesempatan yang tepat untuk mengenyahkan benalu. Induk semang sampai pada sebuah persimpangan. Dimana dia harus melanjutkan perjalanan yang akan selalu menyenangkan dengan benalu tetap melekat ditubuhnya atau perjalanan yang banyak rintangan dan tantangan dengan benalu secara otomatis akan terlepas dari induk semang. Induk semang bingung. Ia begitu berpikir keras. Inilah kali pertama induk semang akhirnya berdialog baik-baik dengan benalu.

"Hei, Benalu.. Bagaimana ini? Sebenarnya seharusnya aku bertanya kepada sahabat, tapi kau satu-satunya temanku saat ini. Perjalanan mana yang harus kupilih?"

Benalu untuk kali pertama, terkejut diajak bicara oleh induk semangnya.

"Dua-duanya sama saja." Katanya

"Apanya yang sama saja?! Kalau pilih perjalanan yang banyak tantangan dan rintangannya, aku senang kau lepas!!" Induk semang bersungut-sungut.

"Kalau begitu pilih saja yang itu.. Aku bisa cari induk semang yang lain." Ujar benalu ringan.

Benalu naik pitam. "Tidak tau diuntung!! Kenapa tak dari dulu?!" Pikirnya.

"Sebenarnya .. Aku sudah nyaman denganmu, tapi kalau kau mau aku pergi, mungkin sudah saatnya." Benalu menambahkan di sela-sela induk semang berpikir.

Tiba-tiba induk semang merasa kasihan kepada benalu. Dia yang selama ini juga merasakan apa yang induk semang rasakan. Apalagi benalu berada di permukaan luar induk semang, jadi kalau induk semang tergores sesuatu, benalu yang pertama kali merasakannya. Induk semang jadi kasihan kepada benalu. Secara tak sadar, induk semang telah berbagi kepada benalu, dan kalaupun itu lebih menguntungkan benalu, induk semang sebenarnya telah beri kebahagiaan kepada benalu.

"Hey, Benalu.. Aku tak anggapmu benar-benar jahat kepadaku. Aku akan pilih jalan yang selalu menyenangkan." Induk semang berkata kepada benalu sambil pura-pura galak.Benalu tampak senang dengan keputusan induk semang.

Benalu: "Aku tidak akan membunuhmu, karena kau yang menentukan hidup-matimu dalam jalan hidupmu. Jangan kuatir, Induk semang, Kau akan tetap hidup di jalan yang normal, karena kehidupanmu yang selalu menyenangkan, tapi tidak juga karena ada aku yang akan selalu jadi benalu buatmu, kau akan susah juga walau mungkin telah terbiasa olehku."

Induk semang: "Benalu benar. Keduanya akan sama saja, tapi aku penentu hidupku. Tak akan kubiarkan dia mendominasi, jadi buatku sengsara selalu."

Induk semang merambat dengan lebih semangat dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. 

Minggu, 18 November 2012

Siapakah dia?

Sabtu, 17 November 2012

Hari ini hari spesial untuk ibuku sebenarnya, karena Ibuku ulang tahun, tapi sampai sekarang, aku belum mengucapkan selamat ulang tahun kepada ibuku. Jahatkan aku.. (silakan mengangguk). Ya.. Dan hari ini, meskipun semua orang tinggal di rumah, karena bukan hari efektif mereka bekerja atau sekolah, aku harus membawa serta motorku untuk ku bawa ke sekolah. Hehe.. Ya.. Dan aku menghibur diriku sendiri, karena toh hari ini ada anak yang berulang tahun, jadi mungkin akan dapat kue. Hahaha.. Bagaimana aku mau dewasa kalau aku tak kunjung berusaha untuk jadi dewasa. Ck! Dan.... Gita, anak yang berulang tahun, datang bersama keluarganya, termasuk dia. Kya... Kenapa aku masih berharap kalau dia orangnya? Padahal kemungkinan bertemu dengannya lagipun aku tidak tahu kapan. Hm.. Dia pegang kamera saat itu. Sepertinya masih kerabat dengan keluarga Gita. Yeah.. Dan satu waktu, dia memfoto Abel, salah satu murid di playgroupku juga yang masih anteng makan kue di belakang (Hahaha.. Abel.. Betapa kau lucu sekali, Nak..) lalu.. dia bilang: "Yuk! Foto sama Tantenya," kalau tak salah. Entah kenapa saat itu aku tak malu. Habis dia juga ngajaknya santai, jadi kutanggapi dengan: "Ayuk, Bel.." (Nyaaaa, Baka kan..:D ) Abel yang bukan anak yang pemalu dan penakut juga setuju. Abel mau berfoto denganku, difoto olehnya. Ya Tuhan.. Dia memang tak begitu ngecling seperti bapaknya Arka atau Om Idat, Omnya Arka, tapi penampilannya yang sederhana membuatku berpikir kalau dia oke juga. Rambut pendek, kaos oblong dengan celana jeans warna hitam. Dan bawa motor biasa saja. Hm.. Penampilan sederhana namun menarik buatku.

Jam makan siang. Tante Rina bilang dia sesekali memotretku dengan kameranya. Wow! Aku pikir itu cuma perasaanku saja yang dibidik olehnya beberapa kali, tapi Tante Rina bilang hal yang aku terka juga. Yeah... Agak GR sih jadinya. Ehm, begini! teoriku adalah.. (dapat dari teman saat kuliah presentasi) "Kalau sedang belajar memotret, mulai dari tangkap objek-objek yang kau lihat indah atau menarik". Hahaha.. Ini yang pertama lowh. Yang kedua, mungkin.. Dia: Aku sedang ada proyek pameran foto tentang gambaran di TK, dan mungkin dia melihatku ada satu ungkapan yang menarik antara aku dan anak-anak itu, menurutnya. Atau bahkan lebih buruk. Aku dilihatnya punya gambaran ungkapan tulus seorang ibu terhadap anak-anak. Gyaaaaaaa...!! O_o Tidak.. Itu berarti T U A.. O_o"

Yeah, aku berharap sih ketemu lagi dengannya, tapi saat itu Niken dan Wendi sedang tidak bersama kami. Mungkin saja dia tidak melihat objek yang lebih indah. Euh... *random deh..

Hey.. Um.. What's ur name? :)

One thing that can make me cry :p

O yeah.. Aku mungkin salah seorang yang sensitif (bc: perasa), dan beruntungnya (atau bencana?), aku juga salah seorang yang berusaha untuk melihat diriku sendiri sebelum melempar kesalahan kepada orang lain, jadi kalau tiba-tiba aku menyalahkan orang lain, mungkin memang aku merasa aku tak bersalah setelah introspeksi atau aku tak benar-benar menyalahkan orang tersebut, karena sedang bercanda. Hehehe.. Haah.. Makanya aku hanya akan merasa, jika orang tersebut berkata tepat seperti juga yang aku rasakan. Ah.. Aku payah! Eh, semangatku sedang dibawah sepertinya, tapi semoga aku tak kemudian diam tak berusaha, selama aku masih melihat celah untuk ditelusuri. :)

Is there another person like me out there that still fight with their own self? --,

Flash Back!

Hm.. Entah kenapa tiba-tiba teringat akan aksi berlebihanku dulu, di kosan terakhir yang kutempati. Ah.. Memalukan sekali. Sungguh aku ingin hilang saja dari muka bumi jika aku ingat semua teriakanku yang memekakan telinga dan juga tak etis sekali di dengar. Apalagi keluar dari mulut seorang wanita. Heeeh.. Sering aku bertindak tanpa pikir panjang. Bersikap spontan lalu menyesal sesudahnya, tapi masih bersyukur, karena saat itu bukan semua salahku sih.. masih ada lah yang membuatku berpikir kalau aku tak salah-salah amat. Hanya saja sikapku sama sekali tak bisa dikatakan cerdas, malah memperlihatkan kedunguan. Huh! DUNGU! Ya.. Dan karena ingat itu aku jadi mengutuki diri sendiri dari tadi. Baka! Baka! Baka! --"
I think there is a donkey mark on my forehead, thus I can be bullied anytime, anywhere. So sad..

Sabtu, 17 November 2012

Versus Hers

Ketika dering telepon genggam itu melingkupi kamar, aku benar-benar merasa dia mulai lebih memberikan perhatian khusus kepada 'si pembuat telepon itu berdering'. Masalahnya adalah ketika aku ajak dia, dia menunda, dan seketika saja dering telepon genggam itu mampu membuatnya sigap menyambut saat dia telah terlelap sekalipun karena kecapekan. Huh! Bukan aku hanya cemburu terhadap tingkahnya, tapi aku mulai tak suka, karena dia sama sekali tak konsisten, dan jelas-jelas membedakan perlakuannya. Ayolah.. Siapa yg lebih dulu bersamamu. Kau lebih utamakan dia. Heeeh.. tapi mana aku tahu dia mungkin memang yang lebih berarti untuknya sekarang ini. Dan lagi.. Mungkin aku yang terlalu kaku dan tak suka dengan Public Display Affection, jadi muak ketika melihatnya bermesra-mesraan dengan lelakinya. Memangnya dia harus gelendotan untuk sekedar nonton film saja?! Iyuw.. Oh, maaf.. Ya.. Sila katakan kalau aku cemburu. :(

"Hey u are too close to him!"