Minggu, 08 Desember 2013

Kita?

Hubungan jarak jauh? Oh, nampak familiar dengan istilah itu. Setidaknya itu pendekatan kami. Ya, aku dan dia yang ternyata (mungkin) lebih baik dimataNya. Penggambarannya kepadaku sih membuatku menyimpulkan jadi begitu.

Aku dan dia. Latar belakang kami berbeda. Aku sempat merasakan bangku kuliah, sedangkan dia tidak. Dulu, aku memang jadi berpikir ulang untuk jadi wanitanya. Habis dia tak sekeren teman-teman kuliahku.

Aku dan dia. Kami bertemu di tempat yang tak terduga. Danau Situ Lembang. Kalau tersebut kata itu, mungkin akan terasa sinetron sekali ya. Iya, aku juga jadi geli. Tuhan memang punya cara aneh. Mungkin persepsiku yang anggap begitu. Sudahlah, kami memang bukan pasangan yang keren. Tak seperti yang pernah aku bayangkan. Biasa saja. Tak ada heroik.

Dari dulu sampai sekarang. Kami tak pernah dekat. Dia tinggal dan bekerja di kota lain. Dulu, bisa dibilang jarang rindu, karena banyak teman-teman. Hm, teman memang segalanya setelah keluarga, baru pacar. Kalau buatku ya. Mungkin sudah biasa, jadi biasa juga sekarang. Saat dia harus pergi ke Sudan. Rindu? Sesekali, tapi masih bisa jalani hidup. Kami memang telah sepakat untuk mengejar cita-cita masing-masing dulu. Bisa dibilang: "Dia belum jadi milikku, dan Aku belum jadi miliknya". Kami masih bebas. Jadi kalau suatu hari nanti kami bersatu, maka kami akan mengorbankan satu. KEBEBASAN. Entahlah, kadang seram membayangkannya, tapi mana aku tahu yang terbaik.

Aku sedang tik kata-kata, tapi belum cukup banyak. Aku suka menulis, tapi sepertinya mesti banyak baca, agar berisi.

Dia sedang main di sana. Main di lahan bertempurnya. Aku yakin dia sedang menikmati sekali. Hm, dia memang teratur dan bisa sabar. Aku lebih grasa-grusu. 

Apakah dia potongan puzzle yang pas?

Sabtu, 07 Desember 2013

Trip to Semeru

Tgl. 18 Agustus 2013. Saya dan salah seorang sodara saya telah merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Semeru. Rencana ini bukan dadakan. Sebelumnya kami memang telah merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Puncak para Dewa ini sebulan sebelumnya. Sayapun tak latah mendaki semata karena salah satu film yang menyeritakan tentang pendakian ke Semeru, melainkan memang sudah dari kuliah. Semacam target yang harus saya lakukan sebelum saya meninggal. Jadi perjalanan ke Semeru ini merupakan perjalanan penting dalam hidup saya. Sebuah perjalanan yang bisa dibilang: "Apapun akan saya lakukan untuk melakukan perjalanan". Dan nampaknya Allah menghendaki. Bermula dari obrolan dengan saudara saya yang juga suka mendaki gunung. Dan ceritanya mengenai rencana pencapaian mendaki Semeru. Wah! Sama. Pikir saya. Sayapun dengan semangat mengajukan diri untuk ikut. Dan Yak! Tanggal 18 Agustus itupun perjalanan kami dimulai.

Mengorek tabungan sebagai bekal membeli peralatan yang cukup untuk prosedur keamanan pendakian. Mengingat pendaki amatir dan baru awal, saya tak mau ambil risiko dengan sepatu yang akan menyusahkan perjalanan. Ditambah pengalaman yang tidak mengenakan, yang terjadi pada kaki saya saat diklat. (Hehe, ini sih karena tak disiplin lepas sepatu). Beli lah saya sepatu "ber-kembang" di alasnya, karena, Yak! Semeru gitu lowch. Katanya sih puncak tertinggi di Pulau Jawa. Ditambah belum tau medannya, jadi: "Sepatu "ber-kembang".. Come to Mama..".

Tanggal 18 Agustus 2013, Saya sengaja memerpanjang cuti lebaran saya. (di)Tinggallah saya di Solo, tempat Bulik. Jadi biar ketemuannya di Solo saja. Tiket Kereta lumayan mahal saat itu. Mungkin karena berbarengan dengan arus balik lebaran. (Maaf, Teman-teman). Setelah menginfokan harga tiket yang diluar dugaan, sayapun memesan tiket ke Malang. Kira-kira pukul 23.00, saudara saya dan teman-temannya, tiba di Balapan. Mereka makan dulu, dan siap-siap menyambut kereta menuju Malang.

Di dalam kereta, kami mengatur tempat duduk. Karena ada dua orang yang tempat duduknya terpisah. O, ya. Kami bersembilan. Empat perempuan dan lima laki-laki, jadi saya pikir cukup aman lah, karena banyakan cowoknya. :p Saya baru saja bilang " Mana ini?! Katanya berAC, tapi gerah"; Beberapa menit setelah kereta berjalan, barulah berasa dinginnya. Sial! Saya jadi harus geret-geret jaket yang saya simpan di carrier. Sombong karena ngerasa belum butuh dipakek. Dan segera setelah itu, kami mulai sibuk dengan pikiran masing-masing. Sebenernya nggak bisa tidur karena dingin. Hehehe.

19 Agustus 2013. Pukul 05.00, kami tiba di stasiun Malang. Shalat subuh, pesen minuman anget dulu. Lalu cari sarapan dekat stasiun. Kami menjumpai banyak pendaki gunung. Wajar, karena berdekatan dengan tanggal 17 Agustus. Berdasarkan informasi yang saya dapat, biasanya pendaki-pendaki merayakan 17an di Ranu Kumbolo atau bahkan di Mahameru, jadi ya bisa dipastikan, mereka adalah rombongan yang sudah turun. Kami senyum-senyum melihat fenomena itu. Buanyak banget pendaki. Semeru bukan lagi tempat eksklusif bagi pendaki. Udah kayak mallnya pendaki. Karena bergengsi jg kali ya. Sayapun merasakan hal sama, tapi jadi ngerasa nggak keren lagi setelah banyak yang bisa daki.

Dengan Jeep yang sudah dipesan saudara saya, kami dibawa sampai Ranu Pane. Pikir ini danau seindah dicerita. Ternyata biasa saja. Di Ranu Pane, kami mendaftarkan diri dulu. Setelah itu, kami istirahat sampai jam 2. Menunggu matahari agar tak terik-terik sekali. di Ranu Pane, kami habiskan waktu untuk packing kembali barang-barang bawaan. Yang cewek-cewek bawa yang ringan tentu saja. Hehehe.. Pukul 2, kami mulai jalan menuju Ranu Kumbolo. Berdoa dulu bareng-bareng biar selamat. Kami sih fun hiking, jadi habis tanjakan kalau capek, ya berhenti. Ngurangin logistik dulu. Biar nggak berat. :p Menurut informasi, dari Ranu Pane ke Ranu Kumbolo menghabiskan waktu 5 jam, tapi... karena fun hiking, jadi sampek Ranu Kumbolo sekitar jam 9. No problemo. Kami langsung mendirikan tenda. Yang perempuan nyiapin makanan dan minuman. Woow.. Ranu Kumbolo membuat kami bergemeletuk, tapi Subhanallah indah. Bintangnya banyak, tapi setelah makan dan minum anget, kami, para wanita memilih untuk nenda. Menghangatkan diri. Hahaha.. Nggak romantis amat.

Ranu Kumbolo, 05.00 pagi. Sodaraku dan temannya udah berSubhanallah di luar. Nyuruh bangun untuk liat sunrise. Setengah hati aku keluar. Antara nggak mau ketinggalan momen sama masih pengen tidur. Sugooooi itu bintang apa permata??!! Beuh.. Dingin amat sih.. Dalam keadaan masih nganga, saudara saya menunjukkan mie dan sandal gunung yang udah beku ada esnya. Beuh.. Berasa di luar negeri. Jepret sana, jepret sini. Danau pun mengeluarkan asap putih mistis. Kereeeen... 

Pukul 08.30, kami packing lagi. Biar nggak kesiangan. Beberapa barang, kami tinggal di Ranu Kumbolo. Kami siap menuju Kali Mati. Sempet galau, mau ngecamp di Kali Mati atau Arco Podo, tapi setelah ketemu pendaki lain dan minta informasi, kami memutuskan untuk ngecamp di Kali Mati sebelum muncak malamnya. Alasannya karena di Kali Mati ada sumber air, namanya Sumber Mani. Kira-kira 30 menit jalan dari Kali Mati, tapi mesti tau kalau nggak mudah menjangkau Sumber Mani. Medannya lumayan kalau mau ambil air yang banyak sekalian. Mesti ada beberapa orang dengan bawa botol air mineral besar. Dan jangan bayangin sungai mengalir. Hehe, cuma dua gerojokan sedang, yang dibuat untuk ngalirin air yang jatuh dari atas. Saya dan teman-teman perempuan yang girang, rebutan mau ikut ke Sumber Mani, nggak mau ikut lagi setelah turun dari puncak. Capek. Hehehe..

Pukul 23.00, Kami siap-siap ke Puncak. Saudara saya mengingatkan untuk pakai jas hujan sekalian untuk antisipasi kalau tiba-tiba hujan, dan untuk memakai pakaian berlapis; Bawa masker dan senter. Karena belum tau jalan, kami memustuskan untuk ikut dengan rombongan lain yang akan muncak. Untunglah malam, jadi medan yang mulai menanjak, tak menjatuhkan mental kami. Setelah kagum melewati Arco Podo, dan sibuk cari monumennya Gie, dan nggak ketemu (iyalah orang di Puncak), kami melanjutkan perjalanan. Haaah.. Sebenarnya target dapet sunrise di atas, tapi nggak keburu. Ditengah jalan liat sunrisenya aja udah terkagum-kagum. 

Baru jam 7, saya sampai di Puncak. Hiks! Sedih. Gembira. Sebuah pencapaian setidaknya untuk diri sendiri udah bisa sampek puncak. Padahal tadinya udah mau berhenti sampek Ranu Kumbolo. Tapi begitu inget tujuan awal ke Semeru mau ngapain, akhirnya ditekatin juga untuk HARUS sampek puncak.  

Subhanallah.. Bukan cuma dapet indahnya, tapi untunglah dapet pelajaran baru dari teman-teman baru. Masih harus berjuang sampek puncak yang abadi, Teman-teman.. 

Masih berdiri kokoh Mahameru memandang kami. Dadah, Semeru.. :)