Selasa, 14 Mei 2013

Cacatan

Aku tersenyum. Menyadari sesuatu yang kusangka mirip, tapi beda ternyata.

Dia, romantis, sementara aku, masih bergelut dengan diri sendiri. Tanya ini itu. Gelisah tentang segala hal yang kuintepretasikan sendiri.

Orang lain mungkin sudah berpindah tempat, sementara aku masih diam di satu tempat, mungkin hanya merambat. Bergerak sih, tapi perlahan.

Sementara orang lain bisa meyakinkan orang lain untuk menghabiskan hidup bersama, aku masih resah akan keberadaanku di dunia. Dimana harus ku tetapkan diriku berada. Sebenarnya untuk apa repot2 berpikir begitu, kalau jalani saja sambil berpikir. Bukan hanya berpikir dan takut untuk keluar dari goa. 

Ah.. Mungkin, aku tak terlalu suka hidup. Haha, seharusnya hilang pikiran macam ini, sementara masih banyak orang lain yang bertahan hidup dengan berjuang keras. Seharusnya bersyukur untuk segala "tak enak" yang kurasa, aku toh telah merasakan itu. Jadi.. Beruntunglah orang2 yang dilahirkan di dunia ini. Allah menginginkan kita main dalam permainan yang telah dibuatNya. Mainan itu hasil karyaNya, dia pasti bangga dan tak main2 untuk itu, jadi ya mungkin benar kalau.. Ini hanya pilihanku untuk membuat genre ceritaku sendiri. Tuhan, ini semacam komedi tragedi romantis untukku. Aku toh selalu terkesan dengan cerita-cerita bergenre itu. 

Jadi, dirimulah yang membuat orang lain menilamu. Apalagi?  


Sabtu, 04 Mei 2013

to be left

OW: "Kenapa Kau datang saat ini? Kau datang di saat yang tak tepat."

W   : "Tapi kalau aku tak datang dan hanya membayangkan suasananya di rumah, maka itu akan lebih buruk lagi. Aku datang agar tahu kalau itu tidak seburuk yg kubayangkan."

OW: "Kau memang selalu datang terlambat."

W   : [mengingat seorang teman yg juga mengatakan hal yg sama] Itu jahat!! Sementara aku datang untuk niat yg istimewa, tapi malah katakan itu sebagai hal yang sia-sia. Kau tau?! Itu seperti tak diinginkan.

OW: "Orang sepertimu memang akan ditinggalkan."

W   : "Aku akan tetap menjalani hidupku. Berat sekalipun!!"

Itu menyakitkan.