Selasa, 25 Desember 2012

Edan. TIM. 22 Desember 2012

Homo Homini Lupus

Manusia adalah serigala untuk manusia lainnya

Saling mangsa

Kenyataannya?

Mungkin benar

Selama mereka masih memikirkan perut untuk hidup

Yang lainnya, sikat saja

Homo Homini Lupus

Edan..


Minggu, 23 Desember 2012

Cinta Karena Biasa?

"Kalau temenan itu enaknya nggak ada tuh yg jadi suka-sukaan.."
"Wah.. Sulit, Tante.."
"Damn! Kenapa terkatakan? Meluncur begitu saja dari mulutku dan terujar lagi!! Ah.. Jadi mungkin sebenarnya akupun terlibat, meski objeknya sedang jatuh kepada temanku."

tapi kalau dipikir memang sulit, pasti bakal ada saja yg akhirnya memendam rasa lebih dari sekedar peduli. Katanya, cinta itu rasa hormat, kepercayaan, dan kepedulian, tapi setelah tiga kata itu tercatat di HPku, rasanya ada sesuatu yg aneh. Tiga kata itu telah aku dapatkan dan tujukan kepada beberapa teman, berarti aku cinta kepada mereka, mungkin.. Toh aku tak segan-segan bilang cinta kepada mereka, tapi bukan cinta macam itu. Maksudku.. Untuk menjadi teman berbagi. Sampai mati. Ea..

Mendapatkan penyangkalanku yang mungkin sangat tidak sopan itu, Ibu temanku terdiam, mungkin beliau setuju, mungkin juga hanya membuat suasana menjadi tetap normal. Toh, mungkin sebenarnya maksud beliau semata ditujukan kepada anaknya saja. Mungkin beliau sebenarnya juga mewajarkan pertemanan yang kemudian jadi percintaan itu bakal terjadi.

Aku jadi menghela nafas. Bagaimana itu tidak mungkin terjadi kalau yg tadinya benci saja bisa jadi cinta. Huek! Ah.. Ah.. Ah.. !!!! Aku tidak suka terlalu menye begini.. Aku kemudian berpikir lagi. Dimana yang kurang kalau telah ada kepercayaan, rasa hormat, dan kepedulian? Aku toh percaya kepada mereka kalau mereka tak akan meninggalkanku dan menghianatiku, tp aku tahu mereka tak akan benar-benar tak mau meninggalkanku kalau sikonnya memang begitu, mereka toh harus memikirkan dan melanjutkan masa depan mereka. Aku bukan yg akhir dr tempat labuhan. Mereka tak akan dengan sengaja mencariku atas apapun kondisinya. Hanya jika sikonnya pas.

Rasa hormat. Aku menghormati mereka, tp terbatas pada keinginanku menghormati. Hm.. Lagi-lagi ada batasan.

Dan kepedulian. Rasanya kepedulian berkaitan dengan poin yang pertama tadi. Kepercayaan. Rasanya kepercayaan bisa diukur dari nilai kepedulian. Kebalikan juga bisa, tapi rasanya kalau dibalik akan terkesan lebih egois. Hehe.. Maksudku, seberapa inginnya kau dengan kondisi apapun mencari sosok itu, memperlihatkan seberapa peduli kau dengan sosok yang kau cari tersebut. [aku itu benar-benar dangkal. Lihat saja betapa sulit aku menjabarkan pernyataan macam ini. Itu juga beruntung kalau kau mengerti], jadi.. ternyata belum maksimal cinta itu kepada mereka? Cinta itu hanya terbatas kepada sikon yang pas, sikon yang memungkinkan, bukan dengan pengorbanan. Nah.... Dari tadi dicariin susah banget... Sering begini. Belajar dan mencari harus dari menjabarkan dulu masalahnya. *Sigh. Cinta itu PENGORBANAN. Ah.... Seperti cinta seorang ibu kepada anaknya, induk kepada anaknya. Murni. Cinta yang tak segan-segan menciptakan pengorbanan. Seperti ketika Ibu dulu melahirkan kita, yang tahu kalau nyawa taruhannya, tapi tetap saja ambil risiko itu. Ah.. Terimakasih.. Sedikit demi sedikit, aku jadi mengenal Cinta. Bukan sekedar dari selogan. Tuhan juga mengorbankan sesuatu kah? Mungkin.. Pengorbanan untuk siap menerima berbagai macam penilaian dari manusia, tapi tetap, Dia toh tak akan kehilangan apapun, mungkin.. Dia kan Bosnya :)

Seperti ada yang menjentikkan jari di depan mukaku. Aku masih ada di rumah temanku, dengan percakapan ringan bersama ibunya dengan topik yang tak melenceng jauh dari topik yang sebelumnya. Cinta karena terbiasa. Aku rasa pernyataan itu kurang, karena bukan "terbiasa" inti dari Cinta itu tumbuh, tapi yakin ada ekstra ekstrak, sesuatu, yang buat itu jadi ada.


Kalau begitu. "Aku jadi tidak cinta dengan kalian.. Aku Menghormati, Peduli, dan Percaya kepada kalian."


*Hm.. Perasaan tidak aman membuatku pernah menguji seseorang, tapi.. jadi kecewa karena ketika harapan akan kepedulian dalam apapun sikonnya itu ternyata tidak ditunjukkan kepadaku. Dan itu buatku jadi tak yakin. Susah juga cari cinta. Kenapa semuanya harus dari bukan diri sendiri ya?? Kau hanya mau menerima. Payah!! Pantas belum dapat cinta. :p

Selasa, 20 November 2012

"Enemy"

Ku katakan kepadanya kalau dia jahat. Ku katakan kepadanya kalau enyah saja dia dari hidup seorang feminin yang telah payah menanggung beban atasnya. Kubilang kalau kau hanya merepotkan saja. Kalau kau ada, maka kau selamanya akan jadi benalu. Makanya kusuruh dia pergi dari induk semangnya. Tak mau dia menguasai, apalagi sampai menghisap semua sari patiku. Tak mau induk semang jadi layu. Berkatalah ia: "Sebenarnya induk semang telah lama jadi layu, tapi induk semang sadar itu, jadi induk semang menyeret-nyeret akar-akarnya yang mulai ditempeli benalu agar tetap bisa berkembang. Menjulur kemana-mana. Tak mau kalah dengan benalu. Induk semang ingin menghasilkan bunga yang mampu dihirup wanginya oleh setiap orang yang melewatinya. Induk semang ingin, meskipun tak dekat dengannya, orang-orang yang jauh jaraknya, mampu menikmati indah bunga yang ditumbuhkannya. Bunganya warna kuning. Aku sendiri tak tahu kenapa warna kuning yang dia pilih. Atau karena warna kuning menggambarkan muda, gembira, dan imajinasi? Atau karena kuning juga simbol persahabatan. Telah lama ia kesepian. Karena ada benalu, ia jadi buruk rupa, tak cantik penampilannya, jadi saat benalu itu lepas suatu hari nanti, yang ia yakini akan lepas, ia akan langsung mencari sahabat untuk ia bagi pengalaman hidupnya. Untuk berbagi.

Induk semang terus merambat. Mencari kesempatan yang tepat untuk mengenyahkan benalu. Induk semang sampai pada sebuah persimpangan. Dimana dia harus melanjutkan perjalanan yang akan selalu menyenangkan dengan benalu tetap melekat ditubuhnya atau perjalanan yang banyak rintangan dan tantangan dengan benalu secara otomatis akan terlepas dari induk semang. Induk semang bingung. Ia begitu berpikir keras. Inilah kali pertama induk semang akhirnya berdialog baik-baik dengan benalu.

"Hei, Benalu.. Bagaimana ini? Sebenarnya seharusnya aku bertanya kepada sahabat, tapi kau satu-satunya temanku saat ini. Perjalanan mana yang harus kupilih?"

Benalu untuk kali pertama, terkejut diajak bicara oleh induk semangnya.

"Dua-duanya sama saja." Katanya

"Apanya yang sama saja?! Kalau pilih perjalanan yang banyak tantangan dan rintangannya, aku senang kau lepas!!" Induk semang bersungut-sungut.

"Kalau begitu pilih saja yang itu.. Aku bisa cari induk semang yang lain." Ujar benalu ringan.

Benalu naik pitam. "Tidak tau diuntung!! Kenapa tak dari dulu?!" Pikirnya.

"Sebenarnya .. Aku sudah nyaman denganmu, tapi kalau kau mau aku pergi, mungkin sudah saatnya." Benalu menambahkan di sela-sela induk semang berpikir.

Tiba-tiba induk semang merasa kasihan kepada benalu. Dia yang selama ini juga merasakan apa yang induk semang rasakan. Apalagi benalu berada di permukaan luar induk semang, jadi kalau induk semang tergores sesuatu, benalu yang pertama kali merasakannya. Induk semang jadi kasihan kepada benalu. Secara tak sadar, induk semang telah berbagi kepada benalu, dan kalaupun itu lebih menguntungkan benalu, induk semang sebenarnya telah beri kebahagiaan kepada benalu.

"Hey, Benalu.. Aku tak anggapmu benar-benar jahat kepadaku. Aku akan pilih jalan yang selalu menyenangkan." Induk semang berkata kepada benalu sambil pura-pura galak.Benalu tampak senang dengan keputusan induk semang.

Benalu: "Aku tidak akan membunuhmu, karena kau yang menentukan hidup-matimu dalam jalan hidupmu. Jangan kuatir, Induk semang, Kau akan tetap hidup di jalan yang normal, karena kehidupanmu yang selalu menyenangkan, tapi tidak juga karena ada aku yang akan selalu jadi benalu buatmu, kau akan susah juga walau mungkin telah terbiasa olehku."

Induk semang: "Benalu benar. Keduanya akan sama saja, tapi aku penentu hidupku. Tak akan kubiarkan dia mendominasi, jadi buatku sengsara selalu."

Induk semang merambat dengan lebih semangat dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. 

Minggu, 18 November 2012

Siapakah dia?

Sabtu, 17 November 2012

Hari ini hari spesial untuk ibuku sebenarnya, karena Ibuku ulang tahun, tapi sampai sekarang, aku belum mengucapkan selamat ulang tahun kepada ibuku. Jahatkan aku.. (silakan mengangguk). Ya.. Dan hari ini, meskipun semua orang tinggal di rumah, karena bukan hari efektif mereka bekerja atau sekolah, aku harus membawa serta motorku untuk ku bawa ke sekolah. Hehe.. Ya.. Dan aku menghibur diriku sendiri, karena toh hari ini ada anak yang berulang tahun, jadi mungkin akan dapat kue. Hahaha.. Bagaimana aku mau dewasa kalau aku tak kunjung berusaha untuk jadi dewasa. Ck! Dan.... Gita, anak yang berulang tahun, datang bersama keluarganya, termasuk dia. Kya... Kenapa aku masih berharap kalau dia orangnya? Padahal kemungkinan bertemu dengannya lagipun aku tidak tahu kapan. Hm.. Dia pegang kamera saat itu. Sepertinya masih kerabat dengan keluarga Gita. Yeah.. Dan satu waktu, dia memfoto Abel, salah satu murid di playgroupku juga yang masih anteng makan kue di belakang (Hahaha.. Abel.. Betapa kau lucu sekali, Nak..) lalu.. dia bilang: "Yuk! Foto sama Tantenya," kalau tak salah. Entah kenapa saat itu aku tak malu. Habis dia juga ngajaknya santai, jadi kutanggapi dengan: "Ayuk, Bel.." (Nyaaaa, Baka kan..:D ) Abel yang bukan anak yang pemalu dan penakut juga setuju. Abel mau berfoto denganku, difoto olehnya. Ya Tuhan.. Dia memang tak begitu ngecling seperti bapaknya Arka atau Om Idat, Omnya Arka, tapi penampilannya yang sederhana membuatku berpikir kalau dia oke juga. Rambut pendek, kaos oblong dengan celana jeans warna hitam. Dan bawa motor biasa saja. Hm.. Penampilan sederhana namun menarik buatku.

Jam makan siang. Tante Rina bilang dia sesekali memotretku dengan kameranya. Wow! Aku pikir itu cuma perasaanku saja yang dibidik olehnya beberapa kali, tapi Tante Rina bilang hal yang aku terka juga. Yeah... Agak GR sih jadinya. Ehm, begini! teoriku adalah.. (dapat dari teman saat kuliah presentasi) "Kalau sedang belajar memotret, mulai dari tangkap objek-objek yang kau lihat indah atau menarik". Hahaha.. Ini yang pertama lowh. Yang kedua, mungkin.. Dia: Aku sedang ada proyek pameran foto tentang gambaran di TK, dan mungkin dia melihatku ada satu ungkapan yang menarik antara aku dan anak-anak itu, menurutnya. Atau bahkan lebih buruk. Aku dilihatnya punya gambaran ungkapan tulus seorang ibu terhadap anak-anak. Gyaaaaaaa...!! O_o Tidak.. Itu berarti T U A.. O_o"

Yeah, aku berharap sih ketemu lagi dengannya, tapi saat itu Niken dan Wendi sedang tidak bersama kami. Mungkin saja dia tidak melihat objek yang lebih indah. Euh... *random deh..

Hey.. Um.. What's ur name? :)

One thing that can make me cry :p

O yeah.. Aku mungkin salah seorang yang sensitif (bc: perasa), dan beruntungnya (atau bencana?), aku juga salah seorang yang berusaha untuk melihat diriku sendiri sebelum melempar kesalahan kepada orang lain, jadi kalau tiba-tiba aku menyalahkan orang lain, mungkin memang aku merasa aku tak bersalah setelah introspeksi atau aku tak benar-benar menyalahkan orang tersebut, karena sedang bercanda. Hehehe.. Haah.. Makanya aku hanya akan merasa, jika orang tersebut berkata tepat seperti juga yang aku rasakan. Ah.. Aku payah! Eh, semangatku sedang dibawah sepertinya, tapi semoga aku tak kemudian diam tak berusaha, selama aku masih melihat celah untuk ditelusuri. :)

Is there another person like me out there that still fight with their own self? --,

Flash Back!

Hm.. Entah kenapa tiba-tiba teringat akan aksi berlebihanku dulu, di kosan terakhir yang kutempati. Ah.. Memalukan sekali. Sungguh aku ingin hilang saja dari muka bumi jika aku ingat semua teriakanku yang memekakan telinga dan juga tak etis sekali di dengar. Apalagi keluar dari mulut seorang wanita. Heeeh.. Sering aku bertindak tanpa pikir panjang. Bersikap spontan lalu menyesal sesudahnya, tapi masih bersyukur, karena saat itu bukan semua salahku sih.. masih ada lah yang membuatku berpikir kalau aku tak salah-salah amat. Hanya saja sikapku sama sekali tak bisa dikatakan cerdas, malah memperlihatkan kedunguan. Huh! DUNGU! Ya.. Dan karena ingat itu aku jadi mengutuki diri sendiri dari tadi. Baka! Baka! Baka! --"
I think there is a donkey mark on my forehead, thus I can be bullied anytime, anywhere. So sad..

Sabtu, 17 November 2012

Versus Hers

Ketika dering telepon genggam itu melingkupi kamar, aku benar-benar merasa dia mulai lebih memberikan perhatian khusus kepada 'si pembuat telepon itu berdering'. Masalahnya adalah ketika aku ajak dia, dia menunda, dan seketika saja dering telepon genggam itu mampu membuatnya sigap menyambut saat dia telah terlelap sekalipun karena kecapekan. Huh! Bukan aku hanya cemburu terhadap tingkahnya, tapi aku mulai tak suka, karena dia sama sekali tak konsisten, dan jelas-jelas membedakan perlakuannya. Ayolah.. Siapa yg lebih dulu bersamamu. Kau lebih utamakan dia. Heeeh.. tapi mana aku tahu dia mungkin memang yang lebih berarti untuknya sekarang ini. Dan lagi.. Mungkin aku yang terlalu kaku dan tak suka dengan Public Display Affection, jadi muak ketika melihatnya bermesra-mesraan dengan lelakinya. Memangnya dia harus gelendotan untuk sekedar nonton film saja?! Iyuw.. Oh, maaf.. Ya.. Sila katakan kalau aku cemburu. :(

"Hey u are too close to him!"