Minggu, 06 Juni 2010

Pandawa Lima


Kata kakak ku saat itu "Apa-apaan Pandawa?! Katanya simbol kebaikan, tapi tak ubahnya cacat."

Aku diam saat itu karena belum baca sepenuhnya dan agaknya belum masuk sesi dimana Mahabharata memerlihatkan sisi buruk beberap personil Pandawa, tapi setelah sampai, aku setuju dengannya. Mengiyakan, karena memang benar. Pandawa memang tak sempurna, tapi malah jadi suka dengan cerita yang disajikan oleh Mahabharata, karena tidak seperti cerita-cerita pada umumnya yang tokoh baiknya tak jarang diperlihatkan sisi baiknya saja. Oh, ya, karena aku yakin mereka sebenarnya juga punya sisi buruk, hanya mungkin penulis enggan mengekspose saja atau kalau diekspose juga akhirnya akan membuat pembaca menolelir segala keburukan karena condongnya mereka pada sisi baiknya. Itu intinya kan?! Manusia, menurutku begitu. Mereka, Saya adalah abu-abu. Mungkin Hitam, putih juga bisa. Tak sempurna. Namun yang membuat saya tertarik pada Mahabharata adalah sisi buruk mereka yang ternyata untuk saya personal malah tak membuat saya memaafkan sisi buruk mereka. Maksudnya begitu berkesan kesalahan yg digambarkan pada mereka sehingga membuat saya merasa mereka hanya manusia biasa. Tidak layak dijadikan simbol kebaikan yang selama ini digambarkan oleh banyak pengarang. Mereka cacat tampak. Dan, entah, saya begitu senang mendapati penggambaran tokoh seperti itu. Tidak munafik menurut saya. Dan malah jadi keren.

Seperti Yudhistira. Ah.. Dia memang bijaksana. Pandawa lain menghormatinya, tidak hanya sebagai kakak tertua, tapi juga karena pintarnya ia berkata-kata. Yudhistira memang pintar dan cerdas. Dan sekali lagi menjadi panutan karena keputusannya yang bijak. Oh, tidak selalu, Kawan. Tak selalu bijak, karena mengambil keputusan yang tak tepat saat dijebak Kurawa main judi. Apa dia segitu percayanya pada Kurawa. Seharusnya tidak. Bukankah ksatria harus selalu waspada, tp senang karena muncul kekurangan. Dan akhirnya harus kehilangan Indraprastha, dibuang di hutan bersama keempat adik dan juga isterinya. Ah.. Derita.

Dan Bima. Paling suka tokoh ini, karena walau bicaranya tak pernah sopan dan kasar dan emosi yang tak jarang meledak-ledak tanpa pikir panjang, tapi dia penjaga setia Pandawa. Dan sebenarnya dia laki-laki baik yang penyayang, menurut ku. memang darahnya mengalir darah Ksatria dan Dewa juga ^^

Dan Arjuna. Ah.. Disaat banyak wanita memujanya. Menyanjungnya, aku malah melihat sosok Arjuna sebagai yang paling membosankan. Elok layaknya wanita. Memang digambarkan paling tampan dan pintar memanah. Mungkin Cupid jg. Haha.. Tapi, seperti memanfaatkan ketampanannya (rupanya seperti dia sadar kalau tampan) malah isterinya di mana-mana. Baru menikah dan punya anak sudah menikah lagi. Ckck.. Arjuna.. Arjuna.. Kita lihat seperti apa kau lebih lagi di seri Arjuna Wiwaha. Wait me ;)

Ya.. Ya.. karya-karya sastra seperti itu yang menurut ku layak di publikasikan. Ah.. Maaf.. Terlalu subjektif. Tak apa. Ini hanya untuk konsumsi pribadi ku saja ^^v

Dengan damai,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar