Selasa, 16 Agustus 2011

Aku dan Yang kutinggalkan


"Sebenernya kita bisa ciptakan keluarga di mana2. Tergantung dari mau ato nggaknya kita ciptakan nuansa kekeluargaan itu."

Dia berseloroh. Temanku. Kira2 begitu intinya, walau tak sama persis. Getir. Ada sesuatu yang menggangguku dari ucapannya tadi. Tak senang karena dia telah mengingatkanku pada sesuatu. Sebuah memori. Dia telah menciptakan, mengangkat itu ke permukaan lagi, hingga tak kuasa buatku merengut. Hanya bathin. Lalu aku sepakati ujarannya tadi secara sepihak. Dengan diriku sendiri. Dia benar. Aku bisa saja menciptakan itu, tapi selalu berkelit untuk tak bisa memaksakan sebuah keakraban. Padahal kalau mau positif seperti dia dan YAKIN itu bisa dibentuk, maka itulah yang mayoritas, dominan, sangat mungkin akan terjadi. Yang kau butuhkan hanya sebuah KEYAKINAN UNTUK KEMUDIAN KAU TANAMKAN KE DALAM KEPALAMU, DAN KAU JAGA SEDEMIKIAN RUPA SAMPAI ITU TERWUJUD, MAKA ITU AKAN TERWUJUD. Aku menghela nafas. Sungguh kecil nyaliku, dan aku pikir aku telah berlebihan, seperti yang awal2nya mereka katakan itu kepadaku, tapi tak masuk karena yang kutanam beda. Sebuah penolakan alih2 penerimaan.

Temanku itu, terkadang terlalu berlebihan dengan idealismenya, tapi tak selalu aku mengernyit karena tak setuju. Malah beberapa memiliki ketertarikan yang sama dengannya. Aku tau begitulah teman. Aku tak harus jadi benci dia karena perbedaan, malah itu yang buatku belajar. Yah.. Seperti selorohannya tadi. Lumayan menyadarkanku akan PENTINGNYA SAHABAT.

"Selemah-lemah manusia ialah orang yang tak mau mencari sahabat dan orang yang lebih lemah itu ialah orang yang menyia-nyiakan sahabat yang telah dicari." Ali bib Abi Thalib, dikutip dari Tarbawi, terkirim ke HPku, tercantum Reza XX.

Terimakasih, Dek.. --,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar