Kamis, 21 April 2011

Jengah Sekitar













Sebenarnya ini tak penting, tapi mengingat aku hanya menuangkannya di halaman blog milikku, jadi aku rasa tak akan terlalu meresahkan orang lain, orang banyak. Yeah.. aku harap.


Aku hanya ingin menumpahkan sedikit kejengahanku atas lingkungan sekitarku. Mungkin ini efek diri juga hingga membuat segalanya menjadi menyebalkan, menjengahkan, dan selalu buat naik pitam. Dan kalu saja aku tak memiliki bilik pribadi ini. Mungkin aku bisa gila berbaur bersama mereka, berada di sekeliling mereka, saat perasaan tak mengenakan datang.

Ya.. Sekarang agaknya, keresahanku teralihkan, setelah satu dan beberapa hal yang akhir-akhir ini bersarang di kepalaku, di hatiku juga, hingga tak jarang aku kehabisan akal untuk melepaskannya. Media apa yg bisa sedikit mengalihkanku. Lagu? Membuat makin jadi saja. Jadi kalau kau ingin melepaskan masalahmu dengan mendengarkan musik, itu malah akan membuatmu hanyut ke dalam masalahmu. Ah.. Memang bukan hanya berdiam diri saja untuk bisa menyelesaikan masalah. Kau harus menghadapinya dan menyelesaikannya. Sesuatu yang harus digerakkan. Sebuah aksi.

Hehe.. jadi teringat beberapa hari kemarin, ketika dia menjadi korban kekesalanku. Sebenarnya memang dari awal dia sudah agak membuatku tak ingin berteman lebih dekat dengannya, tapi karena aku sadar, kami saling membutuhkan, makannya aku coba juga menjadi temannya. dari awal aku memang telah kesal dengan semua keluhannya. Suaranya yang sama sekali tidak menunjukkan kektangguhan seorang wanita. Hey! Bukannya aku tak normal dengan menganggap kalau wanita itu harus selalu tangguh atau.. Aku bukan juga seorang lesbian, yg benar-benar terobsesi memiliki pasangan sesama jenis, walau mungkin itu bisa saja muncul, tp aku harap tidak. Yah.. Itu mungkin timbul karena aku dididik untuk tidak menjadi wanita yang suka menye-menye bicaranya. Makanya, gaya bicaranya, tak jarang, buatku muak. Ditambah lagi dengan semua keluhan. Ingin ini dan itu, dan kurang tangguhnya ia menahan hawa nafsu kewanitaan. Eugh.. Apa lagi kalau bukan belanja?! Seolah itu menjadi sesuatu yang sangat penting. Sebulan harus belanja. Aaargh.. Semoga dia jadi orang berduit biar tak repot suaminya. Yeah.. Dan semoga aku juga, agar bisa keliling Indonesia. Hehe..

Dan terimakasih kepada bilik kecil tempat diriku meneriakkan segala keluh kesahku. Temanku merespon kalau aku adalah bagian dari dia. Mengeluhkan keluhan-keluhannya. Hahaha.. aku rasa dia benar, tapi paling tidak aku lebih banyak mengeluh dalam bilik. Ah.. Tak tau juga. Mana aku sadar kalau sering mengeluh di depan teman. Aku rasa sering juga. Hehehe..

Yah.. Begitulah.. Dan tak hanya dia yang menjadikan perasaanku makin tak enak. Muak lebih tepatnya. Beberapa orang yang suka menyombong juga. Mungkin aku bisa saja lebih toleran jika perasaan hatiku sedang baik, tapi tidak dengan kemarin. Aku benar-benar mengacuhkan mereka, walau terkadang terpaksa merespon juga, karena.. Yah.. Kau tahu, etika berkomunikasi.

Dan agaknya masih tersisa ketidaknyamanan diri, hari ini. Saat jalan pulang bersama seorang teman. Ah.. Entah, aku baru menyadarinya atau apa, jadi benar-benar mengatakannya dalam hati kalau dia norak sekali. Memang penampilannya sama sekali tak norak, malah cenderung gaya, dia lebih gaya dariku, tapi kelakuannya, bahasa tubuhnya yang euh.. Entah ya.. Terkadang aku menilai dia agak berlebihan. Apa kebanyakan wanita cantik yang peduli sekali dengan penampilan, gaya berpakaian juga, cenderung norak. Maksudku. Mungkin mereka melakukan itu untuk dilihat, dipandang, tapi bukankah mereka tak harus melakukan itu, karena mereka toh sudah memiliki kelebihan fisik. Yah.. Wajah yang cantik. Dan kemarin, ketika dia, temanku ini, cerita sedikit tentang pacarnya, aku jadi berpikir. Ah.. Pacarnya mungkin membatin (kalau dia aku. He3x), kalau dia ce'yang membosankan, karena.. Mungkin.. Subjektif sih.. tapi orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luas jauh lebih menarik, dan pacarnya.. seperti halnya tipe-tipe mahasiswa-mahasiswa di jurusannya. Tak usah disebutkan.

Ah.. Jadi tersengat kembali ke korban pertama. Habis dia akhir-akhir ini sok bule'. Eh.. Beruntungnya aku belajar sosiolinguistik, jadi mengerti sedikit gejala kebahasaan di kehidupan sosial. Bahwa kaum muda lebih mudah memelajari bahasa baru, karena yah.. Kau tau. Pergaulan. Gengsi. Faktor-faktor itu yang paling tidak membuat mereka cenderung menggunakan bahasa asing yang punya gengsi lebih tinggi daripada bahasa nasional mereka. Menyedihkan. Penjajahan. Apakah kalian tidak punya pikiran yang sama denganku kalau kita ini korban. Ah.. Sebuah politik agar lebih mudah menguasai yang lebih lemah. Sebel!!>[

Aku, lebih menghargai orang-orang yang mempertahankan bahasa nasional mereka, bahkan meningkatkannya ke tingkat gengsi yang lebih tinggi kalau mungkin. Kapan Indonesia bisa begitu? Mungkin akan jadi hilang, lama kelamaan, karena kita perhatikan saja. Gejalanya telah ada. Kosa kata yang semakin berkurang, struktur kalimat yang semakin sederhana, dan keanehan oleh penutur asli jika digunakannya ragam formal. Tak sanggup membayangkan lebih jauh. Aku juga termasuk generasi yang telah memakai ragam baru yang telah berkurang ke"asli"annya. Ah.. Maafkan aku, Indonesia..

Baiklah.. Aku rasa cukup hari ini. Sudah membaik. Salam.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar