Sabtu, 26 Februari 2011

Kalau memang jalanNya


Saat itu aku masih tertawa-tawa kala telepon diambil alih olehnya

Saat itu aku masih bisa bercanda-canda dan melepaskan segala cerca yg tentu saja tak akan melukai hatinya, karena tau itu biasa

Saat itu aku masih bisa bermanja-manja dengan rajukkan

Dan beberapa saat setelah permintaannya, yg juga tentu saja hanya canda, bulir2 itu jatuh bersama pengkurku

Dan entah, jadi berpikir keras untuk sesuatu yang pantas kuberikan untuknya

Itu menjadi yang paling pertama, karena yang lain tak berisi cinta sedalam makna hadiahnya

Itu akan sulit dan berat

Aku bisa saja membawanya menjadi santai, tapi pasti akan tetap jadi kaku

Aku hanya ingin memberikan hadiah itu untuknya, bukan yang lain, hanya benda itu yang pantas

Aku harap dia baca

Aku harap menjadi lebih setelahnya

Setidaknya aku ingin dia tau tentang yang diridhoiNya

Aku ingin kita sejalan

Aku memang bukan yang suci sekalipun

Hanya ingin yang terbaik untukmu

Karena tersiksa tak bisa lebih berdoa banyak untukmu

Aku tau itu sama seperti protesmu dulu

Hingga tak kuucapkan lagi sekarang tiap bertemu muka denganmu. Padahal telah kukatakan alasannya, dan cukup membungkammu

Keduanya sama. Hanya ingin memberikan sesuatu yang baik untukmu

Karena aku sayang kau

Itu lebih dari sekedar peluk atau cium yang selalu enggan ku terima

Itu cinta, Ayah..

Aku mau, aku bisa mendoakanmu yang macam-macam

Dan aku harus bersabar sampai Dia mengabulkan

Yeah.. Aku tau, aku cinta padamu, walau aku juga bukan yang suci

Sampai kata itu terucap dengan niat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar