Emosi baca salah satu artikel d Kompas
Kenapa neLayan-nelayan itu begitu nekad pake'cara yg sama sekali nggak Ramah Lingkungan
Bayangkan! Sampai terumbu karang menjadi hanya serpihan
Mereka pakai cara kekerasan
Mereka bahkan nggak mikir dampaknya
Buat mereka sendiri Loh (kasarnya)
Emang alam nggak bisa murka?!
Gawat aja kalo ombaknya sampai ke rumah mereka
Harus bersujud ribuan kali baru bisa menghapus air mata
Terumbu karang itu buat pemecahnya
Tapi qo'di hancurkan seenak udel nya?!
Terumbu karang tempat ikan-ikan berada
Rumah mereka
Qo'malah dibabat habis sampai tiada
Hiks.. *meraung dalam tangis pilu*
Kenapa wahai manusia??
Sudah cukup kau lukai aku..
Kuberi apa yg kau mau..
Kucukupi apa yg kau butuhkan
Kuturuti apa yg kau inginkan..
kenapa.. Hai manusia..
Hancur sudah aku binasa
Habis ikan-ikan itu tak bersisa
Memang keuntungan yg kau rasa
Tapi sadarkah kau kalau itu hanya sementara??
Kalau ombak datang aku ikhlas menjadi perantara
Tak sedikitpun kubiarkan kau dihantamannya
Tak kuizinkan kau disentuhnya
Tak rela aku melihat kau dilukainya
Tapi tamat sudah, Hai manusia..
Aku masih ingin berharga
Namun nyatanya sama sekali tak diharga
Terlunta..
Dan ketika limbah polusi itu nyata
Membaur bersama kami
Dan ikan-ikan pun berlari
Sedih..
Karena aku jd sendiri
Dan yg tak sanggup melarikan diri
Terpaksa mati berdiri
Dan tertelanlah SAMPAH-SAMPAH KALIAN oleh mereka
Dan matilah mereka karena lambung tak mampu mencerna
Dan masih dapat tertawakah kalian hai, Manusia
Melihat kami tak lagi bernyawa
Keruh.. Hitam.. Legam airnya..
Tak lagi putih pantainya
Sampah mengapung dengan erotisnya
Memperlihatkan segala bentuk "keindahan", "kebersihan", dan "kesuciannya"
Dan kami tak sanggup lagi tertawa
Rabu, 11 November 2009
Dia dan Dia dan Aku dan Mereka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar