
Seperti menari sampai tak sadar diri..
Dan lagu itu mengalun dengan irama Jazz..
Lagu yang selalu mengingatkan ku pada mu..
Selalu..
A half dark evil saw the sky. Stare into the rain falling on to the earth. With a melancholy face keep watching on those falling water. How could water fall on to the earth? Is there a source top there? Or my eyes have disordered? Who creates that thing? And why do I just could see from the bottom?? Could I go there and check it by myself? Why? And there always something appears after it. Rain and the thing that always makes human smile while watching it decorates sky. What it is name?
Rainbow answers his question. "Poor you, Dark half evil.. Let me tell you that I create by Him are really to make human smile, because not all of them happy with the falling rain. He wants to present happiness after the sadness. And it is fair, right?! So do you and your partner, Angel."
Half dark evil: "You mean that I’m not carrying the happiness for human?? So what for do I created? I am useless.. I want to give human happiness either, Rainbow.. Could I?"
Rainbow: "I'm sorry, Evil, but you couldn't.."
Half dark evil: "But why??"
Rainbow: "You are created to make the confusion. I’m sorry, but you are.."
Half dark evil are crying after hearing Rainbow telling such thing to him. "How could it happen? Am I not enough kind for human to give them a smile? I do really want to do that, Rainbow.."
Rainbow: "Just accept your destiny, so you could receive yourself wise. You know GOD is always right. He never does any mistakes. We whom create in this world are useful and contributed each other. Don’t ever regret your life, Evil, because you are part of us. You are His creature works in the left side with some important job descriptions, helps GOD to filters human kind. You color the life. Just thank for yourself whatever you are."
Evil thinking, then he smiles and thanks to the Rainbow with her explanation, then “Wush!!” He goes. As the truth evil and left a massage in the air.
“Watch out, human!! I’m ready to do my job… Be ready, Angel.. We will have a Beatle. “
"Sudah malam..."
"Lalu??"
"Tak ada.."
"Butuh teman??"
"Tidak juga.. lebih suka di sini menatap langit.."
"Hati-hati ditemani demit.."
"Haha.. O,ya?! Hm..."
"Seolah tak peduli begitu. Apa yg kau rasa?? Kenapa wahai manusia??"
"Tak apa.. Aku baik-baik saja.. Memang nya nampak seperti apa aku ha?! Menyedihkan??"
*Geleng-geleng
"Menyanyikan sajak puisi keheningan.. Keren kan?!"
"Dia nampak sama.."
"Ha?! Masa'?! Dari segi apa?? Dilihat dari mana, Jiwa??"
"Tulisannya.. "a rebel" nampaknya.."
"Hehe.. That's cool, right?! Aku suka pemberontak.. Punya pendirian.. Tak seperti kebanyakan orang.."
"Yea!! dan menyimpang.."
"Menyimpang karena nggak seperti kebanyakan.. Minoritas selalu diasingkan.. Percaya??"
"He-eh.. Tapi... dia memang mirip.."
"Aku??"
"Ya.."
"Kenapa??"
"Hm.... Kau tau lah.. Sudah kau baca sebagian karyanya bukan?!"
"Ya.. Lalu.. Menurut mu itu baik??"
*Berfikir. "Aku tak tau itu baik atau buruk.."
"Menurut ku baik-baik saja.. Tapi sedikit menghawatirkan.. Selalu penyimpangan.. Apa mereka mau menerimanya??"
"Buktinya, karyanya besar. Ia jadi terkenal.."
"Tapi bagaimana dg hidupnya?? Apa ia bahagia?? Jangan-jangan dia atheis.. Haha"
"Ah?! Masa?! Tapi .. Tak menutup kemungkinan jg sih.."
"Yea.. Itu kan perkiraan ku saja.. Seperti.. Menyesali kehidupan"
"Nah!!"
"Hehe.. Ya sudah begitu saja.. Dan ia begitu sensitif"
"Mungkin kau akan seperti dia??"
"Mau, dengan lahir karya-karya besar, tp ingin bahagia..":)
"Semoga, Kawan ku.. Masih mau di sini menatap langit??"
"Ya.."
"Tak ada apa-apa hanya gelap yg tersisa"
"Akan kubuat ada"
"Ada yg tiada pd tingkat yg paling tinggi, Kawan??"
"Ya.. Pasti.."
"Oke!! Hm.. Masih mau di sini??"
"Iya.."
"Awas nanti ditemani demit.."
Dari teropong memori itu aku mengintip
Dengan embun yg menetes perlahan dari ilalang yg tumbuh subur tak beraturan membuat kabut enggan turun perlahan
Dari teropong memori itu aku mengintip
Sepi di sana belum ada juga aktivitas di pagi-pagi buta. Memang begitu juga biasanya, tp itu dulu, Kepik..
Hanya tinggal serpihan-serpihan memori yg tertinggal tak lagi berarti
Meninggalkan jejak yg tak lagi ditelusuri
Memori itu tinggal di sana. Di simpan di dalam peti tua karatan yg entah kuncinya ada di mana
Aku telah menelannya bulat-bulat kau tau?!
Dan jika hendak membukanya maka harus kau belek dulu perut ku dan kunci emas itu ada di sanakah?!
Belum tentu..
Orang gila yg satu matanya tetap mengintip pada satu binocular kecil..
Aku mengintip serpihan memori itu, namun hangus lah jd debu..
Ah...Apa lg yg mau ku intip kalau begitu??
Angin membawa serpihan memori itu bersama dengan gugurnya daun-daun kering kecoklatan..
Mau kutangkap tak berhasil..
Hey, tenang saja.. Aku toh sudah menyimpannya dalam peti...
Dan dari teropong memori itu aku mengintip.
Pagi..
Pasar telah ramai dengan aktivitas pedagang dan pembeli
Ia menyeruak di antara mereka. Mencari. Membuka jalan untuk nya sndiri agar tak stuck saja di sana, karena toh, dia masih punya tujuan yg lainnya. Kembali wanita itu berjalan. Berjingkat. Agak menjinjing rok panjangnya agar tak menjuntai ke tanah yg becek, karena prihatin melihat kakinya sendiri yg sudah kecoklatan di sana-sini. berharap masih bisa menyelamatkan yg belum ternoda. Tampe, kacang panjang, buncis, bawang.."apa lg y??" Pikirnya sambil terus berjalan.
Selama perjalanan berbatu menuju pulang. Wanita itu diam dalam angan. Dalam pikirannya sendiri. Sesekali suara klakson mobil dan sepeda membuatnya berhenti sejenak untuk menepi. Tak jarang mereka menawari tumpangan untuk wanita lugu itu. Namun dengan gelengan lembut ditolaknya tawaran mereka. "berjalan lebih baik.." Pikirnya lg. Ia nikmati batu-batu an itu satu persatu. Ia rasakan tak beraturannya permukaan jalan. Lama. Ia tersenyum melihat berbagai macam lukisan yg mengikuti langkahnya. Begitu beragam dan tak membosankan. anak-anak desa berlarian mengejar layangan, Ibu-ibu mengayak biji-biji an, anjing mengejar ayam. Begitu banyak yg dapat disimpan dalam memori yg terbatas. Kalau ia punya kamera mungkin sudah ia abadikan agar ia tak akan lg merasa kehilangan, karena toh aktivitas yg ia lakukan semata-mata agar ia tak mau melihat kekosongan. Ia ingin selalu dapat melihat lukisan yg berbeda-beda tiap waktunya. Tiap detik. Tiap jam, tiap menit.
Suara lebah berdengung. Mengganggu pendengarannya. Namun ia mau tau. Mantri.. HamiL.. Wanita.. Tak perawan.. Kasian.. Pengadilan.. Mati.. Tersentak wanita itu menahan emosi yg ia miliki meluap ke permukaan. Mukanya merah. Matanya memandang nanar tak pada apapun. Ia ingin sekali menyerang si mantri. Mengapa harus wanitanya yg akhirnya mati?! Kedudukankah? Materi? Kekuasaan? Sama sekali tak bersolusi.. Mungkin solusi, tp tak teradili. Ia tak tahan. BerLalu saja dr sisi kehidupan yg kelam.
Dan di pantai itu ia bisa kembali tenang. Lembut menahan segala prasangka yg terpendam. Tak lg ia mau mengusik ketenangan. Diam. Matanya berjalan. Menyisir setiap aktivitas nelayan. Tetap saja ia tak mau diam. "Akh! Betapa bodohnya jika mereka tak paham apa arti kelestarian lingkungan. Bagi lautan yg memberi mereka kehidupan. ikan, ganggang, kerang.. Memberi mereka kecerdasan.. Apalagi yg mereka bisa berikan pada lautan. Toh dia hanya meminta kebersihan. Ketenangan. Kelestarian. Tak mau lagi sakit dengan meriam yg kapan saja siap menghantam kehidupan penghuninya."
PLAK! Ia menampar dengan kasarnya. Seumur-umur belum pernah tangan halusnya melukai seseorang bahkan hewan sekalipun. Ia terkejut tak sadarkan diri, tp toh tetap menantang orang yg ada dihadapannya. "Kau.. bukan seorang neLayan.." Gertaknya sinis. Lelaki itu bingung dibuatnya. Tak mengerti. Tak mengerti jika tak dijelaskan. apakah begitu penting arti sebuah penjelasan.
Lelah.. Cukup sudah memorinya menampung. Harus istirahat otaknya berfikir. Tenaganya terkuras sudah. Habis.. Habis.. Ia telah lelah..