Senin, 28 November 2011

Cerita Hidup lagi ..


Sudah lama sejak itu, sejak matahari pertama kali kusadari terbit dari timur, dan terbenam di barat. Ketika ibuku yang masih langsing menggendongku di depan rumah. Ketika kulihat foto kecil kakakku berdiri di dekat TV sambil menggenggam permen dan aku menjadi iri. Ketika aku menggigit hidung Koko, boneka kesayangan kakakku sampai lepas. Dan beberapa waktu setelah agak besar aku melihat foto itu. Jauh waktu telah bergulir hingga sekarang, merenung, agak sedikit, kesepian di depan monitor. Berusaha menuangkan memori, sedikit-sedikit, masa lalu yang hilir-mudik melalui perangkat otakku. Sudah larut bagi yang besok harus bangun subuh untuk menegakkan shalat, tapi malah kubuat satu cangkir kopi. Enaknya jika ada yang mau menemani momen-momen tak bisa tidur bersama dengan udara lumayan dingin habis hujan, tapi dia telah pergi. Dan sudah agak lama juga semenjak aku menjadi agak kesepian karena kepindahannya. Dia kalah, dan baru tadi aku sadari kalau aku juga. Tak seharusnya aku menghindar jika aku mau menang, tapi kondisi juga yang buat aku tak melanjutkan langkahku. Dia yang kalah.. Aku lebih suka menyalahkan orang lain. Itu membuatku aman.

Sekarang, apa yang telah ku dapat dari hidupku. Lumayan belajar sedikit-sedikit ketika aku tau kalau kebebasan harus diiringi dengan tanggung jawab. Aku jadi ingin bebas, tapi aku tahu kalau aku benci tanggung jawab, tapi mau tak mau aku harus begitu, karena aku mau bebas. Aku mau akulah yang menguasai hidupku, bukan orang lain, bukan orangtuaku atau kakakku. Temanku benar ketika aku harus melepaskan diri dari pengaruh kakakku, dan aku rasa sekarang saatnya. Aku bisa melakukan apa yang aku mau, biar aku tau bagaimana itu berjalan dengan caraku.

Akhir-akhir ini, aku jadi seperti tak begitu peduli dengan "kehidupanku", ya.. "kehidupan", bukan artinya kehidupan, tapi seperti aku tak peduli dengan keselamatanku, aku bisa tak bernafas kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa pun.. Asal aku benar-benar bisa kembali kepadaNya. Ah.. Omonganku sompral! Bagaimana jika Allah membuatku tak mati tapi cacat. Hmh.. Itu lebih berat. Mungkin tak mau jadi seperti itu. Makannya selalu bersyukur karena diberi sehat, tapi menyenangkannya adalah, aku jadi lebih tenang menjalani hidupku. Mungkin memang kurang obsesif sebagai manusia, hingga kalau memang belum bisa tercapai apa mauku, maka hanya mencoba untuk bersabar, dan yakin Dia akan beri itu di waktu yang tepat, yang lebih jauh akan menyenangkan dirasa. "Yakinlah, maka itu akan mempengaruhi dirimu, untuk tak sadar mungkin malah berusaha lebih keras mencapai apa yang diyakini tersebut. Dirimu yang membuat dirimu."

Lucu sekali ketika kau menikmati kemarahan. Itu seperti kau ingin melakukan apapun yang buruk sampai tak peduli akan keselamatan dirimu. Nafsu melingkupi segalanya, mendominasi. Tapi jadi lucu ketika kau merasa kau memang bagian dari itu. Namun harus menekannya untuk tak jadi dungu. Hmm.. Barusan kuseduh kopi ku. Sedap, Kau tau.. Sekali lagi.. Aku menyayangkan dia tak ada di sini. Biasanya aku bisa mengunjunginya kalau dia tak mengunjungiku, sekedar numpang nongkrong di depan kamarnya, yang penting ada teman melek, dengan minuman hangat masing-masing, dan dia tak bisa tanpa rokoknya, Lucky Strike. Huh.. Menyebalkan. Mungkin sebaiknya kubeli sebungkus untukku jika penat sendirian. Ya.. Akhir-akhir ini kopi saja menjadi tak cukup. Dan langit telah bertambah gelap. Aku ingin melihat gumpalan asap tipis itu membaur di udara.

Aku suka kebaikan, sikap mengayomi dan lembut, seolah menjadi yang bisa mengatasi semuanya dengan jalan damai, seolah semuanya bisa diselesaikan tidak dengan adu mulut atau otot, dan berubah menjadi pertengkaran lalu permusuhan, bahkan dendam, tapi tak sekarang. Itu menjadi membosankan saat ini, ketika yang kau mau adalah rusuh, ah.. Tak juga.. Bukan rusuh, tapi sedikit keras. Hmh.. Aku jadi harus menghembuskan nafas, kenapa? Entahlah.. Sudahlama tak menulis. Menyenangkan..

Aku akan melanjutkan hidupku, menikmati rutinku, bersyukur, bersabar.. Aku akan kembali melanjutkan menyeduh kopi hangatku. Minuman yang telah jadi cepat dingin ini jadi pas dengan udaranya. Ah.. Coba ada teman bercengkrama..

Kamis, 03 November 2011

Pertemuan cs Perpisahan


Hidup itu tentang pertemuan dan perpisahan; Kemudian mungkin akan bertemu lagi, mungkin juga tidak

Ketika waktu berjalan cepat, maka akan kita anggap itu singkat, dan jika lambat, mungkin juga bisa singkat

Yang jelas semua bukan tentang waktu, zaman, atau masa, bukan, bukan tentang itu semua, karena Tuhan penuh teka-teki. Dia hanya ingin tunjukkan sesuatu lewat hal, ketika langit sore punya semburat jingga, dan kala tidak, dan saat malam punya banyak tentang yang nampak jelas bertaburan dan kala hitam itu hanya punya beberapa. ketika kita memandang langit di waktu yang sama dan berbeda. Semua itu hanya kita yang sedang dipertemukan, dan ketika nanti harus menikmati semua itu sendiri pasti ada beda, tapi gambaran itu akan tetap melekat di kepala.

Aku tak akan tahan mu untuk musim gugur yang mungkin akan segera datang, lewat jalan setapak yang penuh daun2 coklat, lalu semi menghantar hangat matahari untuk jiwa, seperti ketika kita menyeduh minuman hangat saja..

Sampai jumpa lagi.. Mungkin.. --,

Jumat, 28 Oktober 2011

*sigh..


Tak ada yang lusuh saat itu, kecuali mukaku yang tak lagi bisa fokus untuk cerita2 yang lain sesaat setelah perintah secara langsung dengan nada kasar itu terlontar. Walau ditanggapi dengan tawa puas, pikiranku malah kacau.

Ingin rasanya bilang kalau bukan itu yang sebenarnya ingin disampaikan. Selalu jahat untuk orang yang masuk ke dalam kategori lebih luar biasa dari yang luar biasa. Ah...



Inget woi! Dicintai y dicintai.. Gak usah terlalu ngarep balesan. Have to learn not to expect too much *sigh.. = (

I'll be missing u, just.. take care, U.. T.T

Selasa, 25 Oktober 2011

Cinta Fatima_Sang Alkemis_Gadis Gurun yang tangguh @--














Cinta itu bahasa yang bisa dipahami oleh setiap orang di bumi dengan hati mereka. Sesuatu yang lebih tua dari umat manusia, lebih purba dari gurun.

"Gurun mengambil para lelaki kami dari kami, dan mereka tidak selalu kembali,""kami tahu itu, dan kami terbiasa dengannya. Mereka yang tidak kembali menjadi bagian dari awan, bagian dari hewan-hewan yang bersembunyi di jurang-jurang dan dari air yang keluar dari bumi. Mereka menjadi bagian semuanya... Mereka menjadi Jiwa Buana. Beberapa memang kembali. Dan kemudian perempuan-perempuan lainnya gembira karena mereka percaya suami-suami mereka pun akan kembali suatu hari nanti. Aku terbiasa melihat para perempuan itu dan iri pada kebahagiaan mereka. Sekarang, aku juga akan menjadi salah satu dari perempuan-perempuan yang menunggu. Aku ini perempuan gurun, dan aku bangga akan hal itu. Aku ingin suamiku berkelana sebebas angin yang membentuk bukit-bukit pasir. Dan, jika terpaksa, aku akan terima kenyataan bahwa dia telah menjadi bagian dari awan, dan hewan-hewan, dan air gurun."

"Seseorang dicintai karena dia dicintai. Tak perlu ada alasan untuk mencintai."

Sang Bocah melihat mata Fatima berlinang.

"Kamu menangis?"

"Aku ini perempuan gurun," katanya, memalingkan wajah. "Tapi bagaimanapun, aku ini perempuan."

fatima_Sang Alkemis_

She is a wonderful tough woman b--, Love her personality

Sabtu, 22 Oktober 2011

letupan baru, resah baru ..

















Aku mulai menyukainya, aku rasa. Sudah ku bilang kalau aku tak pernah suka pada seseorang, untuk benar2 suka, pada pandangan pertama, tidak. Makannya kalau aku menyukai seseorang yang bagus fisiknya, mungkin itu hanya akan jadi ringan, tak serius, tak benar2 berat. Heheu..

Sudahlah.. Aku belajar satu hal. Ketika Kau dicintai seseorang, kau tidak perlu balas mencintai, jika kau memang tak mencintainya, tapi bagus jika cinta itu terbalas. Hehe.. Aku setuju. Itu yang namanya tulus, sebuah keikhlasan yang lahir dari murninya hati sekalipun telah tercemar. Hatikupun pasti telah dilekati banyak noda2 pekat, tapi jika aku punya "itu", "itu" akan datang dari murninya hatiku yang menyeruak untuk paling tidak membuat empunya hati sadar.

Baru saja menyelesaikan Sang Alkemis, tepatnya kemarin. Aku sama sekali dangkal dengan maksud2 terselubung dari kalimat2 yang aku yakin maknanya dalam, tapi sialnya, gagal ku olah. Sampai tak mengerti cerita akhirnya. Satu2nya scene yang ku mengerti adalah scene di mana sang bocah bertemu Fatima, hartanya yang akhirnya dia sadari sebagai yang paling berharga. Gadis gurun itu luar biasa, mereka wanita2 yang sangat sabar dan ikhlas untuk penantian panjang yang berisiko, tapi mereka terima itu sebagai wajar, dan ketika orang yang mereka nantikan tak kunjung datang, maka mereka mengikhlaskannya sebagai lahir menjadi "jiwa buana". Aku juga tak mengerti apa itu jiwa buana. Aku hanya menafsirkan itu sebagai roh2 suci yang akan menjadi bagian dari alam semesta, yang mereka ikhlaskan sebagai, walaupun dengan wujud yang berbeda, mereka masih tetap berada di sekeliling mereka, yang menanti. Luar biasa. Dan aku selalu berpikir, ketika seseorang talah sanggup mengabaikan kebutuhan dasar mereka, nama baik, harga diri, dan sebagainya yang sangat manusiawi, itu akan membawa mereka ke fitrah. Aku tak tau itu betul atau salah. Itu yang aku pikirkan, karena kebutuhan2 dasar tersebutlah yang pada dasarnya dikejar oleh manusia. Yah.. Silahkan katakan kalau: Namanya juga manusia. Hm.. Susah juga untuk menjadi tak mengejar itu lagi.

It maybe I have to start learn to love someone without exception. It would be wonderful :)

Kamis, 20 Oktober 2011

Hidup dengan banyak simpangan (pilihan)


Dia tau
Semua rasa
Dipendam, dikubur, disembunyikan
Dan aku yg jalani, terima saja, terimakasih

Ketika hujan, mendung, dan jadi berkabut, lalu dingin menjalar
Tak terungkap kecuali pelukanMu yg tiba2 buat tenang
Lalu bisa tiba2 menangis, lalu tak lama tertawa, biasa.. hanya pakai sebuah emosi yang dibuat lagi

Sejak kapan itu munculpun aku tak pernah tau
Ketika telah jadi peduli maka itu akan jadi berat

Hanya Tuhan yg tau

Berikan semua yang terbaik untuknya
Ceracau yang buatMu sulit tidur
Lucu sekali, lagi2 aku merupaiMu seperti hambaMu, padahal jelas beda. Ah.. Aku tak tau

Aku masih bisa bertahan. Mungkin..
Tak tahu kalau itu selalu tercekat dan rasanya sama sekali tak enak
Aku berlindung hanya kepadaMu
Dan hanya kepadaMu, aku rela kembali
Mungkin pernah takut, tapi rentetan 2 baris itu buat sakti

Tuhan.. Aku suka permainan ini

"peduli" menjadi hitam-pink
Perpaduan warna yg sempurna

Tuhan.. Telah tahulah Kau ungkapan yang sulit
Lucu.. Selalu buatku lantas ingin menjangkau, tapi jeruji itu tak pantas
Lebih suka buatnya tak terkekang
Hewan liar yang bebas menggeram jika marah, dan menubruk, merangsek lewat sela2 belukar, rapat dan menakutkan, namun jadi seperti menantang. Itu hanya sebuah gambaran (nya)
Dan itu akan tidak indah lagi, lalu hilang percikan api sedikit2 yang tak sabar membakar
Tak suka api itu jadi padam, tapi Kau bisa buat itu tak jadi kobaran kan.. Aku harap..

Hewan liar itu.. Tak terjangkau
Jaga dia ketika melompat, berlari, merangsek, Tuhan.. sabana sekalipun..

Senin, 17 Oktober 2011

Gloomy Days on my Period :\













Hiks! Kenapa nggak ilang2 y sedihnya, khawatirnya dan jadi pengen nangis lagi, lagi, dan lagi.. (dih.. nangis apa hobi?!). Rasanya hampir sama seperti zaman kerusuhan dulu. Ketika saya masih SD dan Kakak saya SMP. Rumah kami yg bersebelahan dengan perumahan yg ditempati mayoritas Chinese, jadi ikut waspada. Ibu saya mengepak surat2 berharga untuk mudah langsung dibawa ketika situasinya menjadi tak kondusif lagi. Saya yang masih kecil saat itu berpikir kalau kami harus pindah rumah, dan serta merta menangis memeluk kakak saya, karena tidak mau pindah rumah meskipun kakak saya telah memberi pengertian kalau kita tidak akan pindah jika kondisinya membaik.

Hua.. Ternyata memori yang membuat kita sulit dan mudah meninggalkan sesuatu. Langsung ingat masa itu ketika akhirnya mendengar beberapa teman kosan memutuskan untuk pindah jika tak ada tindakan lanjutan dari pihak penjaga dan pemilik kosan untuk meningkatkan keamanan kosan. Entahlah.. Mungkin saya juga sedang datang bulan hingga tak stabil emosinya atau apa (tp biasanya juga gak gini2 teuing da'TT), saya jadi lebih sedih dari biasanya. Dan seperti sangat tidak ingin mereka pergi. Mungkin ada unsur egois juga ketika tak mau ditinggalkan, makanya, walaupun itu menjadi lumayan berat, saya berusaha untuk tak terlalu menunjukannya (Bohong! Saya tulis ekspresi itu d jejaring sosial, cerita kepada kakak saya, diekspresikan di blog, dan cerita sm temen chat. Huks2..). Karena yang ada di kepala saya saat ini adalah: Kalau nggak ada mereka, pasti nggak seru lagi :\